Sapuluh

147 51 10
                                    

😇( Yg diatas ☝️ilustrasi foto masa kecil Berend )






Suatu pagi, di hari Minggu,  aku sedang bekerja lembur bersama Supardi & Jumhar, untuk membuat saluran air hujan di sekitar perkebunan. Hanya, pekerjaan berat akan dilakukan mereka berdua, sedangkan aku layaknya mandor. Tak lama, datang Tuan Horstmann untuk mengontrol hasil pekerjaan, dia merasa puas dengan hasilnya. Sebelum pergi, dia menyampaikan adanya kabar dari kantor berita ANETA ( singkatan dari Algemeen Nieuws- en Telegraaf- Agentschap adalah kantor berita jaman kolonial Belanda. Didirikan di Batavia tahun 1917, ketika Perang Dunia I masih berkecamuk ),
bahwa kemarin, tanggal 1 Maret 1942, tentara ke 16 Jepang berhasil mendarat di tiga tempat sekaligus, yaitu di Teluk Banten, Eretan Wetan ( Jawa Barat ), & Kragan ( Jawa Tengah ). Dan tadi malam, Jepang berhasil menduduki Subang, & menguasai Lapangan udara Kalidjati, beberapa kilometer dari Lembang.

Tiba-tiba datang Mang Karman, tetanggaku, dia lari bergegas menyusuri jalan setapak untuk menemuiku, membawa pesan bahwa Jamila mengalami kejang-kejang. Aku segera pulang dengannya, yang kemudian ku dapati lidah Jamila berwarna biru-hitam, sementara badannya demam tinggi.
Aku meminta bantuan orang untuk memanggil dokter pribumi, yang tak lama kemudian, datang dokter bernama Dadang yang menganjurkan Jamila harus dibawa ke rumah sakit di Cisarua, Lembang.

Dari sejak itu, aku & Ajat  mulai bergiliran menjaga Jamila yang dirawat inap di Rumah sakit. Sementara, aku sering memikirkan nasib keluargaku di Ciwidey.
Sampai kemudian suatu hari, datang salah satu pelayan Tuan Horstmann yang memberi tau bahwa ada telepon dari Ciwidey ke rumah Tuan Horstmann, yang memberi kabar bahwa Mama sedang sakit keras. Aku langsung bingung apa yang harus ku lakukan.

(Foto Rumah sakit yang udah ada sejak jaman kolonial Belanda)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(Foto Rumah sakit yang udah ada sejak jaman kolonial Belanda)

Di dalam kegelisahanku, aku berdiri bersama Ajat di teras Rumah sakit. Matahari sore menembus daun-daun pohon kersen, & jatuh di wajah kami.

"Aku harus ke Ciwidey besok.." kataku lembut pada Ajat.
Lalu Ajat bersikeras untuk menemaniku ke Ciwidey.
Tapi.. aku bilang, "Kau harus menjaga Jamila, kau tau..Jamila sudah tak punya orangtua."
Ajat mengangguk tampak sedih.

"Hanya dua hari, maka aku akan kembali." lanjutku berusaha menenangkannya.

Beberapa saat, Ajat menatapku begitu dalam. Lalu seusai mengambil nafas dalam-dalam, dia mengangguk pasrah setelah melihat kesungguhan dari ku.
Dia memeluk ku dengan begitu erat, maka aku memeluknya juga demikian.
Berat sekali memang untuk kami berpisah, hanya saja, keadaan sedang tidak bagus.
Setelah berpelukan, Ajat mengusap lembut perutku, layak nya seorang ayah yang mengusap lembut anaknya.
Kurasakan mata ku sudah berkaca-kaca, hampir menangis. Ajat mencium keningku dengan manis.














 Ajat mencium keningku dengan manis

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Aku & Sudrajat [END]🔞 BLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang