2. Little Shocking

15 1 0
                                    

Trisha menggigit bibir bawahnya dan menautkan jari-jemarinya gelisah. Matanya tak pernah lepas dari Abi. Pasalnya Juna adalah kapten basket sekolah, kemampuannya tentu tak bisa diragukan.

Juna sudah sering sekali membawa timnya memenangkan kejuaraan basket antar sekolah. Apalagi taruhan yang mereka buat benar-benar membuat Trisha tidak habis pikir dengan jalan pikiran Abi. Bagaimana bisa dia mempertaruhkan hubungan persahabatannya dengan Trisha dalam permainan ini?

Sedangkan untuk pihak Juna, jika dia kalah, maka dia tidak boleh mendekati Trisha lebih dari sekedar teman. Iya, meskipun niat Abi baik dan hal itu sangat membantu Trisha, tapi ide konyol taruhan mereka ini membuat Trisha jengkel juga.

Dan saat Trisha mengalihkan pandangannya, mengikuti arah gerak Abi, kedua matanya tak sengaja bertemu dengan sepasang sorot mata tajam milik Artha. Trisha mengerjap beberapa kali, terkejut melihat Artha ada di lapangan juga. Tiba-tiba Trisha merasa sedikit was-was. Apakah Artha ada di sini karena mengetahui masalah Trisha juga?

Dan gara-gara perhatiannya terusik karena keberadaan Artha di sana, Trisha sampai tidak sadar dengan teriakan-teriakan yang menggema meneriakkan nama Abimanyu.

Saat Trisha memusatkan kembali
perhatiannya kepada Abi, dia baru sadar kalau pertandingan antara Abi dan Juna ternyata sudah selesai. Dan dari ekspresi sumringah Abi, Trisha bisa menebak kalau Abi-lah pemenangnya.

Siapa yang menyangka ternyata Juna si kapten basket sekolah bisa dikalahkan oleh Abimanyu. Seolah-olah Abi menyembunyikan kemampuannya bermain basket selama ini.

Trisha bangkit dari bangku saat Abi hendak menghampirinya, tapi Juna lebih dulu berjalan ke arahnya.

"Boleh ngobrol bentar?" tanyanya pelan.

"Nggak boleh!" Jawaban tegas itu bukan berasal dari Trisha, melainkan Abi yang ternyata sudah ikut bergabung dengan mereka.

"Nggak inget perjanjian kita tadi?"

"Gue cuma mau ngomong sebentar sama Trisha, bukan mau ngapa-ngapain dia," sahut Juna datar.

Trisha mengangguk pelan dan mencoba untuk meyakinkan Abi. Lalu melangkah mengikuti Juna ke luar dari lapangan. Mereka bicara di dekat lab IPA yang cukup jarang dilewati orang.

"Kamu mau ngomong apa?" tanya Trisha setelah mereka kembali berhadap-hadapan.

Juna terlihat menghembuskan nafas sejenak. "Aku cuman mau bilang kalau aku kecewa sama kamu Tris."

Trisha mengerjap terkejut mendengar hal itu.

"Juna... aku..."

"Aku justru akan lebih menghargai kalau kamu sendiri yang nolak aku langsung," potong Juna sebelum Trisha sempat menjelaskan.

"Nggak perlu harus melibatkan orang lain kayak gini, dan gak perlu juga sampai heboh dan jadi pusat perhatian orang banyak," lanjutnya datar namun ada secuil nada penyesalan di dalamnya.

"Maaf Juna, aku juga nggak tahu kalau ternyata Abi bakal nantangin kamu kayak gini." Trisha bercerita terus terang. "Aku cuma cerita sama dia, tapi aku nggak tahu kalau bakal kayak gini."

Trisha tertunduk merasa bersalah pada Juna.

Juna benar, tidak seharusnya jadi seperti ini, Juna pasti merasa dipermalukan sekali di depan orang banyak tadi. Dan jujur, Trisha sama sekali tidak tahu menahu kalau rencana Abi untuk membantunya adalah dengan cara menantang bermain basket seperti tadi.

"Aku tulus suka sama kamu Tris, tapi aku juga tahu perasaan itu nggak bisa dipaksa," kata Juna pelan. "Aku bakal lebih ngertiin kalau kamu berusaha buat ngomong sendiri yang sejujurnya sama aku."

Rasa Untuk TrishaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang