Chen Li tidak menyangka jika dia akan mengenakan seragam SMA kembali. Dia akan mulai belajar lagi, dan mendapatkan tugas rumah.
Seragam SMA yang dikenakannya tidak seperti dalam bayangannya. Ternyata hanya kemeja putih biasa dengan celana panjang kotak-kotak berwarna merah marun. Tetapi ketika dikenakan, cukup keren juga.
Chen Li sedikit merapihkan poninya dengan memberikan sedikit gel, lalu mencoba tersenyum. Anehnya, wajah anak ini tidak cocok menjadi ramah. Mungkin Tuhan menciptakannya untuk menjadi cowok cool? Chen Li mengedikkan bahu.
Sejak semalam, dia sudah mencoba menghubungi ponselnya sendiri, sayangnya tidak aktif. Dia juga sudah mencoba menelepon Mayleen dan orang tuanya, tetapi tidak ada satu pun yang ditanggapi. Gara-gara itu, hatinya kembali risau, dan tiba-tiba berpikir negative lagi.
Tubuhku pasti baik-baik saja. Tidak apa-apa. Jangan khawatir.
Tidak ada yang menunggunya sarapan, bahkan supir yang seharusnya mengantarnya juga, sudah pergi sejak sepuluh menit yang lalu.
Bibi Shin memiliki raut wajah sangat menyesal.
"Apa Tuan Muda ingin saya panggilkan taksi?"
"Apa di garasi ada sepeda?"
"Ada, Tuan Muda. Tapi untuk ap—"
"Saya akan pakai itu," kata Chen Li cepat.
Chen Li sebenarnya tidak tahu bagaimana Lee Hwan berbicara dengan orang-orang. Entah itu bicara formal atau informal. Yang pasti Chen Li sendiri akan selalu berbicara secara formal terhadap orang yang lebih tua darinya dan orang yang tidak dekat dengannya, kecuali orang itu menyebalkan.
"Tapi bagaimana dengan pergelangan tangan Anda. Bagaimana kalau berdarah lagi?"
Jarak rumah ke sekolah membutuhkan waktu setengah jam dengan mobil, lalu bagaimana jika itu menggunakan sepeda? Tetapi Tuan Mudanya sangat bersikeras, dan Bibi Shin hanya bisa menatap kepergian remaja itu dengan khawatir.
Tuan Besar harus tahu...
.
.
.
Lee Hwan adalah murid yang biasa-biasa saja. Tidak ada kemampuan khusus yang dia miliki, baik di mata pelajaran maupun dalam hal lainnya. Untungnya, penampilannya cukup memberikan nilai plus.
Tidak ada yang tahu jika Lee Hwan dan Lee Ji Min terhubung dalam satu keluarga. Di sekolah, jarak mereka antara langit dan bumi. Ji Min adalah siswa teladan dan pintar, merupakan anggota OSIS dengan penampilan luar biasa. Nilai tambah darinya: dia anak dari keluarga kaya. Siapa yang tidak mengidolakannya? Banyak surat cinta yang masuk ke lokernya sampai tidak muat lagi.
Mereka satu angkatan. Baru saja naik ke kelas tiga SMA dua bulan yang lalu.
Sepuluh menit sebelum bel berbunyi, Chen Li membawa sepedanya menembus gerbang di tengah anak-anak yang mulai terburu-buru. Dia mengandalkan peta untuk sampai ke sekolah, sedangkan untuk kelasnya sendiri, dia akan mencari tahu nanti.
Di sepanjang jalan menunju parkiran, bunga sakura yang telah mekar, bergoyang lembut terbawa angin, seolah menyambutnya. Ada beberapa kelopaknya yang jatuh, satu diantaranya mendarat di rambut milik Chen Li.
Gedung sekolah di depan matanya adalah gedung empat lantai dengan kelebaran yang cukup luas. Ketika dia mencari tahu semalam, sekolah ini ternyata masuk ke dalam sepuluh besar sekolah menengah pertama terbaik di Korea. Hampir setiap tahun selalu mengirimkan wakilnya untuk ikut olimpiade nasional maupun tingkat internasional.
Chen Li menggaruk kepalanya. Tidak perlu unggul. Cukup jadi anak yang tidak pada peringkat terakhir saja.
Menurut petunjuk, kelas tiga berada di gedung utara dan letaknya paling ujung. Chen Li tidak tahu bagaimana sikap Lee Hwan terhadap teman-temannya. Dia bahkan tidak tahu apa remaja ini akrab dengan mereka atau tidak. Bagus kalau tidak.

KAMU SEDANG MEMBACA
[BL] Even You're Not a God [END]
Teen FictionBUKAN CERITA TERJEMAHAN! Author : Andrias13 Warning: Yaoi, BL, Gay ------------------------------------------------------------- Tan Chen Li adalah bayangan saudara kembarnya, Tan Mayleen. Ayahnya berkata, "Jangan mengeluh hanya karena hal sepele, b...