7.

187 5 0
                                    


"Anak ayah akan sembuh besok. Jangan menangis ya? Sekarang tidur.' kata Neji.

Metal mengangguk lemah saat Neji menghiburnya. Tenten memeluk balita itu. Umurnya sudah dua tahun. Tak terasa pernikahan mereka sudah berjalan selama dua tahun.

Pernikahan tanpa romansa berlebih.
Tenten memikirkan itu dan Neji mencium dahi Metal. Hidung Neji yang mancung juga menyenggol dada Tenten karena posisi kepala Metal berada di dada Tenten. Neji bersikap cool walau pun Tenten tahu bahwa pria itu sedang bergejolak.

Neji akan keluar dari kamar namun Metal menarik tangannya. Anak itu hampir tertidur namun dia bisa merasakan bahwa Neji akan pergi. "Ayah, temani Metal bobo."

"Metal, kamu ditemani ibu saja, ya?" Tawar Tenten.

Metal menggeleng, "Tidak mau, maunya sama Ayah dan Ibu."

Tenten menatap mata Neji. Wajah pria itu sedang menahan hasratnya. Tenten tahu itu, namun permintaan metal begitu memaksa.

"Baiklah, Ayah temani sebentar."

Neji berbaring di samping Metal. Metal menyampirkan tangannya di perut Neji lalu memejamkan mata sambil tersenyum. Anak itu tidak tahu kalau bagian bawah tubuh Neji sedang bereaksi.

Tenten melihat itu dan mengulurkan tangannya, membelai bagian itu hingga nafas Neji semakin berat. Tatapan mata Neji penuh tanya padanya. Tenten berbisik pada Neji di antara linangan air matanya,"Maafkan, aku."

Tangannya gemetar saat menelusup ke dalam celana Neji. Dia bisa merasakan bahwa pria itu sudah sangat tegang. "Tenten,... Aku... Ak... Oh..."

Neji semakin meracau . Dia sangat tidak tahan sehingga bangkit begitu saja dari ranjang lalu masuk ke kamar mandi. Tenten bisa mendengar bahwa Neji mengerang seperti tersiksa oleh sesuatu dan suara air kran terdengar.
Neji mandi di kamar mandi itu. Pria itu akhirnya keluar dengan badan yang segar lalu keluar dari kamar Metal.

Tenten juga bangkit dari tempat tidur, mengikutinya. Dia bisa melihat bahwa Neji menuju dapur. Dia mengamati bahwa Neji sedang meminum obat dan Tenten jadi ingin tahu obat apa itu.

"Apakah kau sakit? Aku lihat kau minum obat."

Pria itu menggeleng. "Aku ingin tenang."

Tenten merebut botol obat dari tangan Neji lalu membaca yang tertulis di labelnya," valium"

"Apakah kau melakukan ini setiap malam. Minum penenang?"

"Menurutmu?" Neji ingin ngeloyor pergi namun Tenten memegang lengannya.

"Katakan apa masalahnya, Neji?"

"Aku rasa kau sudah tahu. Kau bahkan membantuku tadi."

"Kita menikah karena keinginan Lee agar kita bisa menjaga Metal."

"Ya, " Neji mendesah. "Kau benar. Jangan perdulikan hal ini. Aku bisa mengatasinya."

"Neji, kau bisa menikah lagi jika kau mau. Aku tidak akan melarang."

"Jangan konyol. Kau bahkan cemburu dengan pelanggan yang menggodaku. Tenten, apakah kau pikir hal ini adil bagiku?"

"Apa maksudmu?"

"Kita pria dan wanita, terikat pernikahan, namun aku tidak bisa menyentuhmu saat aku membutuhkannya."

"Kenapa kau membutuhkannya?"

"Karena aku pria normal, Tenten. Aku merindukan sentuhanmu lagi sejak malam pernikahan kita. Bahkan saat kita bercinta karena kau cemburu pun. Aku bahkan merasa seperti mendapat durian runtuh. Kau adalah wanita pertama bagiku, Tenten. Apakah kau tahu itu?"

in The Deepest HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang