Rara kagum melihat kecantikan murni dari seorang hibi yang blak-blakan.
Bahkan biru, sicowok playboy sekolah itu pun ikut terpesona melihat pesona hibi yang hanya dibalut baju rumah itu.
Hanya echa yang terlihat biasa saja melihatnya. Dan dengan cepat ia mengalihkan suasana,
"Yaudah yuk buruan ke masjid, udah adzan tuh" sambar echa membuat rara dan biru tersikap dari lamunannya itu.
"Iya bawel nan cerewet" balas hibi mengolok echa. Echa hanya berjalan keluar tanpa menggubris hibi, bahkan hanya untuk melirik saja ia tak mau.
Setelah sholat mereka kembali kerumah hibi dan mulai menyantap makan malam mereka. Rara memburu mereka untuk cepat makan, karena rara tak punya banyak waktu, ia takut pulang kemalaman karena rumahnya lumayan jauh ditempuh kalau jalan kaki.
Mereka mempersingkat waktu makan malam mereka dan mencoba untuk focus belajar, tapi hibi masih bingung, kenapa harus rumah hibi yang mereka kunjungi? Kenapa gak rumah echa atau rara atau biru aja untuk belajar bareng?
"Kamu kan siswa terbaik seantero sekolah bi, jadi aku ngusulin mereka buat belajar nya bareng kamu, kita ya gakmungkin lah sia-siain temen sepintar kamu" ketus echa membuat hibi, rara, dan biru terkejut kenapa tiba-tiba echa mengatakan itu.
"Aku enggak ada nanya kok cha," balas hibi dengan nada heran.
"Tapi tergambar jelas diwajah kamu bi" jawab echa tanpa menatap mata hibi.
"Tau deh cha, yaudah yuk ra, ru kita kerjain" seru hibi kepada rara dan biru.
"Jadi efisien gitu ya bi manggil aku sama rara , ra-ru hahaha" geli biru menirukan gaya hibi saat memanggilnya dan rara.
"Tapi kenapa nama kamu biru? Kenapa gak hijau? Atau band? Jadinya hijau band gituh?hahahahahah" geli rara telah berhasil mengolok sahabatnya itu.
"Bising, mau ngerjain gak? Mau cepat siap gak? " omel echa kepada biru dan rara.
Biru dan rara hanya nunduk menahan geli.
"Cha, kamu bisa ngerjain sendiri tuh, jadi kenapa kamu ikut belajar bareng?" Tanya hibi.
"Jadi kamu pikir hanya orang bodoh aja yang boleh belajar bareng? Biru pintar tuh, tapi dia malas ngerjain tugas, rara juga pintar, tapi ia terlalu sering tidur dikelas karena capek latihan basket setiap hari, buktinya mereka jadi juara kelas kelas 3 dan 4 juga di kelas walaupun gak umum, mentang-mentang kamu juara 1 umumnya,aku 2 umumnya kamu mau sombong?" santai echa.
"Apasih ca? kok kamu jadi marah-marah sih? Aku ada salah emangnya? Kamu dari tadi deh aku perhatiin aneh banget, kalau gak senang ada aku, kamu pulang aja gih, dari pada nyusahin disini!" panas hibi.
Echa tak menggubris, ia menutup bukunya dan pergi keluar rumah tanpa mengucap sepatah katapun.
"Udah bi, mungkin echa lagi ada masalah keluarga" rara mencoba untuk mendinginkan suasana.
"Tapi ga gitu juga dong ra, hibi kan gak ada ngapa-ngapain, sakit perut tuh anak mungkin?" jawab biru.
Hibi ingin menangis, ia mencoba untuk menahan air mata nya agar tidak keluar, dia benar-benar sangat terpukul jika ada yang membentaknya, tapi syukurlah klub teater yang ia ambil membantunya untuk menutupi rasa sedihnya itu.
"Echa kenapa ya?" Tanya hibi dalam hatinya. Ia terlalu pusing untuk memikirkan tingkah sahabatnya itu,
"Maaf ra-ru, aku gak fokus. Kalian gapapakan?" Tanya hibi.
" Gapapa kok bi, kita juga udah mau pulang, ini juga udah ada memo dari echa gimana caranya nyelesain soal yang ini, dan cara yang dia kasih lebih mudah dibanding yang Pak Anto kasih, hehe" jawab rara.
"Sebenernya sih bi, kita Cuma mau lihat keadaan kamu, kan kamu tadi dikelas badmood banget, tambah lagi, aku nyalin jawaban kamu. Aku lupa peraturan bu Amah sih hehe, ini semua ide Echa bi. Tapi kalau masalah yang tadi sih bukan rencana kita tiga bi" jujur biru.
"Ohya? Kalau begitu terimakasih untuk kalian bertiga semoga kalian diterima disisinya amin" geli hibi mendengar perkataannya.
"Apansih bi?!" Rara menarik pipi hibi sedangkan biru mengacak-acak rambut hibi.
Mereka tertawa geli bersama, seolah lupa dengan kejadian yang baru saja terjadi.
"Yaudah ya bi, aku pulang dulu" kata rara.
"Eh, aku ikut, serem tau jalan
sendirian" sahut biru."Dasar penakut, hahaha, yaudah yuk biru penakut(?)" balas rara.
"Haha yaudah hati-hati ya" kata hibi menghatarkan mereka kedepan gerbang rumah.
Dan saat hibi ingin masuk kerumah dan menutup pintu, ia melihat sosok yang ia kenal duduk di ayunan taman rumahnya
"Echa?" ........
KAMU SEDANG MEMBACA
MY HIBI
Teen FictionCinta yang tumbuh dalam 'Persahabatan' itu emang rumit. Antara harus tetap memilih menjadi sahabat baik yang selalu mendengarkan atau menyatakan perasaan sesungguhnya yang artinya harus kehilangan sahabat? Belum lagi kesalahpahaman diantara persaha...