▪︎ Happy reading
▪︎ Kalo suka like, komen, sama share, ya~~~
Berulang kali Bagas menghubungi sekretarisnya untuk menanyakan reservasi di restoran Ambar, tetapi tidak satu pun panggilannya mendapat jawaban. Dia tidak berpikir panjang saat meperbolehkan Alesha pulang melalui pesan singkat. Pria itu masih fokus pada obrolan yang berlanjut setelah penandatanganan kontrak kerja sama dengan Anton Wijaya. Kini, dia baru merasa ragu telah memberikan perintah penting kepada orang yang sering lalai itu.
Bagas masih memainkan ponsel di tangan. Dia menimbang-menimbang akan membuat reservasi sendiri atau menunggu esok hari bertemu langsung dengan sekretarisnya. Satu sisi, dia ingin mengambil alih tugas reservasi tersebut untuk memastikan pertemuan besok sesuai dengan rencana. Namun, sisi lain dalam dirinya mengatakan untuk tetap memercayai dan memberikan Alesha kesempatan.
Keesokan paginya, Bagas bangun pukul 07.45 WIB. Pria itu kesiangan karena semalam tidak bisa tidur memikirkan yang akan terjadi hari ini. Dia segera bersiap dan pergi ke kantor. Pria yang mengenakan setelan jas terbaik miliknya itu tiba pukul 08.30 WIB dan langsung menuju meja sekretaris di depan ruangannya.
"Alesha!" panggilnya saat melihat Alesha hendak meninggalkan meja.
"Pagi, Pak Bagas! Saya sudah siapkan kopi di meja Bapak. Dokumen yang harus ditandatangani juga sudah saya letakkan di meja. Oh, iya, Pak. Tadi ada telepon dari sekretaris PT. Delta Mediatama. Mereka ingin mengatur pertemuan untuk besok setelah makan siang."
Bagas mengangguk setelah sekretarisnya selesai membacakan catatan. Pria itu punya firasat buruk mengenai pertemuannya hari ini. Alesha belum menyebutkan mengenai reservasi.
"Untuk reservasi di restoran Ambar gimana? Semuanya udah beres?"
Pria itu melihat wajah sekretarisnya seketika berubah pucat. Wanita itu membolak-balik buku catatannya dan tampak melotot pada satu halaman. Dada Bagas ikut berdebar menanti jawaban dari wanita di hadapannya itu.
"Gimana, Alesha?"
Alesha mendongak dan tidak berani menatap bosnya langsung seperti yang dilakukan sebelumnya. Dia meremas buku catatan sambil mengigit bibir bawah.
"I-itu, Pak. Kemarin saya lupa untuk melakukan reservasi." Alesha segera menunduk dalam setelah mengatakannya.
Bagas mengusap wajahnya gusar. Meski tahu hal seperti ini akan terjadi, tetapi pria itu berusaha untuk memercayai sekretarisnya. Dia menarik napas panjang lalu mengembuskannya perlahan. Percuma jika dia marah saat ini karena tidak akan mendapat apa pun. Sekarang, yang terpenting adalah memastikan pertemuannya dengan PT. Fajar Gemilang tetap sesuai rencana.
"Seharusnya saya sudah tau hal semacam ini akan terjadi kalo saya memercayakan sesuatu sama kamu. Tapi, mau marah pun percuma. Saya nggak mau tau. Sekarang juga kamu hubungi restoran Ambar dan lakukan reservasi untuk siang nanti. Gimana pun caranya kamu harus dapet tempat! Kalo sampek pertemuan ini gagal, saya akan pastikan kamu membayarnya!"
KAMU SEDANG MEMBACA
His Secretary [TAMAT] - SEGERA TERBIT
RomanceTidak selamanya menjadi putri tunggal dari orang tua kaya raya membuat hidup seseorang bahagia. Alesha Kinan Wijaya justru memilih pergi dari rumah dan hidup mandiri karena menolak untuk dijodohkan dengan putra dari sahabat ayahnya. Wanita manja dan...