Jika kau tahu bagaimana bisa Naruto dan Hinata baru menikah dalam satu bulan padahal janda beranak satu itu sudah hamil satu bulan, itu karena Neji Hyuga. Neji yang kakak Hinata memberikan syarat yang aneh-aneh. Syarat itu adalah mengalahkannya dalam pertandingan taekwondo dan seni pertarungan samurai. Seni beladiri yang dia kuasai.
Hiashi bersungut-sungut menghadapi sikap putranya. Pria tua itu sudah sangat menyayangi Naruto. Dia juga percaya bahwa Naruto adalah pria yang bertanggung jawab. Kenapa juga Neji sebagai sang kakak malah mempersulit pernikahan adiknya.
"Kau itu konyol, Neji. Naruto bahkan pria yang baik. Dia mau menerima adikmu apa adanya. Lagipula adikmu sudah mengandung anaknya. Kenapa kau masih mempersulit mereka?" Kata Hiashi saat putranya itu berkunjung ke kantornya.
Neji mendecih, seolah meremehkan ketulusan Naruto. "Hanya pria ingusan yang usil. Tidak sepadan dengan adikku."
"Tidak sepadan bagaimana? Naruto bahkan sudah membantu perusahaan kita dengan keuntungan optimal selama satu bulan ini. Kau bahkan harus mendengar tanggapan anggota direksi. Mereka menganggap Naruto adalah aset. Dan aset itu akan menjadi menantu keluarga kita sekarang."
"Ya, dia aset. Tapi, kenapa aku merasa bahwa pernikahan ini seperti membeli aset dengan tubuh adikku."
Hiashi terkesiap mendengarnya. Bayang-bayang penyesalan terpatri lagi di wajahnya. Dia mengerti sekarang, Neji juga trauma dengan tragedi yang menimpa Hinata.
"Sebagai kakak, aku hanya ingin menguji ketulusan pria ingusan itu. Gampang sekali dia, menikahi Hinata hanya karena sudah menghamilinya. Jangan mentang-mentang adikku janda dengan masa lalu menyedihkan, dia bisa seenaknya saja." Neji gantian bersungut-sungut. "Ayah, jangan ikut campur. Bocah ingusan itu akan berhadapan denganku dalam satu bulan lagi. Dia harus menang supaya bisa menikahi Hinata."
"Lalu bagaimana kalau dia kalah?"
"Maka tidak ada pernikahan!"
"Lalu, bayinya?"
"Bayinya tetaplah cucu dari keluarga Hyuga! Biar aku dan Tenten yang mengurus!" Neji menjawab berapi-api dan keluar dari kantor ayahnya.
Hiashi menggelengkan kepalanya dan bersandarkan di kursi dengan lelah.
Sementara itu, di peternakan kuda milik Uzumaki. Sebuah ruangan telah disulap menjadi Dojo untuk Naruto berlatih. Imura, sebagai pelatih privat Naruto melatihnya dengan keras siang dan malam. Hari pertama berlatih, Naruto sempat pingsan. Pria itu bahkan tidak memiliki dasar-dasar beladiri dan tubuhnya diforsir untuk melawan Neji, si pemegang sabuk hitam. Tubuhnya biru biru terkena sabetan tongkat kayu sebagai pengganti pedang samurai.
Hinata harus membersihkan lukanya dengan air mata berlinang waktu itu. Naruto memandang wajahnya dengan penuh cinta. Merasakan kasih sayang calon istri memang membuat pria itu merasa bahagia.
"Maafkan aku, Naruto-kun. Karena aku, kau sampai luka-luka begini," suara Hinata lembut, membuat hati Naruto semakin membengkak, penuh kebahagiaan.
Naruto menyeka air mata Hinata. "Tidak apa, Sayang. Ini demi masa depan kita."
"Naruto, bagaimana jika kita kawin lari saja. Kau tidak perlu melawan Neji Nisan. Kau tidak akan menang."
"Kenapa kau meragukan kemampuanku, Sayang?"
"Tapi... ."
"Sudahlah, Sayang. Aku harus melakukannya. Kuatkan saja diriku. Beri aku semangat, ya?"
Hinata mengangguk. Dia tersenyum sekarang. Wanita itu mengoleskan salep di luka-luka Naruto. Saat Hinata menyalepi wajah Naruto, pria itu menjerit dan mengaduh kesakitan.
KAMU SEDANG MEMBACA
in The Deepest Heart
FanficNaruto serius ingin menikahi Hinata, namun.. kakak Hinata, Neji malah meminta hal yang aneh sebagai syarat Naruto untuk menikahi Hinata. Naruto harus menang melawan Neji dalam pertandingan taekwondo dan seni pertarungan samurai. Walau pun Neji jag...