Sudah lewat puluhan hari sejak pertengkaran terakhir dengan keluarganya terjadi. Sekarang, libur musim dingin telah tiba, dan karena natal sudah ada di depan mata, para pekerja yang bekerja di rumah keluarga Lee, mulai menghias setiap sudut rumah dengan hal-hal berbau natal, kecuali pohonnya.
"Sekarang giliranku yang memasang bintang!" seruan Ji Min terdengar dari luar. Nada cerianya dipaksakan sekali, seolah ingin pamer.
Ini aku! Anak angkat yang lebih dekat dengan keluarga dibandingkan anak kandung sendiri!
Kekanak-kanakkan!
Lee Hwan satu-satunya orang yang berada di halaman belakang rumah, hanya bisa mencibir melihat pemandangan itu lewat jendela besar.
Keluarga Lee nampaknya memiliki tradisi menghias pohon natal sendiri setiap tahun, kecuali Lee Hwan.
Di kehidupannya dulu, semua makanan enak yang dibuat ibunya adalah kesukaan Mayleen, bahkan pakaian bagus juga milik kakaknya. Sedangka dia yang tidak suka seledri, harus menelannya keras-keras.
Lee Hwan hanya bersyukur satu hal; dia memiliki tempat tinggal terpisah dengan keluarganya setelah lulus sekolah menengah. Itu adalah apartemen yang dibeli kakeknya sebelum meninggal. Seumur hidup, keluarga yang benar-benar tulus menyayanginya hanya kakek dari pihak ibu. Sekarang tidak ada siapa pun.
Berbicara tentang apartemennya, Lee Hwan berpikir jika orang tuanya pasti sudah menjual tempat itu. Sejak awal ketika kakeknya menyerahkan apartemen itu padanya, orang tuanya tidak setuju.
"Memangnya Chen Li tinggal di jalanan sampai dibelikan apartemen?! Bukankah lebih baik uang itu untuk biaya pengobatan Mayleen?"
"Kenapa semua hal yang ayah punya selalu diberikan kepada Chen Li? Cucu ayah bukan hanya Chen Li!"
Mereka menentang habis-habisan seolah dirinya orang luar yang tidak berhak mendapat kebaikan itu.
Aku ini anak kandung kalian juga, kan?
Kadang, dia terpikirkan alasan mengapa orang tuanya bisa sangat membencinya; 1. Mungkin itu karena perhatian kakek yang selalu tertuju padanya, atau nomor 2. Mungkin karena... harta. Sejak kecil kakeknya selalu royal hanya padanya. Bahkan biaya kuliah Chen Li adalah sisa dari uang hasil menjual rumah satu-satunya kakek di desa setelah sebelumnya membeli apartemen untuk Chen Li.
Tetapi, apa benar karena alasan-alasan yang dia pikirikan? Masalahnya jika bukan karena itu, apa lagi?
Lee Hwan tidak memiliki petunjuk sama sekali. Sialnya, hanya karena memikirkan sedikit masa lalunya saja, perasaannya berantakan kembali. Lee Hwan sudah berkutat seharian di meja belajar. Pengap. Dia sudah muak sebenarnya. Dulu, dia juga bekerja keras, dia berhasil, tetapi masih tidak berhasil mengambil hati orang tuanya.
"Apa kau ingin pamer di depan kakakmu?!"
Di mata mereka tidak ada yang benar tentang dirinya.
"Haacchii! Haacchii! Haacchii!"
Lee Hwan bersin untuk kesekian kali. Suhunya memang telah lebih rendah beberapa derajat sejak kemarin. Tetapi meski begitu, dia malah keluar dengan bertelanjang kaki. Rumput yang diinjak seperti berubah menjadi ribuan jarum es yang menyetrum sampai ke tulang-tulang.
Sayangnya, lebih baik merasakan itu, daripada merasakan kekesalan karena sejak tadi suara Ji Min terus saja sampai ke telinganya.
Persetan, sialan!
Dia memberikan jari tengah untuk keluarganya.
.
.
.

KAMU SEDANG MEMBACA
[BL] Even You're Not a God [END]
JugendliteraturBUKAN CERITA TERJEMAHAN! Author : Andrias13 Warning: Yaoi, BL, Gay ------------------------------------------------------------- Tan Chen Li adalah bayangan saudara kembarnya, Tan Mayleen. Ayahnya berkata, "Jangan mengeluh hanya karena hal sepele, b...