6.

164 6 0
                                    

"Aku akan mengambilkan kursi roda untukmu.'

"Aku tidak mau pulang jika Lee tidak menjemputku."

"Justru kita akan menemui Lee."

"Menemui, Lee?"

"Tunggulah di sini. Aku Carikan kursi..."

"Neji, ada apa?' Tenten mulai panik.

"Tenten, aku mohon tenanglah."

"Dia tidak menemuiku selama tiga hari dan kau bersikap aneh. Bagaimana aku bisa tenang? Katakan padaku apa yang terjadi?" Tenten membentak Neji.

"Dia... "Neji tidak tahu harus memulai dari mana,"Dia berada di ICU."

"Apa?"

"Tenten aku mohon,"

"Lee... Lee..." Tenten menjadi Histeris. Bayi dalam gendongannya menangis keras.

"Tenten, aku mohon. Kau harus tenang. Perawat itu tidak akan mengijinkanmu masuk jika kau tidak tenang. "

Tenten hanya bisa terisak sekarang.

"Tenangkan dirimu. Apakah kau tidak kasihan pada bayimu?"

Neji mengambil bayi itu dari gendongan Tenten, menimang-nimang hingga bayi itu tenang. Ajaib, bayi itu menurut pada Neji.

"Antarkan aku padanya." Tenten bersuara lirih setelah tenang.

"Kau berjanji bahwa kau tidak emosional lagi."

Tenten mengangguk, diantara Isak tangisnya.

Neji meletakkan bayi itu di pangkuan Tenten, lalu keluar kamar untuk mencari kursi roda. Neji pun membawakan kursi roda untuk Tenten.

Tenten menduduki kursi roda dengan bayinya di pelukannya.
Mereka harus berganti pakaian sebelum masuk ruangan ICU. Bayi itu sebenarnya tidak boleh masuk. Namun, Neji bersikeras bahwa Lee ingin melihat bayinya.

Akhirnya dokter mengijinkan bayi itu masuk. Tenten duduk di kursi roda yang didorong oleh Neji, mendekati Lee yang sedang berbaring. Beberapa selang membantu kehidupan Lee. Bayi begitu tenang di pangkuan Tenten seolah tahu bahwa ayahnya butuh ketenangan.

Saat Tenten dekat dengan kepala Lee, Tenten berbisik lembut,"Bangunlah, Lee. Lihatlah anakmu sudah lahir. Dia sangat mirip denganmu."

Mata Lee bergerak menatap pangkuan Tenten. Neji tanggap, dia mengangkat bayi dari pangkuan Tenten dan membaringkannya di samping kepala Lee.

Lee menoleh pada bayi itu. Tangannya terulur, membelai wajah bayinya.

Tenten menangis lirih. Tatapan Lee beralih padanya. Tangan pria itu bergerak ke wajah Tenten. Tenten segera menarik tangan Lee dan mendekapnya di pipinya.

Tangan Lee yang satu lagi terulur pada Neji. Neji dengan ragu mengulurkan tangannya. Lee perlahan menyatukan tangan Neji dan Tenten di atas kepala bayinya.

"Jaga...." Lee berbisik di antara selang oksigen.

"Lee, kau harus sembuh agar bisa menjaga bayimu," Kata Neji.

"Jaga..." Lee masih saja membisikkan kata yang sama.

Neji pun menatap mata Lee yang seolah memohon. Pria itu akhirnya mengangguk, mengiyakan keinginan Lee.

Lee berpaling dari mereka. Pria itu berbaring, meletakkan kedua telapak tangannya di perutnya. Lalu meninggal dengan damai.

Tenten tidak bisa menahan tangisannya lagi. Dia berteriak histeris, tersedu-sedu di dada Lee. Bayi di samping Lee seketika merengek. Neji segera menggendong bayi itu untuk menenangkannya.

in The Deepest HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang