Neji mengangguk, mengantarkan kepergian para pegawai yang memberikan laporan keuangan usahanya. Anak-anaknya mulai berdatangan. Dia menyuruh anak-anak itu untuk segera mandi dan bersiap-siap ke Dojo.
Apakah untuk berlatih? Tidak! Anak-anak itu sedang menunggu tutor matematika mereka. Kenapa Neji memilih Dojo? Dia ingin selalu mengawasi anak-anak itu dalam belajar. Dia tidak mau rugi, tentu saja. Biaya tutor mahal. Dia harus menghemat pengeluaran untuk les anak-anak itu sehingga dia harus memastikan bahwa tutor bekerja dengan baik dan anak-anak serius dalam belajar.
Dia mempelajari hal itu dari Tenten. Istrinya sangat memperhatikan pendidikan. Tadinya, istrinya yang mengawasi anak-anak bandel itu, namun, Neji akhirnya ikut membantu juga. Dia merasa kasihan pada Tenten jika terlalu sibuk dengan anak-anaknya. Apalagi, anak-anak bandel itu seakan tak bisa diatur jika diawasi oleh Tenten. Sebaliknya, anak-anak itu menurut, duduk anteng jika Neji yang mengawasi. Itu aneh! Padahal Neji hanya duduk diam sambil mengelap peralatan Dojo jika mengawasi mereka.
Sementara itu, sang istri, Tenten tengah menikmati pijatan jemari tangan bibi Hitomi, Bidan terkenal di kota itu. Tenten menghela nafas lega saat urat-urat di pinggangnya serasa terurai sehingga membebaskannya dari rasa nyeri. Bibi Hitomi memang lihai dalam memijat ibu hamil. Pelanggannya banyak dan Tenten harus antri jika harus pijat.
"Sekarang, anda harus terlentang, Nyonya. Saya harus memijat payudara anda."
"Ehm, baiklah."
Tenten agak mengantuk namun dia berbalik dari posisi tengkurap untuk terlentang. Wanita itu benar-benar telanjang. Tubuhnya berkilauan karena minyak yang dioleskan oleh Bibi Hitomi sebagai pelicin dalam memijat tubuhnya. Tubuhnya gembul karena kehamilan. Itu seksi, setidaknya itulah yang dipikirkan Neji saat dia memasuki kamar mereka dengan Haru yang memakai handuk kimono.
Aroma sabun menguar dari tubuh Haru sehingga membuat Tenten membuka matanya. Neji sedang membuka lemari mencari-cari baju Haru.
"Apakah yang ini?" Neji menyodorkan satu setel pakaian pada Haru.
Haru memang anak yang suka pilih-pilih busana. Dia akan menolak baju yang sudah disiapkan oleh orang tuanya dan meminta baju sendiri. Seperti saat ini, putra terkecil mereka memegang baju itu lalu mengangguk.Neji mendesah, "Baiklah! Bawa baju ini dan minta Metal Nichan untuk membantumu berpakaian."
"Uhm, Terima kasih, Ayah."
Haru pun lari menuju kamar Metal.
"Apakah Haru rewel soal pakaian lagi?" Tenten bertanya.
Hitomi masih memijat payudaranya..
Neji memandang istrinya yang semakin terlihat menggoda. Dia mendekati wanita itu dan duduk bersila di sampingnya."Ya, maaf jika baju pilihanmu tidak sesuai dengan kemauannya."
Tenten menghela nafas. "Tidak apa-apa. Rapikan saja nanti bajunya di lemari."
Neji tersenyum menyetujui itu. Dia mendekatkan wajahnya pada wajah Tenten, memancing ciuman dengan menyentuh ringan bibir Tenten dengan bibirnya. Tenten membuka mulutnya dan ciuman mereka semakin dalam.
Bibi Hitomi hanya bisa memalingkan mukanya. Tingkah suami-istri itu memang benar-benar absurd. Bagaimana bisa mereka melakukan itu di depan bidan itu?
Neji menghentikan ciuman mereka saat dia tahu jika nafas Tenten sudah putus-putus. Dia mendekati telinga istrinya dan berbisik,"Jangan terlalu seksi atau aku akan terus membuatmu hamil. Tutupi payudaramu jika tidak dipijat."
Tenten menberikan tamparan halus di pipi Neji. Neji terkekeh dan mengambil kimono Tenten di atas kepalanya, lalu menutupi payudara Tenten yang tidak dipijat dengan Kimono itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
in The Deepest Heart
FanfictionNaruto serius ingin menikahi Hinata, namun.. kakak Hinata, Neji malah meminta hal yang aneh sebagai syarat Naruto untuk menikahi Hinata. Naruto harus menang melawan Neji dalam pertandingan taekwondo dan seni pertarungan samurai. Walau pun Neji jag...