10

942 140 14
                                    

Promise Me, Sensei

Story by : Eminamiya

Rate : M


HARGAI USAHA PENULIS DENGAN CARA TIDAK MENJIPLAK ATAU MENGCOPY CERITA INI

DON'T LIKE, DON'T READ

Happy Reading




Naruto’s POV

Remasan tanganku pada setir kemudi menjadi semakin kuat. Dengan gerakan cepat, aku menepikan mobil penuh emosi.

Menghela napas pelan, seketika kuposisikan kepala agar menghadap ke arahnya, pada Ino.

“Apa yang kau lakukan di sana?”

Bukan menjawab, dengan sinis Ino mengalihkan pandangan ke arah yang berlawanan denganku.

Kekesalanku mulai unjuk diri, tapi coba kutekan sekuat mungkin. Kusebut sekali lagi namanya hingga ia mau menatap padaku.

Tatapannya datar.

“Aku hanya ingin bicara dengannya.”

"Apa? Apa yang kau bicarakan dengannya?! Kenapa kau bisa tahu--" Mataku memicing. “Apa semalam kau mengikutiku?”

Ino mendengus pelan dan meremas tas bermerk di tangannya dengan kuat.

“Aku penasaran siapa dia. Kemarin, kau sampai membentakku hanya karena aku melarangmu mengejarnya. Aku ingin tahu apa hubunganmu dengannya. Kupikir itu hanya pikiran berlebihanku saja, tapi, setelah melihat bagaimana sikapmu tadi, aku jadi yakin kalau kalian memang memiliki hubungan.”

Perempuan ini..., kenapa dia selalu saja mencari masalah?

“Itu urusan pribadiku. Kau tidak punya hak untuk ikut campur sampai sejauh ini." Sekuat tenaga kuusahakan untuk mengontrol perkataan, karena paham betul bagaimana pribadi perempuan di sebelahku.

Namun, lain hal dengannya. Bersama aura menantang, ia menghadapkan tubuh lalu menatapku dengan sengit.

“Bukan hakku?! Aku ini calon istrimu! Aku tidak peduli dengan kehidupanmu sebelumnya, tapi sekarang, kau sudah terikat denganku, itu artinya, aku memiliki hak untuk ikut campur urusanmu. Kenapa kau seenaknya saja bicara seakan ikatan kita hanya status belaka?”

Status belaka?

Dalam hati, aku tertawa miris. Bukankah memang seperti itulah kenyataannya?

“Kenapa kau bersikap seperti ini padaku, Naruto?!”

Lagi, lagi dan lagi, aku hanya bisa menghela napas saat wanita ini mulai mengeluarkan bakat andalan; menangis.

Kuposisikan diri agar bersandar pada jok dan menatap lurus ke depan. Jika seperti ini, aku tidak bisa berkutik lagi.

“Aku akan mengantarmu pulang.”

Benar. Kurasa, segera mengantarnya pulang adalah pilihan paling tepat dari pada harus berlama-lama meladeni.

Lagi pula, ada urusan lain yang harus kulakukan. Bukan malah terperangkap di sini sembari mendengar semua drama yang terus keluar dari mulutnya.

Promise Me, Sensei ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang