3. Gara gara, Gara 2

4 2 0
                                    

"Woi, lo semua anjing!"

Gerombolan Avga, seketika menoleh ke asal suara. Dimana ada segerombolan lelaki lain, yang ternyata adalah anggota gengnya Gara dari SMA Melati.

"Oh, jadi ini dia yang nantang SMA Elang! UDAH NGERASA JAGOAN LO, ANJING?!" bentak Avga, sembari menendang kursi yang tadinya terletak rapi di kantin.

Gara mengeluarkan cengirannya, "Santai aja kali! Bukan karena ngerasa gua jagoan, tapi karena kita di sini itu lagi butuh hiburan. Dan makanya, kita semua manggil kalian buat ngehibur kita kita di sini," ucap Gara dengan santainya.

Anak anak SMA Elang tentu saja merasa tersinggung, ketika mendengar hal itu. Bagaimanapun ucapan itu terdengar lebih merendahkan mereka, ketimbang menantang mereka untuk tawuran.

Avga mengarahkan balok kayunya, untuk menunjuk ke arah Gara, "Mulut lo jaga ya, Gar! Sebelum gua jahit mulut lo, itu!" amuk Avga, dengan urat urat leher yang sudah menonjol.

Olivia menyeruput estehnya, "Lo tau ga, sih? Ini itu kaya lagi liat bocil paud, berantem? Cuma banyak bacot, tapi ga berantem berantem anjing!" Muak Olivia, ketika melihat mereka semua.

"Udah diem deh, Liv! Sebelum Lo ujiannya ntar, di Rumah sakit," ucap Kayla, menimpali.

Zora menatap Olivia, "Ini itu lagi prolog," sahutnya.

Olivia memutarkan kedua bola matanya malas, lalu mengangkat tubuhnya untuk berdiri dari duduknya.

"Bu, ini uangnya ya! Cepet cepet pulang deh, Bu! Itu Ibu liat, ada preman abal abalan banyak bangetkan? Udah pulang aja, Bu! Keburu nendang nendang meja mereka semua! Kakinya gatel, Bu," ucap Olivia, sembari melangkah pergi menjauh dari kantin.

"Dih, anjir! Malah pulang!" Heboh Kayla, ketika melihat Olivia yang berjalan menjauh darinya.

"Tau tuh, padahal lagi seru serunya! Tuh liat, si Avga nonjok perut Gara tuh! Beuh, gila sakit kayanya, cuk!" Zora menutup mulutnya, ia ngilu ketika melihat pertengkaran di depannya.

"Tawuran apaan, sih? Kok ga heboh, kaya biasanya? Biasanya lempar lemparan, batu bata?" Heran Kayla.

Zora mendecak kesal, "Bacot, lo! Mending lo aja, yang lempar batu bata ke muka lo sendiri! Tawuran lo, sama diri lo sendiri! Bacot mulu, si anying!" ketus Zora.

***

Olivia menatap heran ke arah pintunya, pintu yang sudah terbuka padahal biasanya ia yang membuka pintu karena ia yang pulang terlebih dahulu ketimbang yang lainnya.

Azrael pulang, saat jam makan malam dan pembantu juga datangnya saat jam makan malam. Tapi kalaupun tadi pembantunya datang saat menyiapkan makan siang, pasti pintu ini sudah terkunci lagi karena sudah dari tadi.

Lalu adiknya, akan pulang ketika jam setengah enam karena biasanya akan bermain di rumah temannya terlebih dahulu. Namun ini masih jam lima, lalu siapa yang sudah pulang terlebih dahulu?

Dengan ragu ragu, Olivia melangkah masuk ke dalam rumah dan begitu terkejutnya dia ketika melihat seorang lelaki yang terduduk di sofa dengan posisi menyandar dan mata yang terpejam.

"Azrael," bisik Olivia pada dirinya sendiri.

Tetapi hanya sekilas Olivia terpaku dalam diamnya, lalu ia kembali melangkah ke dalam dengan hati hati dan pelan pelan agar lelaki itu tak terbangun dari tidurnya.

Kurang selangkah lagi untuk memasuki kamarnya, Olivia memutarkan kedua bola matanya malas ketika mendengar suara seseorang yang memanggilnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 23, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My Soul MateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang