07. Masa Lalu

3.6K 523 40
                                    

Saat itu matahari telah berada pada batasnya, tetapi aktifitas manusia tidak ada habisnya. Bahkan bagi seorang anak sepuluh tahun.

Jung Jin Ho baru saja selesai bermain bola. Sambil menenteng sepatunya yang sudah sobek-sobek, dia melambai kepada temannya dan mereka akhirnya berpisah.

Senyum semangat itu masih merekah dengan indah. Bagaimana tidak, ini adalah kali pertama seseorang mau bermain dengannya. Padahal dia bukan anak yang nakal. Dia juga tidak jelek. Jika dibandingkan dengan anak yang lain, Jin Ho memiliki paras paling tampan meski di tengah penampilan miskinnya.

Pikiran positifnya kemudian mengingatkan: tidak apa-apa, mereka hanya iri dengan wajah tampan ini.

Jin Ho masuk ke gang perumahan kumuh yang tidak jauh dari tempatnya bermain tadi. Lokasinya dikenal dengan distrik pelacuran pinggiran ibu kota. Di tempat itu, sudah hal lumrah wanita menjajakan diri. Mereka akan berdiri di pinggiran jalan sambil bersikap genit kepada setiap pria yang lewat.

Jin Ho tidak mengerti. Apa bagusnya wanita yang berdandan tebal seperti itu? Meski dia belum genap berusia 11 tahun, tetapi pikirannya pada hal tertentu sudah lebih dewasa.

"Aku pulang~!" Dia akhirnya masuk ke dalam rumahnya sendiri. Ukurannya tidak terlalu besar tetapi mempunyai halaman kecil untuk bersantai. Sayangnya, dia tidak pernah melakukan itu sejak suatu hari di masa lalu, dia melihat ibunya sedang bercinta dengan seorang pria di sana. Mereka bergumal seperti sepasang anjing yang tidak tahu malu. Benar-benar membuat mual.

Jin Ho sudah berpikir akan segera tidur setelah mandi, sama sekali tidak menyangka jika ibunya akan menyerbu dan menampar pipinya dengan kencang.

"Dari mana saja kau, baru pulang jam segini?!" Teriakan Ahn Shin Ah terdengar sangat murka, tubuhnya bergetar hebat. Kemudian tidak hanya itu, dia dengan keras menjambak rambut putranya, membawa wajah anak itu agar benar-benar melihat ke arah matanya.

Pandangan arogan seperti pria-sialan-itu. Bahkan wajah mereka bak pinang di belah dua. Anehnya, Shin Ah menjadi lebih bersemangat.

Jin Ho meringis, tetapi dia mencoba menjawab sebaik mungkin.

"A-aku main dengan temanku, Bu."

Sayangnya, itu bukan jawaban yang tepat.

"Dengan teman? Kau tidak punya teman!!!"

Kepala Jin Ho di tarik paksa dan dibenturkan ke arah bupet.

"Ampun, Bu. Ampun!!!"

"KAU TIDAK PUNYA TEMAN! SEJAK KAPAN KAU PUNYA TEMAN!!!"

Kepala Jin Ho sudah berdarah. Pandangannya mulai kabur.

Shin Ah menggeram.

Kau ini milikku. Hanya milikku. Kau hanya boleh bergaul denganku!

"Bagaiman kau bisa berteman?! Padahal aku sudah membuat mereka semua menjauh darimu!!"

Karena kau hanya milikku.

Shin Ah kemudian mencium bibir Jin Ho dengan rakus. Seolah-olah itu adalah bibir paling manis di dunia.

Jin Ho sendiri telah hilang kesadaran sejak sebelum ibunya melakukan tindakan yang tidak senonoh itu.

Saat bangun, ibunya sudah tidak ada, kepalanya sudah diperban, tetapi lipstik yang berantakan di sekitar bibirnya masih menempel dengan jelas.

Jin Ho mual. Dia berlari ke kamar mandi dan segera membersihkannya. Hanya saja, perasaan menjijikan itu masih ada.

Ini bukan kali pertama.

Seandainya dia bisa pergi dari sini...
.

.

[BL] Even You're Not a God [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang