"Bi, aku suka............" Echa menarik nafas panjang sebelum melanjutkan kalimatnya.
"Aku suka Citra kelas 3-B bi. Dia juga masuk GLORY, aku janji bakalan jaga dia bi, 5 menit yang lalu sebelum kita ketemu aku udah jumpa dia dan nembak dia, dan dia terima bi, aku senang bi, thanks bi, thanks, kalau kamu siapa yang kamu suka?" Echa menatap jauh kedalam mata hibi.
Hibi terhenyak dengan kata-kata echa, rasanya lututnya lemas.
"Ini harus aku luruskan, harus!" pikir hibi dalam benaknya.
"Keluargaku cha, keluargaku, aku sayang mereka". Lemas hibi.
Tubuh hibi jatuh bebas ke tanah. Tapi untunglah sebelum hibi benar-benar jatuh ketanah, Dengan sigap Rara dan Biru menopang tubuh Hibi. Echa bingung apa yang terjadi pada hibi mengapa dia harus ditopang oleh 2 sahabatnya itu,
"Anemia cha, anemia" kata rara tersenyum.
Biru mencoba memberi selamat kepada echa, tapi echa tak bisa membiarkan sahabat kesayangan nya itu sakit, ia ingin membantu rara membawa hibi ke UKS, namun rara berisikeras bisa membawa hibi sendirian ke UKS.
5 Menit di UKS hening seperti kuburan, rara mencoba membuka mulut sedari tadi dari taman sampai UKS karna mereka tak berkata sepatah katapun daritadi.
"Aku tahu bi, perasaan kamu, aku gak tau selama ini kalian cerita apa aja, tapi aku rasa kamu salah paham sama perasaan echa, dia baik sama semua orang, aku gamau ngerusak suasana hatimu bi, makanya aku dan biru diam doanh, itu yang terbaik menurut kami bi, kami gak mau ngerusak harapan mu untuk masuk GLORY, kami takut jika kamu begini kamu akan down dan gak focus ujian" Rara mencoba menatap mata hibi.
"Tapi sakit ra, sakit! Bukan ini yang kutunggu".
Rara tak kuasa melihat air mengalir dari kelopak mata sahabatnya itu, ia langsung memeluk sahabatnya itu berharap hibi akan lebih tenang.
"Tapi ra, makasih ya buat biru jg kamu, ya aku ngerti kok, aku harap semua baik-baik saja, semua akan baik-baik saja ra, semuanyaa" hibi menutupi wajah nya dengan selimut, ingin rasanya ia menghilang dari peradaban dunia ini, rara yg tak sanggup melihat keadaan sahabatnya itu, mulai memeluk erat sahabaymtnya yg sedang kalap itu.
Semuanya akan baik-baik saja, semoga.
Satu tahun berlalu semenjak kejadian itu, Hibi, Echa, Rara dan biru masih berteman, hanya saja mereka jadi lebih jarang bertemu dibanding semasa SMA dulu.
Rara sering mengajak mereka hangout, tapi hanya echa yang tak pernah ikut meramaikan, ia terlalu sibuk dengan dunia IT nya, atau mungkin dengan pacar tercintanya itu, Citra.
Setahun berlalu kejadian itu berarti satu tahun juga berlalu hubungan echa dengan citra, mereka selalu akur, walaupun ada pertengkaran, mereka cukup dewasa untuk menanggapinya, sehingga bisa berjalan baik sampai sekarang, Echa sudah terlatih untuk mandiri dan dewasa saat orangtuanya berpulang ke Yang Maha Kuasa saat ia kelas 1 SMP dulu.
Waktu terus berjalan, Rara sudah semakin hebat dengan basketnya, Biru juga sudah mahir dengan Pemasaran,
"udah mirip SPG rokok aja si biru ini, hahaha" ledek rara kepada biru."Mau ngajak berantam hah?" celetuk biru. Dan mereka bertiga pun tertawa.
"Eh itu bukannya echa sama pacarnya?" Tanya biru menunjuk kearah butik yang ada diseberang restoran yang mereka duduki itu.
"Bukannya kata biru dia sibuk nyelesain tugas kuliah? Penipu!" Rara menghempaskan Garpu yang ada ditangannnya.
"Ra, bukan begitu ra, echa gak mungkin bohong pada kita" sahut hibi mencoba menenangkan rara.
Sebenarnya ia sangat lapar sedari tadi, namun melihat echa menggandeng tangan citra membuat nya merasakan kenyang dan pedih pisau yang menusuk-nusuk tepat ke hati nya.
"Echa curhat lagi ke kamu ya bi?" Tanya biru kepada hibi. Hibi yang menghela nafas panjang tak menjawab pertanyaan biru.
"Kamu gak perlu dengar curhatannya lagi kalau kamu tak suka bi, itu akan buat kamu semakin sakit bi" sambung biru.
"Aku gak pernah mikirkan itu lagi, kalian tenang saja" Jawab hibi dengan lembut.
Rara tau hibi berbohong, karena ia juga wanita, walaupun ia tak pernah tahu bagaimana rasanya jatuh cinta, tapi sekiranya ia mengerti bagaimana kondisi hati sahabat-sahabatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY HIBI
Teen FictionCinta yang tumbuh dalam 'Persahabatan' itu emang rumit. Antara harus tetap memilih menjadi sahabat baik yang selalu mendengarkan atau menyatakan perasaan sesungguhnya yang artinya harus kehilangan sahabat? Belum lagi kesalahpahaman diantara persaha...