05. Perasaan yang Tidak Diketahui Apa Artinya

4.2K 645 39
                                    

Lee Bo Yun baru saja melakukan rapat dengan para direksi. Karena ada masalah dengan salah satu pabrik di China, dia sudah beberapa hari berada di negeri tirai bamboo itu untuk mengurusnya sendiri.

"Kembali ke hotel." Dia berkata kepada supirnya.

Di perjalanan, suasana Beijing masih sangat ramai meski hampir tengah malam, mirip sekali seperti Seoul. Suhunya juga masih di bawah sepuluh derajat Celsius. Walau bukan suhu terendah, tetapi akan tetap gila jika keluar tanpa pakaian hangat.

Salah satu orang gila yang keluar tanpa pakaian hangat adalah remaja yang ada di halte bis itu.

TUNGGU!

Mata Bo Yun hampir keluar ketika melihat dengan jeli siapa remaja itu. Bukankah dia anaknya sendiri?

"Hentikan mobilnya!"

Di halte, Lee Hwan terlihat murung dan menyedihkan. Dia bahkan hanya mengenakan T-shirt tipis yang sama sekali tidak bisa menghalau angin.

"APA YANG KAU LAKUKAN DISINI?" Lee Bo Yun murka ketika menghampiri dia, tetapi saat Lee Hwan mendongak, jejak air mata yang kering membuatnya terperangah. Tidak lama, anak itu menangis tersedu-sedu.

"Barang-barangku—hic—dicuri orang—hick—Aaaaahhh—hic—!!!

Dua jam yang lalu, Lee Hwan yang kelaparan setelah menangis, pergi ke tempat makan dengan harapan bisa makan makanan yang biasa dia makan. Tetapi saat hendak masuk ke dalam kedai, seorang pemabuk tiba-tiba muntah dan mengotori jaketnya. Kesialannya tidak sampai itu saja. Dia yang hendak mengambil jaket candangan di dalam tas, harus merelakan tasnya karena seseorang dengan kecepatan cahaya tiba-tiba merampas tas itu dan kabur begitu saja.

Lee Hwan sempat bersyukur karena jaman sekarang pembayaran apapun tidak perlu menggunakan cash lagi. Jadi dia mengeluarkan ponselnya dengan pede, tidak tahu jika benda itu telah mati sejak beberapa saat yang lalu.

Langkahnya tidak jadi ke tempat makan. Dia stress. Otaknya kacau dan tidak bisa berpikir lurus, jadi dia pergi ke halte bis yang sepi dan menangis lagi di sana.

Kembali ke saat Bo Yun menemukan Lee Hwan, remaja itu masih terisak. Dengan sesak yang teramat dalam, dia menumpahkan keluh-kesahnya kepada pria di hadapannya itu.

"Kenapa tidak ada yang mencintaiku? Bukankah aku juga bagian dari keluarga kalian?"

Sebenarnya, yang dia maksud adalah keluarga aslinya (keluarga Tan), namun nampaknya Bo Yun memiliki pemikiran yang berbeda.

Lima belas menit berlalu, Lee Hwan yang kelelahan kemudian tertidur tanpa sadar. Sedangkan Bo Yun menghela napas, dia mengangkat putranya itu lalu membawanya ke dalam mobil.

Wajah Lee Hwan masih murung, bahkan ketika dia tertidur. Dan kulit tubuhnya...

Bo Yun mengkerutkan kening. Putranya saat ini sedang meringkuk seperti bola "Tolong naikkan suhu penghangatnya."

Dia sebenarnya sangat marah. Bagaimana bisa Lee Hwan bisa sampai ke China? Untuk apa? Tetapi ketika dia mengingat bagaimana Lee Hwan menangis tadi, hatinya agak kecut.

Bo Yun lantas mengambil ponselnya, lalu menelepon seseorang.

"Cari tahu bagaimana Lee Hwan bisa sampai ke China dan apa tujuannya?" perintahnya kepada seseorang di seberang sana.

Dia bisa saja menanyakan langsung kepada putranya setelah dia bangun nanti, tetapi dia bukan orang yang seperhatian itu. Lagipula, yang akan dia lakukan setelah Lee Hwan sadar adalah memarahinya, bukan menanyakan tujuannya. Anak ini harus diberi disiplin tegas.

Sayang sekali niatnya tidak bisa terlaksana. Saat tiba di hotel, Lee Hwan ternyata mengalami demam tinggi. Dia mengigau beberapa kali sampai Dokter memeriksanya dan memberikan inpus.

[BL] Even You're Not a God [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang