Chapter 8 : Masa Terkesiap

7 3 0
                                    

"Kami masih tidak mengerti" Ucap Petra.

"Tolong katakan lebih jelas" Imbuh Remy.

Pria berjubah hitam itu tidak berkata apa-apa lagi. Setelah beberapa menit mereka menunggu. Namun, saat hendak beranjak pergi, pria itu memberikan satu kartu.

Mereka memandanginya.

"Buka lah!" Ucap pria berjubah hitam.

Petra segera perlahan membuka kartu itu karena penasaran. Suasana berubah menjadi tidak tenang. Jantung berdegup kencang.

Kartu yang telah dibuka bergambar sebuah buku.

"Buku yang kalian temukan itu hanya kunci" Pria berjubah itu berkata lagi. Mereka berlima dengan serius mencerna perkataannya.

"Masih ada buku yang lain, dimana itu adalah jawaban dan sumber kekuatan kalian" Pria berjubah itu mengangkat kepalanya. Menatap satu persatu dari mereka.

"Kalian tidak bisa keluar dari sini, sebelum semuanya selesai"

Jordan menggebrak meja tersebut dan berdiri.

"Ayo teman-teman kita harus pergi! Kita tidak bisa percaya begitu saja dengan orang ini!" Jordan menarik lengan teman-temannya. Semua berdiri dan mengikuti perintah Jordan.

Petra yang terakhir kali berdiri. Memandang pria berjubah hitam tersebut sebelum pergi. Ia berpikir bagaimana jika perkataannya adalah benar. Dan bagaimana jika mereka tidak bisa kembali.

"Petra, ayo!" Seru Jordan.

Petra masih melirik pria tersebut. Pria berjubah hitam juga sempat melirik Petra. Petra terkejut kala ia mendapati mata pria tersebut berwarna biru bercahaya.

Belum beranjak juga Jordan menarik tangan Petra untuk keluar.

"Pria itu hanya beromong kosong. Percayalah, kita pasti bisa keluar" Ucap Jordan.

- - -

Sebuah kotak kaca yang di dalamnya terdapat sebuah batu kristal bergetar. Batu kristal itu sedikit mengeluarkan cahayanya. Sachi melaporkan hal ini kepada Raja Hugen.

"Mereka kembali" Raja Hugen menatap Sachi. Raja Hugen berjalan kearah batu kristal yang tertutup kotak kaca.

"Batu itu merasakan kehadiran tuannya" Raja Hugen menyentuh kaca tersebut.

"Ada hal buruk yang akan terjadi" Ucap Sachi.

"Itulah alasan mereka kembali" Raja Hugen tersenyum simpul. Raja Hugen berjalan kembali ke arah ballroom, diikuti oleh Sachi.

Raja Hugen menatap ke arah Sachi. Ia menepuk bahunya. Raja Hugen yang sudah berumur, rambut yang sudah tidak lagi hitam, di tambah dengan janggut panjang yang tidak hitam juga.

Sachi sudah bersama Raja sejak remaja. Raja menyelamatkan Sachi dan melatihnya menjadi prajurit. Hingga saat ini ia menjadi perwira sekaligus orang terpercaya Raja.

"Jika mereka datang, sambutlah mereka" Sachi menundukkan kepalanya. Raja Hugen mengutus Sachi untuk meninggalkannya sendiri.

Setelah Sachi keluar. Raja Hugen berjalan ke sebuah lemari besar di kamar tidurnya. Ia menekan buku merah di antara buku-buku usang. Tidak lama lemari itu terbuka.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 07 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

RUN AWAYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang