Tak terhitung berapa lama Jungkook menunggu Taehyung seusai mengantar Jenie hingga ke teras. Gadis itu dijemput oleh mobil ibunya yang tentu sama mahalnya dengan mobil koleksi Taehyung yang berjejer rapi di garasi.
Setelah mengecup kening Jenie lembut, melambai disertai senyuman. Asisten pribadi Tuan Kim bermarga Choi, meminta Jungkook naik ke atas. Menunggu Taehyung di ruang kerjanya yang luas. Dua kali lebih besar dari flat yang ditinggali Jungkook di pinggiran kota.
Selain lemari berisi buku-buku dan meja kerja kayu warna coklat tua, ada lemari kaca berisi barang-barang antik dan sebuah lemari besi tertutup yang Jungkook duga sebagai tempat menaruh dokumen penting. Tidak ada lagi yang spesial di ruangan itu. Kecuali, sebuah patung harimau yang menyerupai aslinya.
Lebih seperti replika yang kesannya seakan itu adalah benda hidup. Bulunya begitu halus bentuk mata yang begitu tajam. Membuat Jungkook kagum pada seniman yang telah menggarap patung itu.
Jungkook memutar pandangan ke segala arah, menunggu Taehyung dengan hati berdebar. Di saat yang sama, seseorang mengiriminya pesan berisi ancaman.
Jungkook ingat, ia punya hutang pada Yoongi, pemilik flat tepat di sebelah kamarnya. Saat itu Jungkook terdesak kebutuhan biologis, yaitu makan. Jungkook benar-benar tidak memiliki uang. Karena tabungannya habis untuk membeli peralatan lukis, sementara lukisannya tak satu pun laku terjual.
Jungkook meringis dalam hati saat mengingatnya.
Dengan sangat percaya diri, Jungkook membalas pesan dari Yoongi dengan kalimat harapan yang terlalu silau.
"Tenang, Hyung. Akan segera kulunasi hutangku padamu, berikut bunganya. Dan akan kupastikan setelah itu aku akan pindah dari sana dan tinggal di mansion mewah."
Jungkook memiliki prinsip untuk selalu berprasangka baik atas kehendak Tuhan. Tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi lima menit ke depan, tapi ia selalu berpikir sesuatu yang baik meski akhirnya nasibnya tidak begitu mujur juga.
Menjadi pelukis juga adalah bukti dari prasangka baiknya kepada Tuhan. Dengan bakat yang Tuhan titipkan, Jungkook pikir ia akan menjadi pelukis hebat seperti Picasso kelak. Menolak beasiswa manajemen bisnis di sekolah tinggi Seoul, masuk ke fakultas kesenian dengan menentang ayahnya, yang ingin Jungkook menjadi manajer keuangan atau pebisnis handal.
Meski setelah lulus Jungkook belum menjadi apa-apa, hanya melukis di taman kota. Menunggu seseorang melihat bakatnya yang terpendam. Jungkook tetap berprasangka baik, bahwa nanti akan ada penyelamat yang membawa nama Jungkook ke atas.
Setelah bertemu Jenie dan mengetahui latar belakangnya. Jungkook yakin, gadis itu adalah jawaban dari semua mimpi yang ia yakini.
Jungkook bukan menyombongkan diri akan diterima di keluarga Jenie dengan mudah. Ia tahu standar keluarga itu seperti apa. Tapi lagi-lagi prasangka baiknya membuat Jungkook bodoh dan nekat melamar Jenie. Urusan ditolak atau diusir, ia pikir belakangan. Yang penting ia tampil dulu, mengesankan calon mertuanya yang misterius dan perfeksionis.
Setelah melanglang pikiran yang dipenuhi ribuan angan. Pintu di belakang Jungkook dibuka, disusul suara langkah kaki dan aroma maskulin yang menyertai.
Pria dewasa yang memikat berjalan masuk, duduk di sofa panjang dengan kaki yang sengaja dibuka lebar. Menampakkan betis hingga paha atas lututnya yang berbulu lebat seperti macan kumbang. Kedua tangan diletakkan di sofa panjang. Mata lurus menatap Jungkook yang masih termangu. Tak memahami situasi bagaimana bisa calon mertua yang baru ia temui hari ini. Yang rencananya ingin menguji Jungkook, harus tampil begitu sexy di depan calon menantunya.
Memakai piyama satin mewah, yang licin dan mengkilap. Dengan tubuh yang separuh kering. Rambut masih meneteskan air, berkilau butirannya mengenai dagu hingga ke dada. Apa mertuanya tak memiliki handuk dan hairdryer? Itu yang ada di pikiran Jungkook.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cheating With Your Dad (Tamat Di Pdf)
FanfictionJungkook merasa galau setelah menikahi Kim Jenie, ia seperti hidup dengan iblis yang gila sex yaitu mertuanya sendiri. Ayah tiri Jenie melecehkan Jungkook ketika istrinya berada di luar rumah. Namun, seiring waktu berlalu semakin sering menerima per...