Bab 30. Pengalaman Pertama

3K 139 0
                                    

▪︎ Happy reading
︎ Kalo suka like, komen, sama share, ya

~~~

Alesha buru-buru keluar dan membanting keras pintu ruangan pimpinannya lalu bersandar di sana sambil memegangi dada yang berdebar kencang. Wanita itu menarik napas lalu mengembuskannya perlahan. Dia melakukan hal yang sama sebanyak tiga kali untuk menenangkan diri. Dia tidak menyangka jika Bagas yang dingin itu bisa melakukan hal seperti barusan. Jantungnya serasa hampir copot.

Wanita itu menggaruk kepala yang tidak gatal sambil berjalan kembali ke mejanya. Dia menggigit bibir bawah setiap kali kejadian semalam berputar dalam ingatan. Pasti si Bagas mau bales dendam sama gue. Makanya dia ngelakuin itu tadi. Sialan! ucap Alesha dalam hati.

Kalau dipikir-pikir lagi, semua yang terjadi antara dia dan Bagas memang karena ulah Alesha sendiri. Mulai dari pertemuan awal mereka di klub malam hingga kejadian semalam di pesta reuni SMA-nya, hal itu terjadi karena kecerobohan Alesha.

Wanita itu kini memijit keningnya yang terasa sakit. Efek dari bir semalam masih bekerja. Ditambah lagi dengan pesona bosnya yang super ganteng itu. Benar-benar perpaduan yang sangat berbahaya. Alesha harus menjaga jarak aman dengan Bagas kalau masih mau jantungnya aman.

Inget, Sha! Lo udah punya calon sendiri. Lo sendiri yang bilang kalo pangeran masa kecil lo itu bakal dateng lagi buat ngelamar lo. Jadi, sekarang lo harus jaga hati. Terutama dari Bagas.

Namun, dia teringat lagi alasannya menghabiskan tiga gelas bir dan membuatnya mabuk hingga melakukan hal memalukan kepada Bagas. Wanita itu masih harus mencari kekasih untuk membuat Rez berhenti mengganggu hidupnya. Wanita yang menopang dagu dengan telapak tangannya itu tersenyum saat terlintas sebuah ide gila dalam pikiran.

Apa gue minta Bagas buat jadi pacar bohongan gue aja, ya?

"Nggak-nggak-nggak! Sama aja gue bunuh diri, dong. Pasti Bagas langsung nyuruh gue bayar penalti tanpa diskon karena udah berani mikir yang enggak-enggak."

Alesha meremas rambutnya frustrasi. "Aarrgghh! Gue harus gimana sekarang? Setelah kejadian barusan pasti gue makin canggung buat ketemu sama dia!"

Mampus lo Alesha! Kenapa hidup gue jadi rumit gini?

Sialan!

Sedang asyik mengumpat dalam hati, tiba-tiba dia dikejutkan dengan kedatangan Dewi. Bukan salah kepala HRD itu yang datang langsung menyapa, tetapi memang Alesha saja yang sedang tidak fokus.

"Eh, Bu Dewi. Maaf, Bu. Saya nggak denger." Alesha menatap Dewi sambil meringis.

"Ngelamunin apa sampek segitunya?"

"Eh? Eng-enggak ada, kok, Bu. Oh, iya. Bu Dewi ada perlu apa?" Alesha langsung mengalihkan pembicaraan agar Dewi tidak bertanya lebih lanjut.

"Gimana persetujuan cutiku?"

"Oh, saya barusan udah serahin ke Pak Bagas. Katanya mau diperiksa terus langsung ditandatanganin sekalian kasih persetujuan di sistem."

"Oh, syukur, deh. Aku sekalian mau izin pulang duluan. Soalnya sekarang jadwalnya kontrol dan dokter kandungannya barusan telpon kalo dia buka praktek lebih awal. Mana perut ini udah sering sakit-sakitan."

Alesha tertegun sambil memperhatikan perut Dewi yang makin membesar itu. Dia menarik napas saat menyadari perjuangan seorang ibu begitu berat. Namun, mereka tetap tulus menyayangi sang buah hati. Wanita itu mengalihkan pandangan ke kanan lalu mengusap sudut mata yang tiba-tiba basah karena mengingat mendiang ibunya sendiri.

His Secretary [TAMAT] - SEGERA TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang