Chapter 7 : Dunia Baru 2

7 1 0
                                    

Saking paniknya, mereka terus berlari hingga tersesat tak tahu ada dimana sekarang. Setelah kelelahan berlari mereka memutuskan untuk berjalan. Hari semakin petang dan mereka telah putus asa untuk pulang. Menyusuri hutan gelap entah apa yang akan mereka temui nanti. 

Ben melihat sorot lampu dari kejauhan. Segera ia memberitahu para sahabatnya. Informasi itu membuat satu persatu dari mereka bersemangat lagi. Mereka berharap ada keajaiban yang datang. Dengan giatnya mereka berjalan lagi mengikuti sorot itu. 

Tak lama mereka mengikuti sorotnya tiba-tiba berubah arah. Dari timur ke barat, dan bolak-balik seterusnya. Mereka kebingungan. Sejenak mereka berhenti untuk memikirkan harus bagaimana.

"Bagaimana ini? lampunya berubah-ubah" ujar Khai panik. Semua saling tukar tatap, mereka hanya punya mereka. Handphone dan senter tidak bisa dinyalakan.

"Kalau begitu kita ikuti tengahnya." ujar Remy.

"Sorot lampu itu mengarah ke kanan dan ke kiri. Jadi pasti ada titik tengahnya." imbuh Petra diikuti acungan jempol Remy.

"Lebih baik kau di depan" Ben mendorong Petra untuk segera berjalan. Lantas mereka melanjutkan perjalanannya.

Jordan berjalan di akhir barisan. Ketika hendak berjalan lagi, ia mendengar auman lagi. Kali ini sangat seram dengan memanggil namanya. Ia menoleh ke belakang. Namun nihil. Itu hanya perasaan ketakutannya saja. Ia kemudian mencoba untuk tidak menggubrisnya. Baru satu kakinya melangkah, suara itu terdengar kembali.

"Ayo Jordan!" seru Khai menyadari bahwa Jordan tertinggal.

Akhirnya mereka perlahan melihat beberapa cahaya di depan. Beberapa meter lagi berjalan. Mereka melihat pemandangan luar biasa. Rasa takut kini perlahan pudar. Perasaan lega membaur tatkala mereka melihat pemukiman di depan mata.

"Ayo!" ajak Petra.

Pemukiman itu sangat sepi. Tidak aneh karena ini sudah malam. Mereka terus menelurusi pemukiman itu berharap ada salah satu warga yang masih terjaga. Dan mereka akan meminta bantuan untuk menginap semalam saja.

"Sepertinya semua orang sudah tidur" ucap Ben di tengah diam.

"Sepertinya," jawab Remy.

"Tak apa bukan jika kita tidur di sana?" Ben menunjuk sebuah gubuk apik di seberang jalan. Kemudian ia menghampirinya.

"Hey itu bukan..." belum selesai Petra berbicara mereka semua telah menyusul Ben. Petra membiarkan mereka melakukannya walaupun itu bukan keputusan yang bagus baginya. Karena ia tahu temannya pasti kelelahan. Akhirnya Petra pun ikut menyusul.

Karena kelelahan, mereka memutuskan untuk bermalam di gubuk itu. Walaupun agak sempit tapi cukup untuk lima orang. Hanya untuk semalam mereka bisa menahannya. Esoknya mereka mulai berpikir lagi bagaimana cara untuk keluar.

Selang beberapa jam mereka tertidur, sebuah cahaya menerangi, serta suara manusia. "Bangun!" ucapnya. 

Suara itu sontak membuat Petra terbangun. Ia terkesiap melihat dua orang berbadan besar, membawa obor dan sebuah pedang yang bertengger di punggungnya. Lantas ia membangunkan teman-temannya. 

"Siapa kalian?" dua orang itu mengamati mereka.

"Tampaknya kalian bukan penduduk sini" ujar salah satu darinya.

"Kami juga tidak tahu... Kami ada dimana?" jawab Petra mulai bangun dari duduknya.

Kemudian dua orang itu membalikkan badan dan berbisik. Sepertinya mereka sedang berdiskusi. Mereka berlima saling tatap.

"Kita bawa saja ke Jenderal Pengaman. Lebih tidak beresiko, bukan?" satu dari mereka mengangguk paham. Kemudian membalikkan badan semula.

Mereka berlima masih terdiam dan menatap dua orang itu. Mereka tidak tahu dia siapa dan harus berbuat apa. 

RUN AWAYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang