Taman Kanak-Kanak (2)

549 101 33
                                    

Kim Dae Soo akhirnya sadar akan satu hal; bahwa dia benci anak-anak, bagaimanapun bentuk mereka.

Alasannya?

Sederhana saja, karena dua anak berwajah polos yang kini sedang mengganggunya! Mereka menatapnya berbinar seolah dia adalah mainan baru yang diberikan untuk mereka, tatapan yang bahkan lebih buruk dari tatapan kedua saudaranya.

"Dae Soo-ah suka belmain apa?" Anak cadel yang kalau tidak salah namanya Kim Dokja, bertanya dengan manik yang sungguh shiney.

"Tidak ada." Jawabnya singkat. Jujur saja, empat tahun hidupnya di dunia ini, Dae Soo dan adik-adiknya hanya menghabiskan waktu mereka dengan bermalas-malasan.

Kalau kata Rok Soo, mereka bertiga adalah nolep. Nolep yang kaya raya.

"Hmmm.. Kalau begitu, Dae Soo-ya suka makan apa?" Sekarang anak bermata shiney lainnya, Han Yoojin, yang bertanya.

"Semuanya" Jawab Dae Soo, singkat lagi. Karena memang apapun makanan buatan koki bisa dia makan.

Yoojin tersenyum bingung, tak tau harus membalas seperti apa. "Wah! Dae Soo-ya hebat bisa makan tanpa pilih-pilih!" Pada akhirnya ucapan yang selalu dikeluarkan olehnya saat menyuapi sangat adik yang menjadi pilihan.

Sedangkan Dokja segera memasang ekspresi cemberutnya, merah sulung tidak seru. Dengan pipi menggembung dia menatap Rok Soo yang juga sedang dikelilingi, bedanya, yang mengelilingi Rok Soo adalah anak-anak pembuat onar.

"Hei! Kau dan mereka mirip, bagaimana cara membedakannya?" Jooheon bertanya, lagaknya seperti preman pasar yang dijumpai Dokja saat dia menemani bibi pengasuh ke pasar beberapa hari yang lalu.

Merah tengah tidak menunjukkan tanda-tanda kesal atas sikap 'kurang' ramah Jooheon. Senyum manisnya masih mengembang, Dokja tau jenis senyum itu. Senyum yang biasa di pakai Mommy-nya saat bertemu dengan keluarga mereka yang lain, terutama kedua pamannya.

"Em, hyung-ku punya kepribadian yang bersemangat, dan dia menggunakan anting putih di telinga kiri." Rok Soo menunjuk anting putih Dae Soo yang digunakannya sebagai pengganti topeng untuk memperjelas perbedaan antara dia dan kedua saudaranya.

Lalu Rok Soo menunjuk dirinya sendiri. "Sedangkan rambutku panjang, jadi seharusnya mudah dibedakan."

"Dongsaeng kami mudah tersenyum dan suka bermain, juga dia yang tertinggi di antara kami." Tambahnya, menunjuk Hyun Soo yang tengah bermain bersama anak laki-laki bersurai coklat--Jung Jesse.

Jooheon mengangguk mengerti. Karena dia pintar, jadi bisa mengerti dengan cepat. Irene saja bilang bahwa dia yang terpintar.

Tau apa yang dipikirkan Jooheon, Gongja mendengus lelah. Anak imut nan polos sepertinya kok bisa berteman dengan calon preman pasar yang senang menyombongkan diri ini?. Misteri.

Berbeda dengan hyung dan hyung-nimnya, Hyun Soo dengan mudah beradaptasi. Walaupun ada rasa keterpaksaan, tapi mau bagaimana lagi?, dia tidak ingin dikatai anti sosial oleh orang dewasa.

Apalagi jika nanti dirinya ditanyai oleh Ron atau pengasuh tentang kegiatannya di taman kanak-kanak, bisa-bisa Hyun Soo mati untuk ketiga kalinya jika menjawab 'melotot ke arah anak polos' atau 'hanya menjawab pertanyaan anak lain'.

"Hyun Soo, pasang disini, dan hyung akan memasang ini disana!" Anak manis bernama Jesse, mengangkat potongan puzzle ditangannya.

Hyun Soo mengangguk mengerti, lalu memasang puzzle yang dipegangnya ke tempat yang disuruh oleh si coklat. Bermain seperti ini tidak buruk, apalagi ketika tau anak yang bersamanya lebih tua. Ekhem, yeah, dia suka menjadi yang termuda.

Dari jauh, Mila tersenyum simpul melihat tiga rambut merah yang seperti mulai 'terbiasa'. Mereka beradaptasi dan bergaul dengan cukup cepat, mungkin karena mereka senang bertemu anak lain yang seumuran?. Masuk akal. Dan mereka juga terbilang pintar untuk anak berusia empat tahun, Mila akhirnya bisa merasa tenang---

Tidak jadi.

"Bu guru! Jong dan Han tidak mau bermain dengan kami!" Gadis kecil bersurai pendek dengan tubuh yang mungil berteriak. Menunjuk pada kedua anak pendiam di kelas itu, Yoo Jonghyuk dan Choi Han.

Mila memijit pelipisnya lelah. Kehidupan guru tk memang tidak akan pernah tenang jika masih di jam sekolah. Pantas saja dulu suaminya melarang menjadi guru tk, ternyata seberat ini pekerjaannya. Untung saja gaji di taman kanak-kanak ini tinggi.

"Sooyung-ah, tidak boleh memaksa teman untuk bermain. Mungkin Jonghyuk-ah, dan Han sedang ingin membaca atau menggambar."

Han Sooyung, gadis kecil tadi, mengerucutkan bibirnya. Membaca apanya, mereka hanya diam seperti patung, menggambar juga tidak.

"Tapi bu guru---"

Mila tersenyum manis, wanita itu menaikkan sebelah alisnya.

"...." Ok, Sooyung akan diam.

"Baik, bu guru." Setelah mengatakan itu, Sooyung segera berlari menuju tempat teman-temannya. Sampai disana, Yoo Sangat dan Rosalyn menepuk pundaknya seolah memberi semangat untuk Sooyung yang tengah berusaha menahan tangisnya.

'Bu guru Mila menakutkan!', batinnya. Sooyung terguncang, kawand.

Jonghyuk dan Choi Han tetap setia pada posisi diam mereka. Keduanya tampak seperti patung yang tidak bisa bergerak.

Sung Jinwoo yang duduk tepat di depan keduanya sedikit bergetar. Kegiatan melipat origaminya terhenti karena perkara Sooyung tadi, ditambah dirinya yang sempat bertatapan dengan Jonghyuk dan Choi Han. Nyali Jinwoo yang sebesar biji jagung langsung menciut.

"Ji-jinwoo-ah, a-ayo fokus pada origami saja..." Di sebelah Jinwoo, Yoo Jaeha berbisik lirih. Dia juga merasa tidak nyaman, nyali Jinwoo saja ciut, apalagi nyalinya yang lebih kecil dari si rambut hitam.

To be Continue-

-***-

-***-

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 30, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Three Red Haired In Another WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang