☸Mungkin kau mengira setiap kesalahan akan terselesaikan oleh kata "Maaf" Namun sebenarnya kata Maaf hanya sebuah manipulasi, untuk mengulang kembali kesalahan yang sama.☸
*Diandra Gishella Dwiananta*
••••
Melihat Yura di balik jendela yang sangat antusias belajar dan berbaur dengan temannya yang lain di hari pertamanya sekolah membuat Diandra tersenyum bahagia.
Senyuman itu terus mengembang. Memperlihatkan betapa bahagia dirinya saat ini. Membuktikan pada semua orang, bahwa hari ini ia sangat bahagia. Ingin rasa nya ia memperlihatkan kebahagiaan ini kepada kedua orang tuanya, sambil berkata, "Mah, Pah, Aku udah bahagia sekarang." namun ternyata semua kata itu tidak mampu ia ucapkan. Ada banyak hal yang ingin ia curahkan kepada kedua orang tuanya. Namun kenyataan selalu berkata lain. Hingga saat ini kedua orang tuanya, tak pernah ingin mencari tau. Dimana ia tinggal.Satu tetes butiran bening itu membasahi wajah mulus milik Diandra. Senyuman itu perlahan memudar. Kepalanya sedikit tertunduk hingga helaian rambut menutupi sebagian wajah cantiknya.
"Mah, Pah. Diandra kangen kalian." lirih Diandra dengan sedikit isakan tangis yang mulai terdengar.
Ingatan masa kecil yang mulai terputar dalam memory nya, membuat seorang Diandra kembali mengingat kedua orang tuanya yang mengasihi nya dengan begitu tulus. Ia sangat rindu suasana rumah yang begitu hangat. Ia rindu pelukan ayahnya, saat dirinya tengah takut akan suara petir pada malam hari. Ia rindu bagaimana rasanyaa dibangunkan oleh sang ibu pada pagi hari. Namun saat ini hanya mampu merindukan, saat dirinya benar benar tak di harapan hadir dalam keluarga itu.
"Yura udah besar pah sekarang. Cucu papah udah semakin cantik. Apa papah gak mau liat dia, sekali aja." batinnya terus saja bermonolog walapun tatapannya terus mengarah pada Yura.
Diandra memejamkan matanya, menarik nafas dan menghembuskan nya kembali secara perlahan. Seraya menetralkan nafasnya yang mulai terasa sesak akibat menahan tangisan.
Diusap nya jejak air mata itu. Ia berusia untuk setegar mungkin dengan memamerkan senyum terbaiknya. Percayalah, Dia tak pernah ingin memperlihatkan kerapuhan nya di depan orang lain. karena menurutnya itu sangat memalukan.
----
Sudah seharian penuh Arseno mengelilingi kota metropolitan ini. Ia terus saja mencari keberadaan Yura dan juga Diandra, tanpa putus asa sedikitpun.
"Yura, Diandra. Kalian dimana sih?" gumamnya pelan.
Matanya yang terus saja mengamati setiap orang yang berjalan tanpa lengah. Sesekali ia mengacak rambut nya kasar saat ia salah mengenali seseorang.
Saat berhenti di sebuah bangunan yang tidak terlalu luas. Ia melihat anak kecil yang tengah ingin menyebrang. Jalanan yang terlihat sepi membuat si anak kecil tersebut dengan leluasa menyebrangi jalan. Namun saat anak kecil itu sadang berada di tengah-tengah jalan tiba-tiba ada sebuah motor melaju dengan kecepatan tinggi. Arseno membelalakan matanya.
"Dekk.. Awas!!!" teriak Arseno dengan begitu keras.
Arseno sudah mencoba meneriaki anak kecil tersebut, namun anak kecil itu tak mendegar jelas teriakan Arseno. Melainkan anak kecil tersebut malah tersenyum dan melambaikan tangan pada Arseno.
Arseno yang mulai khawatir pun langsung lari secepat mungkin ke arah anak kecil yang masih berada di tengah tengah jalan itu, sedangkan motor itu sudah semakin dekat. Tanpa pikir panjang lagi Arseno langsung menarik anak itu dan menggendongnya hingga mereka terguling ke pinggir jalan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Single Parent's [On Going]
Roman pour Adolescents[Revisi jika sudah End] Sudah sering mendengar istilah Single Parents? Sudah tau betapa sulitnya menjadi seorang single mother/father? Namun bagaimana jika yang menjadi single parents itu anak usia 19 tahun yang terbilang masih remaja? Harus menguru...