~Happy reading~
.
.
.~oOo~
Seorang pria malang dengan surai pirang platina kini sedang berjuang untuk meraih botol ramuan yang ada di mejanya.
Setiap tarikan nafas membuatnya merasa ditusuk-tusuk oleh belati, batuk hebat yang dari tadi tidak berhenti membuat sakitnya lebih buruk.'Prang!'
Botol ramuan itu pecah dan berserakan di lantai marmer.
"Sial!" Rutuk si pirang.
'Itu adalah botol ramuan terakhir...'"Draco! Ada apa!?" Severus Snape datang dengan wajahnya yang cemas.
"Aku... memecahkan botol ramuan terakhir." Jawab Draco lemah.
"Tidak apa-apa, aku sudah menyiapkan lebih banyak." Walaupun suara dan ekspresi Severus datar, siapapun bisa menangkap kekhawatiran dan kesedihan disana.
"Terimakasih, uncle Sev." Draco tersenyum miring.
"Tak masalah." Severus menjawab lalu pergi untuk mengambil botol ramuan lainnya setelah membersihkan sisa-sisa pecahan kaca dari lantai menggunakan sihir.
.
Severus membantu anak baptis nya untuk meminum ramuan agar meringankan rasa sakitnya.
"Lebih baik?" Tanya Severus."Tidak pernah sebaik ini." Jawab Draco.
"Istirahat lah." Perintah Severus.
"Kau tau Sev, aku sudah istirahat lebih dari cukup. Bukankah sekarang aku bisa melakukan sesuatu yang lebih... produktif?" Tanya Draco dengan main-main.
"Bisa kau jelaskan apa maksudmu dengan sesuatu yang produktif itu?" Severus bertanya sambil menaikkan sebelah alisnya.
"Entahlah. Membaca, melukis, atau menulis surat juga boleh." Draco menjawab dengan semangat.
"Katakan saja apa yang ingin kau baca, aku akan membawakannya." Ujar Severus.
"Sebenarnya, aku ingin menulis surat. Jadi aku butuh kertas, pena dan tinta." Jawab Draco.
Severus menatapnya sebentar lalu berkata "Akan ku siapkan."
.
Draco menghabiskan beberapa jam lagi untuk menulis surat-suratnya sementara Severus kadang-kadang melirik untuk memeriksanya sambil membaca beberapa buku tesis ramuan.
5 jam berlalu dan batuk hebat dari Draco mengingatkan Severus untuk menghentikan kegiatan Draco.
"Saatnya istirahat." Severus berkata dan berjalan kearah tempat tidur si pirang.
"Ini sudah terlalu lama."Draco tersenyum lalu berkata "Sebenarnya, aku sudah selesai."
"Bisakah aku meminta amplop, Sev?" Tanya Draco lagi.Severus membawakan amplop tanpa mengatakan sepatah kata lagi dan menyerahkannya pada Draco.
"Terimakasih."
"Hey, Sev. Aku sudah menyiapkan ini untuk berjaga-jaga, bisakah kau memberikan ini kepada orang-orang sesuai dengan nama di amplop ini nanti?" Tanya Draco sambil menunjukkan beberapa amplop berisi surat yang sudah ditulisnya.
Severus menelusuri nama-nama di amplop tersebut dan menemukan namanya.
"Nanti?" Ulang Severus."Ya. Kau tau, setelah aku...tidak ada. Kau juga tidak boleh membuka surat ku sekarang, bacalah nanti" Ujar Draco.
Severus menatap lekat putra baptis nya lalu mengangguk singkat dan memasukkan surat-surat tersebut kedalam kantong jubahnya.
"Aku merasakannya Sev, sudah semakin dekat." Suara Draco setengah berbisik.
KAMU SEDANG MEMBACA
The lost Light
Fiksi PenggemarCahayaku telah hilang. Cahaya bintang tak sama dengan cahaya lilin... . . . (Sekuel dari cerita sebelumnya yaitu 'Your the Light'. Disarankan untuk membaca cerita tersebut terlebih dahulu sebelum membaca cerita ini) Enjoy the story, happy reading ~ ...