"Echa?"
hibi memastikan itu echa atau hanya sosok makhluk halus yang menyerupai sahabatnya itu.
"Hai, bi" sahut echa.
"Kamu belum pulang? Bukannya tadi marah-marah gajelas terus keluar gabilang apa-apa lagi, kamu sakit perut? Atau sakit jiwa?" Cibir hibi kepada echa.
"Bi..." echa menarik tangan echa ke ayunan sebelahnya, membuat hibi semakin heran ada apa dengan sahabat yang rasa nya berbeda saat bersama dengannya ini.
"Bi, aku mau ngomong, aku tahu ini konyol, timing nya juga lagi gak pas, kita harusnya focus sama ujian UN, tapi aku malah kepikiran tentang ini, aku benar-benar gak tau harus cerita kesiapa bi, Biru dan rara pasti bakalan ketawain aku kalau mereka tau" jelas echa.
"Sebenarnya tentang apa sih cha? Serius gitu? Sampai tadi marah-marah ke aku?" kulum hibi.
"Aku suka sama seseorang bi, aku gak yakin kalau aku suka atau enggak, tapi aku sudah memastikannya bi, saat dia disentuh laki-laki lain, rasanya aku gak bisa membiarkan nya, tapi aku gak tahu harus apa" Jujur echa.
*DEG*
Hibi terkejut mendengarnya sekaligus bahagia, ia mengira bahwa echa suka padanya, kejadian yang disebutkan echa pasti waktu biru memegang tangannya , wajahnya memerah, ia menunduk untuk menutupinya.
"Emang apa yang kamu sukai dari dia?" Tanya hibi malu-malu.
"Dia jujur bi, dia cantik, pintar, baik, lucu, , apa adanya, aku suka dia bi" echa menatap jauh kelangit hitam malam itu, matanya seolah melihat rupa gadis yang sukai itu, sungguh sebuah cinta monyet yang konyol baginya.
"Kamu udah pernah suka sama seseorang bi?" Tanya echa.
Pertanyaan echa membuat hibi terhenyak, ia tak pernah merasakan itu, tapi setelah echa mengatakan itu semua, ia merasa perasaannya dan echa sama sampai ia menjawab pertanyaan echa.
"Iya ca, mungkin" hibi mengangkat bahunya.
"Aku Bakalan nahan rasa sukaku sama nya agar aku dan dia tetap focus untuk UN karena dia juga kelas 3" jelas echa lagi.
"Iya cha" jawab hibi.
Jawaban hibi menutup percakapan mereka, echa pamit diri untuk pulang, sedangkan hibi berlari kekamarnya dan melompat-lompat bahagia karena ia merasa mungkin perasaannya dan echa sama.
Esok paginya seperti biasa, hibi selalu dihujani pertanyaan-pertanyaan tentang echa.
Tapi kali ini berbeda, dia tertawa kemenangan diantara hujan pertanyaan itu tanpa sebab.
"Entahlah, aku gak tau ada apa dengan mereka" kata rara.
"Mungkin ada yang sedang jatuhh cinta diantara mereka ra" jawab biru.
"Hanya mungkin blue" jawab rara membalas perkataan biru.
"Cie manggil aku blue, hahaha." Tawa biru.
"Ga nyangka ya, hampir 3 tahun berlalu begitu cepat, kita pasti bakalan pisah" Murung biru.
"Kan kita dua sama hibi di GLORY, masih bareng walaupun beda jurusan dan beda gedung, ya masih bisa jumpa lah" rara mencoba menyemangati biru.
"Iya ra, semoga" sahut biru.
Hari demi hari berlalu dengan cepat, mereka semua kelas 3 memfokuskan diri untuk ujian UN.
Tidak ada satu pun yang berani untuk bolos les. Sekolah mereka cukup ketat untuk menghadapi masalah yang satu ini.
Dibalik kesibukan belajar hibi, echa, rara , dan biru, mereka sering menghabiskan waktu untuk belajar bersama.
Mereka sangat ingin masuk ke universitas impian mereka, Echa enggan memberi tahu mereka kemana ia akan menyambung sekolahnya, tapi mereka tak ingin memaksa echa untuk berbicara, karena mereka tahu echa tak suka dengan paksaan walau sebenarnya hibi teramat sangat ingin tahu dimana echa akan berlabuh.
Tak ada yang tahu tentang curhat-curhatan echa dan hibi, tak terkecuali biru dan rara, mereka menutupi cerita satu sama lain sampai waktu yang tepat menghampiri.
Hibi sendiri menutupi kepada echa siapa yang ia sukai, ia hanya bercerita mengapa ia suka pada seseorang itu, begitu juga echa terhadap hibi.
Tak ada yang tahu siapa yang mereka sukai. Menurut echa dan hibi waktu yang tepat adalah saat pengumuman kelulusan sekaligus penerimaan mahasiswa baru nantinya.
Waktu berlalu cepat, masih terlalu rapat rahasia yang mereka buat. Tak ada yang tahu sampai waktu itu tiba.
"Yahooooooooooooooooooooooooo!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!! Teriak rara melihat papan hasil pengumuman,"BLUE!! Aku lulus ru! Aku Masuk ke GLORY ru! Yahooooo!!!"
"Biasa aja kali ra, aku aja masuk GLORY ga segitu hebohnya, hahaha bocah kamu!" ledek biru ke rara.
"Ohya blue? Kamu masuk GLORY? Jurusan manejemen kan? Bareng dengan hibi dong? Ih kalian kok janjian Cuma berdua gitu sih?" keluh rara.
"Enggak ada kok, Kebetulan doang mungkin, lagian hibi akuntansi nya kok, aku kan pemasarannya. Jadi tetap beda jurusan. Tapi ngomong-ngomong Echa masuk GLORY juga loh, bidang IT. Tapi mereka berdua mana ya? Ohya, Citra anak 3-B masuk GLORY juga loh, bidang seni. Keren juga dia, kan Cuma ada 10 orang yang bisa masuk sana dari sekolah kita. Jarang-jarang tuh sekolah kita ada yang masuk seni di GLORY." Nyerocos biru.
"Udah ngomelnya? Yakan bagus berarti si citra--citra itu, yaudah yuk, cari hibi sama echa yuk? Sialan tuh echa gabilang bilang kalau dia mau masuk GLORY juga, eh ngomong-ngomong hibi sama echa kemana? Kok ganampak sih? Cari yok! " Rara menarik tangan biru.
Setelah berkeliling sekolah, akhirnya mereka mendapati hibi dan echa duduk berdua tertawa geli di atas bangku taman sekolah, rara mencoba untuk teriak memanggil mereka, tapi teriakan rara tak cukup keras untuk mereka dengar.
Hasilnya, rara dan biru berlari kecil kearah mereka dan mendapati echa memegang pundak hibi, biru pikir ini adalah atraksi tembak-menembak yang biasa dilakukan, nampak jelas diwajah biru terukir senyum merekah.
"Bi, terimakasih udah mau jadi sahabat aku 6 tahun ini, aku suka kamu yang begini dan mau denger curhatan aku selama ini, dan untuk ucapan terimakasih nya, aku mau kasih tau kamu siapa yang aku sukai. Bi, aku suka........."
KAMU SEDANG MEMBACA
MY HIBI
Teen FictionCinta yang tumbuh dalam 'Persahabatan' itu emang rumit. Antara harus tetap memilih menjadi sahabat baik yang selalu mendengarkan atau menyatakan perasaan sesungguhnya yang artinya harus kehilangan sahabat? Belum lagi kesalahpahaman diantara persaha...