♡-,*◌ ๑°
" [CLOSE TO YOU] !i "
•+❁°.;:๑,. 🥀
"Dan kemudian aku berakhir di sebuah bar, yeah sebuah bar! Aku berada di luar sana selama mungkin dua jam, menemukan pinselnya dan catatan dari V, dan kemudian datang ke sebuah bar berharap menemukan bantuan! Tapi tidak, aku membeli bir! Bagaimana jika dia sudah mati sekarang!!" Namjoon mengoceh, pipinya lengket akibat air mata dan lidahnya pahit karena bir yang di minum sebelumnya. Youngkook memperhatikan Namjoon, mendengarkan dengan ragu.
Setelah shift Youngkook berakhir, keduanya memutuskan untuk pergi ke apartemen Youngkook. Mereka duduk di sofa hijau panjang sang bartender selama berjam-jam, saling menumpahkan rahasia dan saling mengenal satu sama lain dalam waktu yang begitu singkat. Namjoon sekarang tahu tentang kekasih Youngkook di Prancis dan ibunya.
Dia tahu bahwa kelemahan terbesar Youngkook adalah pie labu dengan krim lemon dan dia selalu ingin bermain gitar tetapi mulai membosankan selama musim panas. Youngkook, di sisi lain, sangat mengetahui situasi Namjoon dan bahkan tentang apa yang terjadi pada Jungkook. Tampaknya hal yang mustahil bagi siapa pun, tetapi keduanya mungkin baru saja menemukan teman baik satu sama lain selama beberapa jam terakhir.
Youngkook mengangguk dan berpikir sebentar sebelum menjawab kata-kata Namjoon yang tulus.
"Ah, Namjoon. Jangan merasa buruk karena tidak segera melanjutkan pencarianmu untuk Jin! Sekarang dingin dan kau sendiri tidak tahu harus pergi ke mana! Idemu sudah bagus untuk datang ke bar untuk meminta bantuan juga, bagaimana mungkin kau tidak minum. Dan hei, kau bahkan menemukan teman yang bersedia membantu." Youngkook tersenyum kemudian pada Namjoon.
"Benarkah?" tanya Namjoon.
"Kau mau membantu?" Namjoon melirik ponselnya dengan cepat, takjub dan mungkin agak malu menyadari bahwa Youngkook bersedia membantu mencari Jin. 3:29 pagi.
Youngkook mengangguk, tersenyum ramah. Dia berdiri dan menguap sebelum meraih jersey birunya dari lengan sofa.
"Aku siap kapanpun kau siap."
Namjoon mengernyitkan alisnya,
"Tapi.....bagaimana kau bisa tahu kita harus kemana? Juga, kau tidak kedinginan dengan jaket itu? Di luar sedang turun salju."
Youngkook mengangkat bahu dan melebarkan beanie kuning di atas rambut cokelatnya.
"Aku baik-baik saja. Aku sudah berkeliling gang beberapa kali. Dari yang kau ceritakan padaku, dan dari ponsel Jin, aku hampir yakin dia baik-baik saja."
Namjoon menelan ludah dan berdiri, mengangguk perlahan dengan tekad yang semakin besar. Dia mengambil jaketnya dan mengambil napas dalam-dalam.
"Ayo berangkat. Dan lagi, terima kasih banyak Youngkook. Kau sangat baik."
Youngkook tersenyum cerah dan mengambil kuncinya dari meja kopi.
"Ibuku selalu mengatakan aku memiliki hati yang terlalu besar dari tubuhku." wajahnya mengerut.
"Kurasa dia juga bilang aku punya tubuh, pilot." Namjoon terkekeh dan Youngkook mengangkat bahu.
"Eh, dia bermaksud baik. Pokoknya, ayo pergi! Tidak ada waktu lagi."
Namjoon mengikuti Youngkook keluar dari apartemen dan menuju mobil hitam kecilnya, kabut dingin menyelubungi mereka seperti selimut yang menyesatkan. Namjoon bertekad untuk menemukan Jin malam ini. Harus. Apa yang akan dia lakukan tanpa prince nya?
