Cuacanya sangat mendukung anak-anak untuk bermain dari pagi menuju sore. Tidak begitu panas dan tidak mendung. Lapangan penuh dengan keasyikan para remaja bermain sepak bola dan olahraga lainnya. Sementara di taman juga cukup ramai anak kecil bermain bersama orang tuanya.
Begitu pula dengan kelima remaja yang duduk melingkar di seberang lapangan. Tempat yang cukup sepi dari keramaian di tengah.
"Disini?" Khai memiringkan kepalanya, ragu, hingga memecah keheningan. Ben dan Petra cukup ragu dengan tempat yang dipilih Remy. Jordan menoleh ke kanan dan ke kiri mencari tempat barangkali cocok untuk mereka.
Petra beranjak dari duduknya. Ia berjalan menjauh untuk memeriksa sekitar. Diikuti oleh Ben dan Khai.
"Tempat ini masih bisa dilihat oleh orang banyak" Jordan yang segera beranjak mengikuti Petra. Remy mulai gelisah ditinggal oleh para sahabatnya. Ia juga mulai sadar bahwa tempat itu masih tergolong sangat terbuka.
Setelah berjalan hampir 3 kilometer dari tempat semula. Mereka mendapati sebuah gedung kosong di tengah pelataran yang sudah dipenuhi rumput dan tumbuhan liar.
Di luar gedung terdapat mobil bekas dan tumpukan drum kaleng yang tidak terpakai. Penasaran sekaligus takut Ben mengamati gedung tua itu.
Dengan waktu yang terus berlalu, mereka tidak ingin kehilangan momen lagi. Sesegera mungkin mereka harus mencoba dan berhasil kali ini.
Mereka memasuki gedung itu satu persatu, Petra sebagai pemimpin. Mata mereka melotot takjub melihat isi gedung tua itu. Terlihat seperti gedung pertemuan atau biasanya digunakan untuk olahraga. Mungkin biasa saja bagi orang awam, namun bagi mereka tempat itu sangat penting. Untuk menjadi tempat singgah di kala berkumpul bersama.
Kini mereka telah membuat lingkaran. Berdiri saling berhadapan. Tangan mulai berpegangan. Dan Petra yang akan memulai membaca mantra.
Kejadian di kelas ith terulang kembali. Sebuah hologram bersinar muncul di tengah-tengah mereka. Mereka melongo mengamati sinarnya.
Tak lama kemudian hologram itu terbuka seperti sebuah lubang hitam, dan masih bersinar.
"Apakah ini pintunya?" Remy mencoba menyentuh dengan telunjuknya. Dan berhasil. Telunjuk Remy tidak terlihat ketika di masukkan ke dalam lubang hitam itu.
Mereka saling menatap. "Ayo kita coba masuk" Ajak Remy. Reaksi mereka setengah takut setengah penasaran. Tapi ini tujuan mereka kan.
Dengan di awali oleh Remy, akhirnya mereka ikut memasuki lubang itu. Saat semua sudah masuk, dalam hitungan detik lubang itu menciut dan menghilang.
Mereka panik, mengetuk-ngetuk yang dikiranya pintu padahal tidak ada apa-apa. Menyentuh yang dikiranya dinding padahal hanya angin. Berteriak dan terhenti karena tersadar mereka berada di dunia lain. Dunia yang bukan seperti ini sebelumnya.
Mereka mulai melihat sekitar dan berjalan kecil mengamati. Syukurnya Petra masih tetap memegang buku itu. Jika terjadi sesuatu, buku itu pasti bisa menjawab, pikirnya.
Dunia yang mereka temukan itu sama persis dengan yang di ceritakan dalam buku berjudul "D'Island". Buku temuan mereka di perpustakaan tak terurus di belakang sekolah.
"Di dalam buku itu di katakan, dunia ini seperti sebuah pulau. Banyak pohon dan sungai. Terlihat seperti hutan namun tidak semua" Kata Petra membaca buku itu.
Dengan sigap Ben, Remy, Jordan dan Khai mengerumuni Petra.
"Ada sebuah kastil dan beberapa kampung atau pedesaan. Semuanya terlihat indah" Khai membaca setelahnya.
"Kita sudah tahu sedikit tentang pulau ini. Sekarang kita harus bersenang-senang sebentar" Ajak Ben dengan senyum merekah dan girang.
Ben mencolek Jordan kemudian usilnya ia berlari. Diikuti oleh teman-temannya. Mereka seperti anak kecil yang menemukan tempat bermain paling nyaman. Tanpa ada rasa takut, rasa khawatir, dan cemas.
KAMU SEDANG MEMBACA
RUN AWAY
FantasyKisah ini berawal dari keinginan-tahuan lima anak laki-laki tentang perpustakaan tua yang berada di belakang sekolah mereka. Hingga mereka menemukan sebuah buku yang bertuliskan "D'Island" tanpa ada nama penulis nya disana. Setelah mempelajari buk...