Chapter 1

8.1K 923 30
                                    

Resha mengerjapkan matanya. Rasa pusing langsung menjalar dikepalanya saat ia membuka mata. Silau juga ia rasakan karena cahaya lampu ruangan yang begitu terang.

"Renjun! Ya Tuhan akhirnya kamu sadar juga sayang!"

Resha memijit pelipisnya. Ia menoleh kesamping dimana ia mendengar suara seorang wanita yang terdengar begitu bahagia. Tampak wanita cantik dengan rambut pendek dan mata yang tampak berkaca-kaca yang kini memegang tangannya dengan sorot mata bahagia.

"Pa panggil dokter pa!"

Pria tinggi yang juga tampak bahagia saat melihat Resha terbangun langsung memencet tombol yang berada didekat brankar.

"Ada yang sakit nak? Kepala kamu pusing?"

Resha mengangguk. Kepalanya memang terasa begitu pusing hingga ia rasanya ingin mencopot kepalanya. Tapi serem juga kalau tidak ada kepala.

Tak lama, seorang dokter masuk bersama 1 orang suster yang mengekor dibelakang. "Saya akan periksa Renjun sebentar."

Wendy dan Chanyeol, orang tua dari Renjun itu mundur beberapa langkah untuk memberi ruang pada dokter yang ingin memeriksa keadaan Resha. Dokter bernama Sehun itu merupakan teman dekat Chanyeol.

"Gimana keadaan Renjun, Hun?" tanya Chanyeol setelah Sehun selesai memeriksa Resha.

Sehun tersenyum tipis. "Keadaan Renjun sudah mulai membaik. Tapi dia masih belum terlalu pulih. Keretakan tulang dikaki kanannya juga sudah mulai membaik."

"Hhh, syukurlah.." Wendy tersenyum lega. Akhirnya setelah hampir 1 bulan lamanya anaknya tak sadarkan diri, kini sudah mulai membaik.

Resha sejak tadi memperhatikan dengan dahi menyerngit. Bermodalkan ingatan lama sang pemilik tubuh asli, Resha tahu bahwa wanita berambut pendek itu adalah mama Renjun yang bernama Wendy. Sedangkan pria tinggi disebelah Wendy adalah Chanyeol, papa Renjun. Dan dokter yang tadi memeriksanya adalah Sehun, teman dekat Chanyeol yang dekat juga dengan Renjun.

"Jangan terlalu banyak bergerak dulu ya? Kamu masih dalam pemulihan. Perbanyak istirahat juga." kata Sehun pada Resha. Resha mengangguk saja. Karena memang kaki kirinya terasa sakit untuk digerakkan juga kepalanya begitu pusing.

"Yaudah, Yeol, Wen, aku permisi dulu karena masih ada tugas lain. Kalau ada apa apa dengan Renjun panggil aku aja."

Chanyeol mengangguk. "Terimakasih Hun."

Sehun mengangguk juga dan tersenyum. "Udah tugasku Yeol. Ayo Jil."

Sang suster yang sejak tadi mengikuti Sehun mengangguk dan mengekori Sehun keluar dari ruangan Renjun.

Ceklek

Pintu kamar ruangan Renjun kembali terbuka. Resha yang awalnya ingin memejamkan mata langsung kembali membuka matanya dan menoleh. Dahinya mendadak menyerngit melihat lelaki dengan tahi lalat dibawah mata tampak mendekatinya dengan raut wajah yang tampak khawatir dan bahagia.

"Ma, pa, Renjun udah baik baik aja kan?"

"Umhh, Renjun masih masa pemulihan Jen. Tapi kata Sehun dia udah baik baik aja." kata Wendy. Pemuda bernama Jeno itu menghela nafas lega.

"Syukurlah." kemudian Jeno mendekat kearah Resha. Tangannya terangkat dan mengusap surai pirang Resha.

Resha hanya diam. Ia sebenarnya kurang nyaman sekarang. Namun karena pemuda bernama Jeno itu adalah pacar Renjun, Resha pasrah walau perutnya terasa geli.

"Kapan aku boleh pulang?"

"Ya ampun Njun, kamu itu baru sadar! Udah minta pulang aja!" kata Wendy. Resha mendadak nyengir. Iya juga ya..

"Hehe, abisnya kan gak betah."

"Tunggu kamu pulih dulu baru boleh pulang." ujar Chanyeol. Resha mengangguk saja.

"Oh ya Jen, kamu bisa tolong jaga Renjun sebentar? Mama sama papa laper sebenarnya, jadi mau makan bentar dikantin rumah sakit."

Jeno mengangguk menjawab perkataan Chanyeol. "Iya pa, tenang aja. Papa sama mama makan dulu aja, aku bisa jaga Renjun kok."

"Yaudah, Njun, kalau butuh apa apa minta Jeno dulu ya? Mama sama papa keluar sebentar." Wendy mengusak kepala Resha. Resha meringis dalam hati, ia sebenarnya tak suka jika rambutnya disentuh orang lain, bahkan mamanya pun tidak ia perbolehkan.

"Iya." balas Resha seadanya.

Setelah Wendy dan Chanyeol keluar, keadaan ruangan hening beberapa saat.

"Kamu istirahat aja, kepala kamu pusing gak?"

Resha menggeleng. "Gu—eh maksudnya aku gapapa."

"Dih anjir geli amat gue ngomong aku-aku an." Resha bergidik.

GEDUBRAKKKK

"RENJUNNNN!!!"

Resha dan Jeno tersentak bersamaan saat pintu ruangan dibuka secara kasar. Pelakunya adalah seorang pemuda manis dengan pipi yang gembul, rambutnya hitam dan tubuhnya yang bongsor.

"Junjun! Kamu udah gapapa? Huhuhu akhirnya kamu sadarr juga! Aku kangen tauuu!" pemuda itu memeluk Resha. Resha menyerngit, namun tetap membalas pelukan pemuda itu.

"Dia.. Junkyu bukan sih?" batin Resha berusaha mengingat pemuda yang sedang memeluknya itu.

Pintu kembali terbuka, lagi lagi seorang pemuda yang tampak tinggi datang membawa keranjang buah. Tampan. Resha akui itu.

Eh tapi menurutnya Jeno tampan juga sih. Sebelas duabelas lah sama Jevano. Bahkan agak mirip.

"Kyuu, Renjun baru sadar jangan kamu pelukin gitu." tegur pemuda itu. Haruto namanya, ia pacar Junkyu, pemuda yang tadi datang dengan bar-bar dan merupakan sahabat baik Renjun.

Junkyu manyun, melepas pelukannya pada Resha. "Njun maaf ya.. Abisnya aku terlalu semangat denger dari Jeno kalau kamu udah sadar."

Resha mengangguk saja. Tak begitu mempermasalahkan.

Jeno hanya diam sembari bersedekap dada. Memperhatikan pacarnya yang menurutnya terlihat berbeda.

"Renjun kenapa ya? Dia gak biasanya gini.. Apa gue ada salah sampe-sampe gak ngehirauin gue?" gumam Jeno dalam hati dengan pikiran yang melayang-layang.


[tbc]

yeayy, part 1 selesai!!

ika jujur agak bingung sama alurnya kedepannya mau gimana, tapi yaudahlah, biarin ngalir gitu aja, lagian book ini partnya bener bener bakalan aku bikin partnya dikit, gak akan sebanyak renjun to resha.

bubayyy! jangan lupa vote!!

Resha To Renjun || Noren [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang