Chapter 2 ; Buka Gerbangnya

22 4 0
                                    

Langit tak begitu mendung, namun cuaca sore ini begitu dingin. Beberapa murid mulai berdatangan untuk mengikuti kelas tambahan. Tidak semua, hanya murid yang berkeinginan saja. Dan Remy termasuk salah satu dari mereka.

Dengan gesit ia mengayuh sepeda biru kesayangan pemberian sang ayah, ia berharap tidak datang terlambat kali ini.

Tepat lima menit sebelum bel ia sudah berada di lingkungan sekolah. Ia memarkir kan sepeda, lantas melihat sekitar, merasakan jika sekolahnya memiliki aura yang berbeda ketika diluar jam belajar biasanya.

Ia berpikir mungkin ada hantu yang bersemayam atau monster yang bersembunyi. "Ngelantur!" Akhirnya ia tersadar dan berjalan ke kelas.

• • •

Pembelajaran hari ini cukup lancar dan mengesankan. Remy jadi bertambah ilmu mengenai zat fluida yang dalam kondisi tidak bergerak atau bergerak namun tidak ada perbedaan kecepatan diantara partikelnya.

Memang selama di kelas ia sering bertanya, hingga membuat Pak Sen kesal. Remy memiliki rasa keingin-tahuan yang amat tinggi.

Saat perjalanan ke parkiran. Ia melewati lorong bagian belakang sekolah. Entah apa yang membuat ia kemari, yang jelas Remy hanya penasaran. Selama ia bersekolah, dan selama yang Remy tau, lorong ini selalu sepi dan jarang dilewati.

Lorong ini mengarah ke dua arah. Disamping kanan kiri hanya ada taman kecil dan beberapa kelas yang tidak terpakai. Arah ke kanan untuk ke gedung perpustakaan, sementara lurus untuk ke suatu gerbang yang sudah dipenuhi lumut dan tanaman berjalar.

Remy memilih untuk lurus. Walaupun lorong itu semakin gelap.

Ia mengamati gerbang tersebut. Mencari celah, berjinjit, dan mengecek kunci gembok gerbang. Namun gemboknya sudah berkarat, mungkin itu sudah tidak bisa dibuka lagi.

Remy masih mencoba menyibak daun-daun dan ranting yang memenuhi gerbang itu. Ia berhasil. Sedikit lubang bisa ia buat.

Ia mulai mengintip dari lubang tersebut. Terlihat sebuah bangunan tua berdiri disana. Tepat mengarah padanya. "Ha.." Remy terkejut sekaligus bertanya-tanya. Ia mengintip lagi dengan tenang. Mencoba mengamati bangunan apa itu.

"L.." Sebuah tulisan di atas pintu bangunan itu samar-samar.

"Li.."

Remy menyipitkan matanya, agar terlihat jelas pikirnya.

"B... "

"Ah..library!" Belum sampai selesai ia mengeja beberapa huruf disana. Ia sudah paham kata yang dimaksud. Yaitu adalah Library.

Remy memiringkan kepalanya, menggaruk kepala, dan berpikir keras.

Ada sebuah bangunan di belakang sekolah. Bangunan yang sudah usang, penuh dengan tanaman. Ditambah cuaca yang dingin dan hari semakin gelap. Sangat pas untuk genre horor.

Remy kembali mengintip, tapi kali ini ia menambahkan senter handphone sebagai tambahan.

*plakk

Belum sampai Remy mencari clue tambahan nya. Seseorang menepuk bahunya dari belakang. Remy terkejut dan membalikkan badan.

Dilihatnya seorang Pak Sen dan Pak Joyo -satpam sekolah- berdiri di depannya.

"Sedang apa disini?!"

Remy kehilangan arah pandangan. Ia kebingungan. Seperti seorang pencuri yang ketahuan oleh pemilik rumah.

"Mengapa tidak langsung pulang?" Pak Sen mendekati Remy "Ini sudah mau malam" Imbuhnya.

Remy tidak tahu harus bergerak bagaimana, atau menjawab apa. Ia merasa telah melakukan kejahatan. Padahal hanya mengintip sesuatu dibelakang sekolah yang tidak pernah diceritakan.

RUN AWAYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang