Chapter 8

4.2K 643 10
                                    

Jeno tentu sadar, pacarnya itu tidak seperti Renjun yang ia kenal. Kebiasaan-kebiasaan Renjun yang tidak lagi Jeno lihat, seperti Renjun yang tiap saat akan selalu menonton kartun kudanil gembrot, Renjun yang akan berperilaku polos dan menggemaskan, Renjun yang penakut dan cengeng. Jeno sudah tidak pernah melihat itu lagi.

Jeno pikir, Renjun seperti bukan Renjun. Seperti berbeda orang dan kepribadian.

Renjun itu tidak bisa memakai motor apalagi beladiri. Dan kini, Jeno melihat Renjun atau Resha yang tengah baku hantam dengan seorang preman. Sebelumnya juga Resha memakai motor Jeno yang memang jarang Jeno gunakan, alasannya sih mau pergi ke mini market.

Jeno melongo ditempat, memperhatikan Resha yang begitu brutal memukul 2 preman berkepala botak itu sampai sampai 2 preman yang bahkan badannya 2 kali lipat lebih besar dari Resha terpental dan tersungkur. Dari mana pacarnya bisa beladiri seperti itu? Kapan pula anak itu belajarnya?

2 preman tadi bangkit dan kabur dengan langkah terseok-seok dan wajah dipenuhi lebam. Resha berdecih dan menyeka darah yang keluar dari sudut bibirnya.

"Njun!" dengan panik Jeno menghampiri Resha. Meneliti keadaan pacar manis nya itu dari atas sampai bawah. Melihat wajah manis Resha yang terdapat luka luka juga sudut bibirnya mengeluarkan darah.

"Kamu gapapa? Astaga, kamu luka Njun, kita kerumah sakit aja ya?"

"Apasih! Gak! Luka begini doang ngapain harus kerumah sakit. Terus, kenapa kamu bisa ada disini?" Resha agak kaget juga melihat Jeno yang tiba tiba berada didepannya.

"Aku khawatir kamu kenapa-napa. Kamu main pergi gitu aja pake motor aku, kamu kan gak bisa bawa motor, jadi aku ikutin kamu." kata Jeno. Resha memutar bola matanya.

"Udah ah awas. Ayo pulang."

"Kamu pake mobil aja—"

"Gak! Udah gak usah bawel, kamu yang pake mobil! Aku pake motor kamu!" serobot Resha dan langsung menghampiri motor Jeno yang terparkir tak jauh dari mereka.

Jeno menghela nafasnya. Renjun yang sekarang benar benar keras kepala dan susah diatur. Ia berjalan menuju mobilnya dan segera menyusul Resha yang sudah pergi lebih dulu.

"Gak tau apa ya gue khawatir sama dia?" gumam Jeno sambil melajukan mobilnya. "Dari mana dia belajar motor? Renjun juga bawa motornya kek udah berpengalaman banget."

Jantung Jeno rasanya ingin merosot dari tempatnya saat melihat Resha yang menerobos sebuah truk dikeadaan jalanan yang ramai. Kakinya terasa lemas sekarang. Jeno yang orangnya sangat hati hati saat berkendara dijalan tentunya merasa ngeri melihat Resha yang menerobos tanpa memperdulikan keadaan jalanan yang ramai.

"Gila.. gue bisa jantungan lama lama."

Singkat cerita, Jeno sudah sampai dirumahnya. Ia turun dari mobil dan melihat motornya sudah terparkir dipekarangan rumah. Langsung saja pemuda pemilik eye smile itu masuk untuk mencari Resha.

"Re."

Dapat Jeno lihat Resha yang duduk manis disofa sambil nyemil. Merasa dipanggil, Resha menoleh kearah Jeno.

"Pokoknya kamu gak boleh lagi pake motor!"

"Dih! Apaan! Gak bisa gitu dong!" Resha berseru tidak terima.

"Pokoknya enggak ya enggak! Jantungan aku ngeliat kamu pake motor. Badan kecil gitu sok sok an pake motor, motor ninja lagi." ujar Jeno membuat Resha menatapnya sinis.

"Tuh liat muka kamu lebam lebam begitu! Tunggu! Aku ambil p3k dulu." Jeno beranjak dari sofa untuk mengambil p3k yang biasanya mamanya letakkan dilemari dekat dapur.

Tak lama Jeno kembali membawa kotak p3k. Ia langsung duduk disebelah Resha yang raut wajahnya tampak tertekuk.

"Ngadep sini."

"Gak mau ah."

"Renjun."

Resha berdecak, memilih mengalah dan menghadap kearah Jeno. Jeno mulai mengobati Resha dengan hati hati, diiringi ringisan yang lebih kecil.

"Jangan ditekan! Sakit tau!"

Jeno meringis. "Maaf maaf gak sengaja, iya ni aku pelan." dengan penuh kehati-hatian dan kelembutan, Jeno kembali mengobati Resha.

Resha meneliti wajah Jeno dalam diam. Sial, ternyata dari dekat begini Jeno terlihat semakin tampan. Lekuk wajahnya benar benar sempurna.

Jika diteliti lebih dalam, ada sedikit kemiripan antara Jeno dan Jevano. Mungkin jika Jeno dan Jevano bersebelahan akan terlihat kemiripannya. Aura dominan keduanya sama sama pekat walau sikap Jeno itu lebih soft dari Jevano.

"Kenapa liatnya gitu banget?" tanya Jeno membuyarkan lamunan Resha. Resha menggeleng.

"Udah?" tanya Resha saat Jeno menutup kotak p3k yang baru saja digunakan untuk mengobatinya.

Jeno mengangguk. "Udah. Jangan berantem lagi ya? Aku khawatir, sayang.."

Deg

"Shit! Jeno nih lama lama bahaya banget keknya!"

[tbc]

beberapa chap lagi end guys!

Resha To Renjun || Noren [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang