Chapter 12

180 6 0
                                    


Brakkk ...
brakk..
prangg

Suara bising itu sudah terdengar selama kurang lebih satu jam di sebuah mansion mewah milih keluarga Aligro.

Si Pembuat kebisingan itu tak lain adalah Adrian, ya sejak kepulangannya dari kastil rahasia milik Jeano, ia begitu murka dengan laki laki itu.

Bagaimana tidak usahanya selama bertahun tahun untuk mengisolasi Lieve dari dunia luar malah jadi sia-sia. " Kak udahlah bagaimanapun, kalau sudah menyangkut Jeano kita bisa apa?" Arsen berusaha menghentikan aksi brutal kakaknya
yang tak hentinya memecahkan seluruh barang yang ada di dalam mansionnya.

"Tutup mulutmu Arsen! Sampai kapanpun kakak gak akan biarin Jeano merebut Lieve dari kita" Mata Adrian memerah dengan tangan mengepal erat

Arsen yang melihat kemarahan kakaknya hanya bisa menghela nafas
"Kak sadar semua ini gak bakal terjadi kalau bukan karena kita juga!"

"Tapi kakak lakuin ini semua demi Lieve, Kakak pengen yang terbaik buat dia, kakak gak mau kalau Lieve mengalami hal buruk untuk yang ke dua kalinya!" Badan Adrian meluruh kedua lututnya menekuk

"Kalau bukan karena kesalahan dia sendiri, semua ini gak akan pernah terjadi, kakak gak bisa kalau harus kehilangan lagi" Adrian terisak setelah sekian lama

Arsen menunduk sedih melihat betapa rapuh kakaknya ini , Setelah sekian lama ia tidak pernah melihat tangisan kakaknya.
" Kak , Arsen bakal coba yang terbaik buat bawa lagi Lieve ke sisi kita kalau itu memang yang terbaik, tapi Arsen gak bisa janji bawa Lieve balik kalau Lieve merasa bahagia dengan tidak bersama kita!" Arsen mengusap bahu Adrian yang kini bergetar menahan isakannya

Arsen meninggalkan Adrian yang tak bergeming ditempatnya.

Adrian mengepalkan tangannya.
" Akhirnya aku menemukanmu, tapi kenapa takdir begitu jahat padamu? Takdir kembali mempertemukanmu dengan sumber luka, jangan biarkan aku menyesali takdir untuk yang kesekian kalinya".

🥀🥀🥀

"aaaaa.....Tidak Diana aku tidak mau pakai benda itu, lepaskan aku Diana, huhu itu sangat menakutkan" Lieve terus berlarian kesana kemari didalam kamarnya diikuti oleh pelayannya Diana.

" Nona ayolah ini tidak menakutkan, ini demi kebaikanmu juga, rambutmu sangat berantakan jika tidak dikeringkan oleh hairdryer dulu!" Diana kukuh mengejar Lieve agar mau mengeringkan rambutnya

Lieve yang melihat Diana menggenggam benda yang ia sebut hairdryer itu menggigil ketakutan, bagaimana tidak benda itu mengeluarkan Angin panas seperti semburan mulut naga.

Sebelumnya ia sangat penasaran dengan benda itu, lalu ia mencoba untuk memegang dan mencolokan kabelnya seperti yang Diana lakukan pada setrikaan baju, ia membulak balikan benda itu, rasa penasaran nya langsung hilang ketika semburan Angin panas dari hairdryer menyerobot wajah cantiknya.

"Diana percayalah padaku! benda itu adalah anak naga, apakah kau tak pernah merasakan betapa panasnya angin yang keluar dari mulutnya?" Ucap Lieve sambil bersembunyi di belakang gorden

Diana yang mendengar itu hanya menggelengkan kepalanya heran, kenapa dizaman yang serba canggih ini masih ada manusia yang sekuno nonanya ini? yaampun.

