Alone

192 9 1
                                    

Sendirian dan kesepian itulah yang kini dirasakan oleh Lieve, kakinya terus melangkah tanpa tujuan lengan kecilnya memeluk tubuh nya dengan erat.

Jalan yang ia susuri entah sudah berapa jauh namun tak juga menjumpai ujung, ia bahkan tidak menemukan suatu desa atau kota yang ia lalu adalah jalanan yang di samping kanan kirinya adalah hutan lebat dan sepertinya jarang dilalui oleh manusia.

Rasa takut mulai menghantuinya, kakinya sudah gemetar karena sudah tak sanggup berjalan lagi , badannya menggigil kedinginan, haripun sudah mulai gelap, ia sedikit menyesal melarikan diri jika akhirnya akan seperti ini.

" Bagaimana ini, aku sangat lapar hari juga sudah mulai gelap, aku bahkan tidak tau dimana ini..andai saja ada ayah disini mungkin dia akan langsung mencariku dan menemukanku dan akhirnya akan memelukku sambil menenangkanku"

Dalam hidupnya ia sama sekali belum pernah berada dalam keadaan seperti saat ini, ia selalu dalam lindungan ayahnya ia selalu dalam pelukan ayahnya yang selalu menenangkannya ketika takut ia selalu dalam dekapan ayahnya ketika ia sedih dan itulah yang membuatnya kini menangis ia benar benar merindukan ayahnya.

" Ayah.. apakah kamu baik baik saja tanpa aku? Apakah kamu masih menangisi kepergian putrimu ini?. Ayah aku takut berada disini, disini sangat menakutkan. Aku sendirian tidak ada ayah yang melindungiku memelukku dan menenangkanku disini hikss.. ayah..kumohon jika tuhan mengijinkan datanglah padaku dan kembalilah menjadi ayahku yang selalu menyayangiku dikehidupanku yang ini pula..." tangis Lieve tak tertahan membuat tubuhnya yang menggigil kedinginan itu mulai limbung dan terjatuh ketanah kesadarannya mulai menghilang hingga akhirnya matanya tertutup sempurna.

Tubuh ringkih itu kini terbaring dijalan beraspal hingga akhirnya hujanpun turun mengguyur bumi.

🍁🍁🍁🍁

" Apa? Bagaimana Lieve bisa kabur dari rumah ini?, kemana para penjaga yang bertugas didepan gerbang?" Adrian tidak bisa lagi menahan emosinya ketika mengetahui adik kesayangannya tiba tiba menghilang atau mungkin kabur dari rumah.

Rasa khawatur begitu menyiksanya, Ia sangat takut jika adiknya kembali mengalami hal yang tidak diinginkan. Baru saja Lieve keluar dari rumah sakit kini sudah kembali berulah.

"Cepat kerahkan semua penjaga untuk mencari Lieve, bawa dia dalam keadaan utuh tanpa terluka sedikitpun! Jika sampai besok kalian belum bisa menemukannya maka bersiap siap seluruh nyawa keluarga kalian dalam bahaya!" Teriak Adrian yang murka

"BAIK TUAN.."Seru para penjaga yang langsung bergegas berpencar melaksanakan tugas yang mereka terima

Waktu sudah menunjukan pukul 21.35 dan mereka belum juga menemukan nona muda mereka, para penjaga mulai ketar ketir karena takut nyawa keluarga mereka terancam jika mereka gagal membawa kembali nona kecil mereka.

Sedangkan keadaan di dalam kediaman Aligro, sangatlah mencekam kedua kakak laki laki Lieve yang tak lain Adrian dan Arsen kini sedang mengeluarkan aura mencekam yang begitu menyesakan bagi orang yang ada disekitarnya.

"Apa perlu aku rantai saja kakinya agar adiku yang nakal itu tak bisa kabur lagi?" Seru Adrian dengan mengeraskan rahangnya marah

Arsen yang mendengar itu memutar bola mata jengah akan kelakuan kakaknya itu, Arsen tak habis fikir kenapa kakaknya itu bisa-bisanya ingin merantai adik kesayangannya itu bagai anjing peliharaan?.

"Silahkan saja lalukan itu, tapi sebelum itu aku akan membakar rumah ini, cih.. aku tak akan membiarkan adiku tersayang dirantai olehmu seperti hewan peliharaan!" Pungkas Arsen

"Kau anak kecil tau apa?, bahkan mengurus diri sendiripun tidak becus bagaimana mengurus Eve" ledek Adrian dengan nada remeh pada Arsen

"Jangan meremehkan aku, aku bahkan sudah punya banyak bisnis dan itu sudah mampu menghidupi Eve hingga tua" bangga Arsen dengan sombongnya

"Cih.. hanya bisnis gelap tahap bawah yang bahkan tidak ada apa apanya dibandingkan dengan bisnis milikku!" Adrian tak mau kalah kali ini

"Terserah kau saja!" Arsen lelah

Drttt...drttt...
Adrian melirik ponsel nya yang tergeletak di atas meja, lalu mengangkat panggilan yang masuk ke ponselnya

" Ya Edgar ada apa?"
" Adrian ku dengar kau mencari seorang gadis muda? Sebenarnya siapa dia?"

"Ya dia adalah adik ku yang disembunyikan itu" simplenya

"Lalu bagaimana dia bisa melarikan diri dari penjagaan ketat keluarga Aligro?" Keponya

" Aku juga tidak tau, jadi kamu menelepon hanya untuk bertanya-tanya saja, atau mau bantu mencari?"

"Tentu saja memberi informasi "

"Informasi apa?" Adrian mengerutkan dahinya

"Aku tadi melihat Jean membawa seorang gadis muda digendongannya , dan dia keluar dari kawasan hutan yang menuju ke kediaman rahasia Aligro, gadis itu memakai gaun putih apa dia adikmu itu Adrian?"

Adrian yang mendengar itu tentu saja terkejut, bagaimana sahabatnya itu bisa membawa adiknya tanpa memberitahunya terlebih dahulu, juga kapan dan bagaimana mereka bisa bertemu?.

"Baiklah terimakasih Edgar"

"Ya, kalau begitu aku tutup panggilannya"

Panggilan telepon itu sudah berakhir. Arsen hanya bisa menyimak kakaknya sambil sedikit menguping apa yang kakaknya bicarakan dengan sang penelpon tadi.

"Apa itu tentang Eve?" Tanya Arsen

Namun bukannya menjawab Adrian malah berdiri dari duduknya lalu pergi begitu saja meninggalkan Arsen yang menatapnya kesal.

Arsen yang ditinggalkan begitu saja hanya bisa menghela nafas maklum menghadapi sikap kakaknya yang ajaib itu. Tapi instingnya sangat kuat bahwa kakaknya itu akan menjemput adiknya Eve hingga akhirnya ia pun memilih untuk mengikuti kemana kakaknya itu pergi.














Bantu vote and komen ya readers🍁🍁🍁

The Second Life [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang