Malam ini mereka mulai meluncurkan aksinya. Beberapa peralatan sudah mereka bawa. Seperti senter, dan beberapa alat perkakas untuk berjaga-jaga.
Kondisi sekolah sudah sepi dan gelap. Gerbang tertutup rapat dan terkunci. Mereka melihat apakah pak Joyo sudah pulang atau belum.
"Aman" Ucap Ben mengecek.
Segera mereka melompat gerbang secara bergantian.
"Ayo" Ajak Remy.
Suasana sangat hening, tidak ada suara lain selain langkah kaki mereka. Lampu senter menyorot ke berbagai arah, untuk mengecek keadaan sekitar dan jalan.
Mereka berjalan bersama dipimpin oleh Remy. Karena Remy lah yang tahu jalannya.
"Aku merinding" Ben yang tiba-tiba nyeletuk sambil merangkul lengan Petra. Petra yang fokus melihat jalan terkejut dengan polah Ben.
"Ben, tenanglah" Ucap Petra melirik Ben.
"Kau ketakutan?" Ejek Khai yang sedari tadi sangat tenang.
Khai seorang yang sangat tenang dan damai. Ia tidak pernah terlihat marah ataupun jengkel. Ia sangat baik hati.
Segera Ben melepas rangkulannya setelah mendengar ejekan Khai.
"Sebentar lagi sampai, tinggal belok kiri saja" Ucap Remy sebagai navigator.
Tidak ada jawaban, namun mereka mengiyakan dalam hati.
Sebuah gerbang usang yang sudah berkarat serta ditumbuhi lumut dan rumput berjalar sudah di hadapan mereka. Berbagai ekspresi mereka ketika pertama kali melihat nya. Heran.
Remy menyorot gembok yang akan menjadi jalan untuk masuk. Jordan mengambil palu dan linggis di dalam tas yang ia bawa. Sementara Khai mencoba membantu membawakan tas nya.
Petra mengambil alih menjadi pemegang senter. Remy dan Jordan memukul gembok tua itu dengan palu. Dirasa gagal, mereka mencoba dengan linggis. Dengan waktu yang cukup lama. Gembok itu hampir terbuka.
Ben mencoba membilah tumbuhan yang menjalar di gerbang tersebut. Mencari celah untuk mengintip apa yang ada di dalam sana.
Sekali lagi pukulan dari Jordan, akhirnya gembok berhasil terbuka. Remy membuka pelan-pelan gerbang yang sudah seret. Satu persatu dari mereka memasuki nya.
Ketika senter menyorot tepat di sebuah bangunan yang dimaksud Remy. Semua melongo. Tidak percaya jika memang ada bangunan besar di belakang sekolah yang sepertinya belum terjamah oleh murid lain.
Gelap, penuh debu dan sarang laba-laba. Sangat tidak cocok untuk dikatakan sebuah perpustakaan.
Saat Remy coba memegang gagang pintu, dan membukanya. Ia terkejut bahwa pintu tersebut tidak terkunci. Mereka saling tatap.
Kondisi perpustakaan itu sangat kotor, namun buku-bukunya masih tertata dengan rapi. Tidak ada buku yang jatuh atau berantakan sedikitpun.
Tak sadar mereka berpencar untuk memuaskan rasa penasarannya dengan perpustakaan ini.
Petra membolak-balikkan buku, melihat satu persatu judul buku yang tertata di rak. Lalu ia berjalan ke arah rak paling ujung dekat dengan papan tulis. Petra heran mengapa ada papan tulis disini. Dan jika dicermati dengan teliti, papan tulis itu bersih dan terdapat sedikit batang kapur yang jatuh.
Petra melupakan sejenak tentang papan tulisnya. Ia melihat-lihat buku yang tersusun secara bertindih. Ia tertuju pada salah satu buku, covernya tidak berdebu seperti yang lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
RUN AWAY
FantasyKisah ini berawal dari keinginan-tahuan lima anak laki-laki tentang perpustakaan tua yang berada di belakang sekolah mereka. Hingga mereka menemukan sebuah buku yang bertuliskan "D'Island" tanpa ada nama penulis nya disana. Setelah mempelajari buk...