Chapter 7. Tawa Muram

88 5 3
                                    

♡-,*◌ ๑°

" [CLOSE TO YOU] !i "

" [CLOSE TO YOU] !i "

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

    •+❁°.;:๑,. 🥀

⚠️ gore, tragedy

Jungkook menggenggam wadah pistol hitam panjang di tangannya, tubuhnya gemetar ketakutan. Dia menjauh dari toko senjata dan meluncur ke mobilnya, menempatkan senjata di kursi penumpang bersama dengan tas kerjanya. Dia menyalakan mobil dan mengambil napas dalam-dalam, melirik kaca spion ke toko sesaat sebelum mengemudi dengan tergesa-gesa.

Saat berkendara menuju rumah sakit jiwa, dia mulai meragukan tindakannya. Dia tahu ini salah. Bahkan pria di kasir yang sedang memeriksa semua lisensinya seolah berteriak 'aku tidak boleh menjual senjata kepada pria ini'. Semua orang di toko menatap Jungkook dengan penasaran dan seringai curiga. Tidak ada yang menduga seorang pria muda berjas dan berdasi masuk ke toko senjata dan meminta pistol. Bahkan, Jungkook hampir yakin akan dihentikan oleh seseorang dan ditanyai habis-habisan, tapi tidak. Dia berhasil mengikis dirinya keluar dari tempat itu lebih cepat dari yang dikira. Tapi saat masuk ke tempat parkir rumah sakit jiwa dan berjalan ke gedung dengan tas kerja dan kotak senjata di tangan, dia berpikir bahwa mungkin ada seseorang seharusnya menghentikannya.

Jungkook merasakan keringat mulai mengucur di dahinya saat mulai masuk ke dalam gedung, dinding putih yang familiar seolah mendekat padanya. Dia dengan malu menyembunyikannya dj belakang punggungnya dan tersenyum gugup pada Sandara, yang ada di lobi sambil meneguk minuman dan membaca buku Stephen King. Dia menatapnya dengan malas, bahkan tidak memperhatikan kotak senjata yang tampak mencurigakan di tangan kanannya.

"Pagi, Jeon." gumamnya, meletakkan buku dengan hardcover di atas meja dan menggeser lampiran tanda masuk ke arahnya.

"Selamat pagi..." katanya, suaranya begitu tinggi. Dia mengangkat alis. Jungkook secara spontan mengutuk dirinya sendiri dan menggeser lembaran itu kembali ke arahnya. Sandara mengangguk dan mengambil kembali bukunya, mengarahkan matanya yang gelap pada tulisan-tulisan rumit Stephen King.

Jungkook terdiam sejenak, memikirkan kemungkinan bertemu dengan Dokter, pengunjung, atau lebih buruk lagi Dr. Leehi. Sandara meneguk minumannya lagi, suara cairan yang dihisap secara agresif melalui sedotan membuat Jungkook tersadar. Dia buru-buru berbalik dan bergegas ke lift, menekan tombol yang akan membawanya dengan cepat ke lantai empat.

Bersenandung pada dirinya sendiri dengan nada dari beberapa lagu yang tidak diketahui, dia tidak mendengar pemberitahuan lembut dari teleponnya yang mengingatkannya tentang pesan Jin, melainkan mendengar suara keras lift yang akan berhenti. Dia memperbaiki dasinya dan mengambil napas dalam-dalam saat pintu terbuka dan melangkah ke lorong yang terang benderang dengan deretan kantor dan laboratorium.

Jungkook merasakan darah mengalir deras ke kepalanya saat sosok ramping Dr. Leehi berbelok di tikungan dan mulai berjalan lurus ke arahnya. Wajahnya memasang seringai jelek begitu melihatnya dan langkahnya semakin cepat. Jungkook menggeser dan menyembunyikan pistolnya lebih jauh ke belakang punggungnya, mempersiapkan diri untuk kejadian ketika tiba-tiba Dr. Leehi berhenti, ekspresinya berubah hampir seketika.

CLOSE TO YOU Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang