Ji Min tidak mengerti. Keadaan Lee Hwan terlalu berbeda semenjak dia di hukum oleh ayah mereka. Kenapa jadi seperti ini? Dia hanya ingin Lee Hwan kembali bergantung kepadanya. Tetapi kenapa pemuda itu malah semakin menjauh?
Setelah Lee Hwan menolak bertemu dan terus mengurung diri di kamarnya, Ji Min dengan berat hati kembali ke kamarnya sendiri, lalu merenung. Saat itu, ingatannya tiba-tiba jatuh ketika pertama kali Lee Hwan datang ke rumah ini setelah ditemukan. Dia sangat indah, tetapi begitu terlihat kekurangan cinta. Anehnya, itu menggerakkan sifat posesifnya. Bagus sekali jika dia melihat harapan hanya padaku saja.
Jadi, dia mulai memanipulatif pikiran orang-orang terhadap Lee Hwan. Biarkan mereka semua membenci Lee Hwan, dan dia yang akan selalu hangat kepadanya.
Dia pikir semuanya akan berjalan sesuai dengan keinginannya. Sayangnya tidak. Semua itu berkat siswa bernama Jung Jin Ho.
Tangan Ji Min mengepal.
Jung Jin Ho adalah murid satu angkatan dengan mereka dan merupakan anak haram dari pemilik rumah sakit terbesar di Seoul. Dia tidak bergaul dengan siapapun dan tidak bisa diusik oleh siapapun. Jin Ho harusnya tetap seperti itu setelah Lee Hwan datang, tetapi sikapnya kemudian berubah.
"Tidak baik memiliki banyak topeng di wajahmu," bisik Jin Ho kepadanya di suatu hari saat mereka berpapasan di koridor.
Pemuda itu jadi benar-benar suka ikut campur dengan urusan orang lain, dan Ji Min tidak suka. Dari sana, dia mulai mendesak Lee Hwan agar menjauh dari Jin Ho.
"Jangan dekat-dekat dengan dia. Orang itu tidak baik."
"Oke."
Tetapi itu tidak cukup. Hatinya panas ketika Jin Ho mengajak Lee Hwan bicara saat mereka bertemu tidak sengaja. Dia tahu jika Lee Hwan tidak menanggapi, namun tetap saja...
"Kenapa kalian ngobrol? Apa yang kalian bicarakan?" Ji Min bertanya kepada Lee Hwan ketika mereka sampai rumah.
"Yang disebut mengobrol itu adalah percakapan dua arah! Kau lihat aku bagaimana?!" tanya Lee Hwan, sepertinya mulai jengah.
"Aku tidak suka kau berbicara dengan orang lain!"
"Jangan mengikatku seolah aku adalah milikmu!"
"Lee Hwan!"
Saat itu lah tragedy terjadi. Ji Min yang hendak meraih tangan Lee Hwan, segera di tepis oleh si empunya dengan kasar. Akibatnya dia terjelembab dan kepalanya segera membentur ujung meja. Kebetulan, Hae Min baru saja pulang dari kampusnya dan melihat itu.
"APA YANG KAU LAKUKAN?!!!"
Ji Min mendesah. Seandainya dia lebih sabar, mungkin tidak akan ada kejadian itu, dan mungkin Lee Hwan akan masih bergantung kepadanya.
.
.
.
Ketika Chen Li keluar dari kamar, itu sudah hari ke tiga sejak dia mengurung diri kembali, yang kali ini atas kemauannya sendiri. Raut wajahnya jauh lebih dingin, nyaris tanpa emosi.
Bibi Shin yang melihat Tuan Mudanya akhirnya keluar, hampir merasa lega sampai dia melihat pemuda itu membawa ransel yang cukup besar.
"Tuan Muda, Anda mau kemana?" Bibi Shin berlari mengikutinya. "Tuan Muda?"
Chen Li sebenarnya malas untuk berhenti dan menjelaskan. Tetapi tiba-tiba terpikir, jika dia melakukan itu, mungkin akan jadi beban bagi orang lain. Bagaimana jika ayahnya nanti bertanya, sedangkan Bibi Shin tidak memiliki jawaban yang diinginkan? Jadi, dia berhenti dan berkata dengan singkat.

KAMU SEDANG MEMBACA
[BL] Even You're Not a God [END]
Novela JuvenilBUKAN CERITA TERJEMAHAN! Author : Andrias13 Warning: Yaoi, BL, Gay ------------------------------------------------------------- Tan Chen Li adalah bayangan saudara kembarnya, Tan Mayleen. Ayahnya berkata, "Jangan mengeluh hanya karena hal sepele, b...