" Nona tenanglah! ini bukan anak naga, ini itu namanya hairdryer alat untuk mengeringkan rambut, angin panas yang keluar darinya itu berasal dari pemanas listrik jadi uap yang keluar menjadi panas begitu nona"
Diana dengan sabar menjelaskan

Lieve tertegun sejenak memikirkan apakah Diana berbohong atau tidak
" Jangan berbohong Diana, ohh...atau jangan- jangan kamu itu penyihir ya? kamu bersekutu sama naga?" Ucap Lieve melotot

Diana yang sudah tak habis fikir dengan kelakuan nonanya pun memiliki ide" Kalau memang betul aku penyihir nona mau apa?, jadi sebelum aku sihir nona menjadi cicak maka kemarilah jangan membuatku marah" Ucapnya berkacak pinggang

Lieve yang memang sudah ketakutan menjadi kehabisan akal dan akhirnya menuruti permintaan Diana, daripada dikutuk jadi cicak,pikirnya.

Ia melangkah perlahan menuju Diana lalu berlari dengan kencang menuju sofa dan duduk dengan anggun disana, " Ayo penyihir Diana, aku sudah menurut untuk didandani dengan semburan mulut anak naga itu, jadi jangan kutuk aku jadi cicak!" Ucap Lieve duduk dengan tegang sambil sesekali melirik Diana yang kini mendekatinya

" Baiklah Nona Lieve, duduklah yang manis! Biarkan anak naga ini bekerja, kalau tidak akan ku kutuk kau menjadi cicak!" Diana menyeringai menakutkan sekali dimata Lieve

" Siapa yang akan kau kutuk menjadi Cicak Diana?" Suara itu menyentak kedua wanita muda itu

Lieve yang merasa ada kesempatan untuk meminta pertolongan langsung beranjak dan berdiri di belakang pria itu

" Tu..tu Tuan maaf saya tidak bermaksud menakut nakutin nona Lieve, maafkan saya" Diana membungkukan badan nya berkali kali

Lieve yang melihat itu hanya bisa menjulurkan lidahnya kearah Diana dengan begitu menyebalkan.

" Lain kali jangan pernah menakutinya lagi Diana, ini peringatan terakhir untukmu!" Laki laki itu adalah Jeano, sebenarnya ia tidak marah pada Diana, ia hanya ingin melihat wajah lucu Lieve yang ketakutan dan wajah lieve yang kini dengan bangganya bersembunyi di balik tubuhnya

" Dan kau Lieve!" Ucapnya membuat Lieve yang tengah menatap Diana usil langsung tersentak mundur

" ya hehe" ucapnya cengengesan

" Belajarlah menjadi pintar..Jangan berprilaku seperti bocah, dizaman ini tidak ada namanya anak naga begitupun penyihir kau mengerti?" Lieve yang mendengar itu mengangguk lalu menatap nyalang kearah Diana yang kini menggaruk kepala belakangnya sambil tersenyum canggung padanya.

"Ya. aku juga tau lagi pula siapa yang tidak tahu kalau di zaman ini sudah tidak ada naga dan penyihir,kalaupun ada yang tidak tau berarti orang itu aneh" Lieve kembali duduk disofa

Jeano memasukan kedua telapak tangannya pada saku celana nya, lalu terkekeh ria. " Baiklah terserah kau saja, aku kesini ingin memberi tahumu, nanti malam datanglah ke meja makan kita akan makan malam bersama!"

"Aku tidak mau!" Lieve menyandarkan tubuhnya disandaran sofa

" Ini perintah Athena bukan tawaran! aku tidak menerima penolakan!"

Entah kenapa ketika Jeano memanggilnya dengan sebutan 'Athena' kepalanya mendadak sakit dan pandangannya memburam hingga akhirnya kegelapan menyelimutinya .





*Jangan Lupa Vote and Koment
hari ini aku up nya emang keroyokan soalnya lagi ada mood buat nulis aja
jadi kalian pilih.

Next or Stop
 

tandai jika ada typo

The Second Life [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang