Tilu

212 68 17
                                        

"Apakah Ajat membenci Belanda?"



Lalu hening kembali. Ajat tak langsung menjawab. Sebetulnya tak masalah bagiku, apapun jawabannya.

"Aku tidak, aku suka anak Belanda." jawab Ajat kemudian.
"Kepada semua anak Belanda?," kutanya lagi.
Katanya, "Hanya satu orang saja."
"Siapa orang itu, Ajat?" Aku ingin tau apakah dia mengatakan sebenarnya atau tidak, karena aku sudah bisa menebak jawabannya.
"Orang itu...."
"Siapa dia? Katakanlah!"
Kemudian Ajat berbisik di telinga ku. "Namanya Berend Lars Sanders," jawabnya dengan nada suara yang rendah & dalam-berat .
Wajahku dapat ku pastikan sedang memerah. Bibirku melengkung kan senyuman yang tak dapat ku tahan. Ku ambil tangan Ajat & menyimpannya di pipiku.
"Aku suka anak pemberontak," ucapku kemudian.
"Aku anak pemberontak," ucap Ajat.
"Ya, pastinya engkau,maksudku."
Dibawah cahaya senter kecil. Ketika aku merasakan wajahnya mulai mendekat ke wajahku, aku langsung meresponsnya dengan sesuatu yang lebih dari apapun.
Aku tidak ingin itu berakhir. Malam tropis yang mengagumkan. Dan aku ingin menjaga malam itu tetap menjadi malam pribadiku dengannya.









Pagi tiba, ketika aku terbangun, Ajat masih berbaring karena semalaman dia begadang menjagaku. Tercium bau pahit dari tanaman kebun teh di perkebunan.
Segalanya masih diselimuti halimun biru. Udaranya lebih dingin karena matahari bersembunyi dibalik awan kelabu,& aku hanya berpikir tentang melanjutkan perjalanan ketika samar-samar aku mendengar suara langkah orang yang datang. Ternyata dia adalah paman Hendrick. Dia muncul bersama empat orang asisten nya, dengan masing-masing membawa senjata.
Sungguh aku sangat terkejut. Aku berdiri, diam, dadaku terasa bergemuruh. Bingung apa yang harus ku lakukan pada situasi seperti itu.
Pagi yang begitu hening & horror.
Tiba-tiba aku ditarik oleh paman, tak peduli seberapa keras aku berjuang menahan diri dari tarikannya.
Hening... paman Hendrick menatapku tajam.
Satu sisi, aku paham dengan kekhawatiran keluarga ku. Sisi lain, hati kecewaku juga memberontak. Namun tetap aku merasa sudah bersalah kepada orangtuaku, mengecewakan Papa & Mama untuk beberapa hal yang juga kupikirkan sebagai anak.

"Apapun yang Berend akan katakan, Paman diperintah oleh Papa mu. Dan sekarang, Paman akan membawa mu pulang."
Aku melirik Ajat yang masih tertidur.
"Baiklah, Tuan Hendrick. Puas?!"

Tampak senyum sinis terulas dibibir paman.

Sebelum mulai beranjak, ku pandang Ajat dengan perasaan berat, terpaksa, aku mulai melangkah pergi dari tempat itu. Terpaksa dengan diam. Aku akan merasa lebih berat lagi & lebih sakit lagi jika aku harus berhadapan dengan Ajat dulu. Aku tidak mau itu. Kalian pasti mengerti perasaanku itu.

Kami pulang, berjalan tanpa berucap satu patah kata pun.
Angin-angin berdesir di pohon-pohon tinggi, burung-burung hinggap di dahan-dahan, suara merpati terdengar seperti menangis.





Papa benar-benar marah, tetapi aku tak tau apa yang harus ku lakukan. Merasa kondisiku sangat buruk, tak ingin berdebat dengannya. Dan bagaimanapun,harus ku akui aku salah & siap menerima hukuman. Papa mengatakan bahwa aku tak akan pernah diizinkan lagi bertemu Ajat. Aku merasa sangat tertekan & hampa. Tidak bisa mengubah keputusannya.
Papa menuduhku sudah membuat semuanya menjadi sangat buruk. Dia bilang,"Dulu, semuanya jauh lebih baik sebelum ada Ajat."
Kemudian dia membandingkan dengan keluarga Belanda lain, yang menurutnya jauh lebih baik.
"Apakah Berend harus melakukan sesuatu untuk orang lain, Papa? Apakah Papa mau mendengarkan Berend?", tanyaku sendu.

Aku pun benar-benar dihukum oleh Papa. Dikurung dalam kamar & hanya diberi makan roti beserta air. Mama tentu tidak setuju, tapi dia tak bisa berbuat apa-apa untuk melawan Papa.
Dikamar, aku terus membungkus diriku dengan sarung milik Ajat yang dia berikan padaku beberapa waktu yang lalu.
Sunyi, hanya ditemani suara cicak & burung hantu diluar.
Tiba-tiba pintu jendela berdecit terbuka. Sitih diam-diam membawakan ku makanan melalui jendela. Dilakukannya atas perintah Mama tanpa sepengetahuan Papa.
Terimakasih banyak, Mama. Rasa memahami, adalah milikmu yang sungguh sangat berharga bagiku.

Aku & Sudrajat [END]🔞 BLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang