Dalapan

155 55 29
                                    

Vote dulu😘



Ada apakah gerangan?



Ketika aku tiba di rumah, Papa & Mama sedang duduk di bale-bale bersama Ajat, menatap kedatanganku.
Papa & Mama berdiri menyambutku. Kuulurkan tanganku seperti yang seharusnya ku lakukan pada seorang ibu.

"Mama.." kucium tangannya.

Mama tersenyum. Wajahnya menampakkan bahagia, kemudian memelukku bersama mengalirnya air mata di pipinya & di pipiku.

"Berend.." gumamnya sembari membelai lembut rambutku.

Setelah lepas, aku mencium tangan Papa. Lalu, masih dalam pelukan Papa, Papa mencium dahiku & berkata, "Kau benar-benar terlihat jauh lebih baik." Dia menatapku dalam sambil memegang kedua bahu ku. "Apakah kau benarbenar lebih baik disini?"

"Iya, Papa. Bagaimana kabar Papa?"
"Papa baik-baik saja.
Disini juga bagus & indah,ya.." ungkapnya. Itu terdengar cukup manis.
"Kau pasti suka disini."

"Suka.." jawabku sambil mengusap air mataku dengan punggung tangan.

"Surga yang bagus!" kata Papa.

"Disini ada selada, kol, kacang panjang tumbuh dengan baik, Papa." terang ku yang dengan suara yang ceria.

"Ya, Pasti."

"Peterseli, seledri, & juga jagung."

Bagaimanapun, perdamaian telah datang. Dan itulah yang terpenting pada akhirnya. Ada kebaikan hati yang menawan di wajah Papa. Entah bagaimana, sekarang Papa bersikap lebih terbuka, sangat jauh berbeda dengan dirinya yang dulu.

"Papa akan mencoba sejujur mungkin. Selama ini, Papa telah menyia-nyiakan waktu untuk menyenangkan orang yang Papa yang cintai." Ungkapnya dengan suara tersedak air mata. Papa tak pernah ingin menyakitiku. Katanya, saat itu, Papa hanya memiliki rasa khawatir yang sangat berlebihan, yang Papa sendiri tidak mengerti kenapa bisa seperti itu.
Papa sadar, seseorang tak bisa menilai semua orang dengan ukuran yang sama dengan standar dirinya.

"Terimakasih, Papa."

"Papa sudah cukup menyakitimu."

"Tak perlu dipikirkan lagi, Papa.. Berend juga tidak selalu baik."

"Terimakasih kepada pemimpin kita, Yesus Kristus."

"Amin"

Aku menangis sambil memeluknya. Itu adalah pelukan hangat disaat hujan mulai turun.

Suasana begitu menyenangkan, seperti yang tak akan pernah aku alami lagi. Semua masalah seperti menguap ke angkasa. Melegakan. Sekarang, kami memiliki titik awal yang baru untuk menjalankan kehidupan berikutnya.

"Ajat! Ayo!"
Aku berteriak mengajak Ajat mandi hujan.
"Aku punya izin dari Papa untuk berjalan-jalan dengan mu!" kataku berteriak dan disambut senyuman Papa & Mama. Ku lihat Mama menyeka air mata nya lagi dengan sapu tangan.





Hujan telah berhenti. Beberapa jam kemudian, muncul matahari, sinarnya membuat awan berwarna kemerahan seperti bilah belati yang bersinar, ketika aku & Mama berjalan ke kebun, dan duduk di bangku bambu.
Mama menyempatkan berbicara hal pribadi denganku. Termasuk soal Sitih yang tak bisa ikut ke Lembang karena harus menjaga rumah. Dan katanya, paman Hendrick sudah bercerai dengan tante Majka.

"Jadi, Majka & anaknya sudah kembali ke Amsterdam, kampung halamannya." tambah Mama.

"Paman Hendrick selalu mencari kesempurnaan pada orang lain, faktanya, dia malah kacau sendiri." kataku.

"Jangan dendam.. Maafkan saja..!" ucap Mama lembut.

Mama juga bilang, setelah bercerai, paman pergi ke perkebunan Deli di Sumatra, meninggalkan semua kekacauan yang telah terjadi di perkebunan. Dia bekerja tidak baik, atas semua itu Papa kesulitan memberinya maaf.

Aku & Sudrajat [END]🔞 BLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang