Lelaki selalu memiliki tingkat rasa horni yang tidak bisa diprediksi. Bisa karena hal sepele, tiba-tiba merasa panas, atau hanya karena bangun pagi. Miliknya juga ikur serta, bangun dalam keadaan tegak berdiri.
Itulah yang dialami Jungkook ketika membuka mata. Mengerjap pelan, kebingungan akan suasana kamar yang terasa sejuk dan berbeda dari biasanya.
Alunan silence dari Beethoven menyambutnya dari mimpi. Tirai jendela putih tulang yang sedikit terbuka, menampakkan senyum mentari yang malu-malu mengintip dari celahnya.
Jungkook mendudukkan diri di tepi ranjang, mengusap wajah sebentar. Lalu menyapu pandangan pada sekitar. Ruangan cukup luas, setidaknya lebih luas dari kamar flat Jungkook yang hanya 4x4 meter.
Selimut tebal yang lembut, juga tempat tidur yang empuk. Aroma kasturi dan daun melati menyebar di ruangan, berasal dari pengharum yang otomatis menyemprotkan diri setiap 15detik.
"Dimana aku?" Jungkook bertanya pada dirinya sendiri.
Ia tidak ingat kenapa berakhir di kamar yang asing. Hal terakhir yang bisa ia reka ulang adalah makan malam bersama calon mertuanya. Menutup acara malam itu dengan minum segelas wine merah yang langsung membuat Jungkook tumbang setelahnya.
Apakah aku mabuk semalam?
Bisa jadi ia benar mabuk, lalu dibawa ke kamar tamu oleh pelayan. Ada lukisan pria mirip Taehyung yang terpajang di dinding. Satu-satunya hiasan di kamar yang didominasi kekosongan, hanya ada lemari putih pucat dan nakas menjadi properti dasar.
Pemikiran itu muncul, tepat saat pintu kamarnya dibuka. Dan iringan maid berseragam lengkap dengan senyuman. Masuk membawa banyak makanan di atas meja beroda yang langsung diletakkan tepat di depan Jungkook.
Terlalu banyak sampai Jungkook mulai bertanya apa ada acara khusus pagi ini. Disuguhi dengan berbagai menu dari mulai yang lokal hingga menu asing, membuat lidah dan perut Jungkook menari tak sabar.
Jika bukan karena rasa malu ia pasti sudah menyerbu hidangan itu tanpa jeda. Tahu sendiri Jungkook di flat hanya sarapan roti isi selai dan susu pisang.
"Tuan Kim, meminta kami membawa sarapan Anda kemari!" ucap mereka kompak, nyaris seperti paduan suara.
Jungkook merasa menjadi pejabat istana. Hanya sebatas calon menantu, Taehyung sudah memperlakukannya lebih tinggi dari kata layak. Bagaimana jika Jungkook benar-benar diterima jadi menantu di rumah ini? Ia tidak akan kekurangan satu apapun, dan hidup layaknya putra mahkota.
Itu semua membuat Jungkook semakin bertekad untuk mendapatkan Jenie. Kalimat menyakitkan yang ia dengar dari ibu Jenie kemarin perlahan hilang. Diganti oleh mimpi dan tekad membara.
Ibu Jenie memang terkesan ingin memonopoli putrinya. Tapi tampuk kekuasaan terakhir tetap berada di tangan sang appa. Untuk itu bagaimanapun caranya, Jungkook akan berusaha memenangkan hati Taehyung agar ia berhasil menjadi menantu di sini.
.
.
.
.Matahari sudah seperempat naik. Jungkook baru saja turun dari mobil audi navy milik Taehyung, diantar oleh supir pribadi Keluarga Kim ke kediamannya.
Memakai pakaian formal yang terasa kaku di tubuhnya, karena Jungkook lebih sering memakai baju santai, kaos oblong dipadu celana denim sobek-sobek. Hari ini, saat terbangun, ia menyadari pakaiannya terkena noda cat. Dan Taehyung sebagai tuan rumah yang baik hati, meminjamkan salah satu koleksi Gucci miliknya. Tentu Jungkook tak bisa menolak, meski ia merasa canggung. Sebab harga pakaian itu lebih mahal dari harga sewa flat-nya sebulan.
Baru saja berbicara tentang tagihan. Orang yang betanggung jawab akan hal itu sudah menunggu.
"Tagihanmu menunggu!" ujar Yoongi begitu Jungkook muncul dari balik pintu lift yang terbuka. Dan pria mungil yang sumpah mati kata-katanya tak semungil itu. Sudah berdiri tepat di depan pintu kamar Jungkook sambil melipat dada. Menatap penuh tekanan pada penyewa flatnya yang menunggak hampir tiga bulan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cheating With Your Dad (Tamat Di Pdf)
FanfictionJungkook merasa galau setelah menikahi Kim Jenie, ia seperti hidup dengan iblis yang gila sex yaitu mertuanya sendiri. Ayah tiri Jenie melecehkan Jungkook ketika istrinya berada di luar rumah. Namun, seiring waktu berlalu semakin sering menerima per...