♡´・ᴗ・'♡
"Tidak apa-apa, kau akan baik-baik saja." J-Hope meyakinkan, dengan hati-hati melilitkan perban di sepanjang lengan Jimin yang dijahit. Kepala Jimin tertunduk, poninya jatuh menutupi matanya yang berkabut. Suga bersandar di tiang ranjang, matanya terpaku pada dinding, posisinya sedikit goyah. J-Hope menatap Suga dengan cemas, mengetahui bahwa yang lebih tua masih memikirkan rasa sakit yang dia torehkan pada Jimin.Jimin mendongak dan bersitatap dengan mata J-Hope, tersenyum ramah.
"Kau akan baik-baik saja. Bersyukurlah bahwa Suga yang melukaimu, bukan V."
Jimin menelan ludah dan membuka mulutnya untuk menjawab, napasnya terengah-engah dan kata-kata keluar dalam bisikan kecil sehingga Suga berusaha keras untuk mendengar dari tempatnya berada.
"Kenapa kau begitu baik, J-Hope. Suga tidak ingin menyakitiku, kalian berdua tidak seharusnya disini-"
Senyum J-Hope terputus-putus, tetapi hanya sesaat, dan kemudian dia menunjukkan kepada Jimin ekspresi sedih.
"Kau tahu ...... kami tidak meminta untuk menjalani hidup ini. Dan sejujurnya, V. Dia juga tidak. Dan Suga tumbuh berbeda dari orang seusianya, mereka tidak memiliki siapa pun untuk mengajari cara hidup yang benar. Suga selalu seperti V, pada kenyataannya, dialah yang mengajari V. Suga untungnya memiliki kelembutan untukmu, sebenarnya kurasa dia menjadi agak lebih waras sejak kau tiba." Jimin tersenyum lembut pada itu dan melirik Suga, yang juga menyembunyikan senyum lembut di balik remang.
Jimin menoleh ke arah J-Hope dan memiringkan kepalanya.
"Bagaimana denganmu, kau tidak terlihat seperti mereka. Kau bahkan tidak terlihat seperti Suga." dia hampir membisikkan bagian terakhir, tapi sepertinya Suga tetap bisa mendengarnya. Si pirang mendengus, seolah-olah menyerah pada kebenaran yang dikatakan Jimin.
J-Hopes menggelengkan kepalanya dengan sedih.
"Ah....seandainya kau tahu, aku yang paling menyebalkan di grup ini. Aku memiliki ibu hingga berumur tujuh tahun. Aku bergabung dengan grup ini karena dendam. Aku tidak punya hal lain untuk dilakukan, tidak ada tempat lain untuk pergi. Aku hancur, tapi tidak sehancur mereka."
Jimin mengangguk dan menatap tangannya, mencerna semua informasi ini. Suga mendorong tubuhnya dari sisi tempat tidur melangkah ke tempat mereka duduk, ekspresinya kosong tapi matanya berbinar.
"Jimin-ah......Maaf."
Jimin menatap Suga dan tersenyum lembut.
"Aku memaafkanmu bahkan saat dimulai." Suga tersenyum kemudian dan saat itulah J-Hope tahu, dia bukan lagi satu-satunya yang sakit di kelompok ini.
♡´・ᴗ・'♡
V melangkah menuju kamar Jin, dengan senyum di wajahnya yang rapuh. Dia bersenandung pelan pada dirinya sendiri lalu meletakkan tangannya di kenop pintu. Setelah ini dinding akan berganti warna merah, dan banyak yang akan mati.
Tidak ada yang tahu. Bahkan dirinya sendiri pun tidak. Tapi dia akan mencari. Mereka akan tahu. Mereka akan tahu betapa tidak sadarnya mereka terhadap dunia.
Tapi mungkin.....dia akan tahu betapa tidak sadarnya dia pada mereka juga.
Mungkin.
Dia akan segera tahu.
-night
KAMU SEDANG MEMBACA
CLOSE TO YOU
Hayran Kurgu[ On going ] "Jeon Jungkook, kau membuatku penasaran." bisiknya lembut kepada laki-laki yang sedang tidur itu sebelum menutup matanya sendiri, lengannya melingkari Jungkook dalam pelukan hangat. Inspired by : Joker ⬆️ tae! ⬇️ koo!