Suasana berisik dengan beberapa bangku tidak teratur, papan tulis yang putih bersih dengan cantelan spidol di sisi samping bawah kirinya.
Kipas angin menoleh ke kanan dan ke kiri. Menghembuskan bau pewangi ruangan di sela tutup baling-balingnya.
Kelas begitu ramai, ada yang masih bermain handphone, sekadar bercerita gurau,melamun, berlarian dan tidur.
Bel sudah berbunyi dari beberapa menit yang lalu. Tetapi mereka tidak menggubrisnya. Seolah-olah mereka lupa bahwa sedang bersekolah.
Suara langkah kaki, mendekati kelas XI-F. Dengan muka geram, seseorang mendengar kegaduhan didalam kelas tersebut. Tanpa basa-basi, seseorang itu memasuki kelas.
"Dengar bel tidak?!" Suaranya berat namun terdengar lantang.
Sekejap semua murid di dalam kelas terdiam dan memposisikan diri di bangku masing-masing. Terkecuali Petra. Ia sedari tadi hanya melamun menghadap luar jendela. Saat ini pun ia masih melamun dan tidak menyadari kedatangan Pak Josh.
"Kalian dengar bel tadi? Saya tanya" Suaranya kembali terdengar.
"Dengarrrrr" Jawab serentak semua murid membuat Petra tersadar dan langsung memposisikan dirinya.
"Kenapa masih berisik?" Tanya Pak Josh melangkah ke meja guru yang berseberangan dengan pintu kelas.
Tidak ada yang menjawab pertanyaan Pak Josh. Karena menjawab atau tidak akan sama saja salah.
"Keluarkan tugas lusa yang saya beri. Satu persatu menjawab di papan tulis" Tanpa menatap muridnya,ia mengeluarkan buku-buku nya.
Lalu ia menambahkan "Saya tidak menerima anak yang tidak mengerjakan. Jadi jika ada yang tidak mengerjakan, harap keluar dari kelas saya, sekarang!"
Disaat semua tertunduk, Petra dengan gamblang berdiri. Nampaknya mereka mengerjakan soal tersebut. Atau hanya sekedar takut. Ucapnya dalam hati.
Petra menghampiri Pak Josh. Ia mengatakan bahwa ia tidak mengerjakan tugasnya.
Pak Josh melirik tajam. Berpikir, sejak kapan Petra berani melanggar tugasnya. Sebelumnya ia selalu mengerjakan tepat waktu. Tetapi kali ini.
Namun Pak Josh tetap Pak Josh. Ia tidak memandang siapa muridnya. Ia akan tetap tegas dan disiplin. Ia memang terkenal guru yang paling ditakuti semua siswa.
"Keluar!"
Petra mengangguk mengerti. Ia berjalan keluar. Semua mata murid tertuju pada Petra. Pelajaran pun berlanjut saat pintu tertutup.
Petra menoleh ke sekitarnya. Sepi, hanya ada suara guru memberi pelajaran kepada muridnya, serta jawaban dari murid kepada gurunya.
Ia menghembuskan nafas besarnya. Dan berjalan menyusuri koridor. Tatapannya kosong, ia berjalan sambil melamun. Sesuatu sedang ia pikirkan. Kepalanya terasa berat walaupun pundaknya tegap. Ia menyembunyikan nya.
Petra berjalan hingga sampai lapangan. Saat tengah melewatinya, ia melihat seorang laki-laki berdiri di tengah mengusap dahinya yang berkeringat. Panas menguap menembus kulit. Dahaga menyerang dahsyat serta keringat terjun dengan bebas.
Ia menyipitkan mata untuk melihat lebih jelas karena silau terkena sinar matahari. "Bukannya itu Ben?" Petra menghampirinya.
Laki-laki bernama Ben itu memunguti sampah di tengah-tengah lapangan. Sambil mengomel dan sesekali memukul tanah tidak bersalah itu.
"Ben!" Panggil Petra dengan lantang sehingga Ben menoleh ke arahnya. Dengan sigap ia berdiri menghampiri Petra, tersenyum cerah melebihi sinar matahari saat itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
RUN AWAY
FantasyKisah ini berawal dari keinginan-tahuan lima anak laki-laki tentang perpustakaan tua yang berada di belakang sekolah mereka. Hingga mereka menemukan sebuah buku yang bertuliskan "D'Island" tanpa ada nama penulis nya disana. Setelah mempelajari buk...