05: When I Become A Murderer

147 11 3
                                    

[Name] memasuki kamarnya. Ia menaruh tas di kursinya lalu menyalakan lampu kamar. Ia duduk di kasur kemudian langsung membaringkan tubuhnya. Ia menatap langit-langit kamarnya dengan mata menerawang. Ia mengingat apa yang baru saja terjadi.

"Apa kau mau menjadi mama untuk Teresa?"

"Aku.... Biarkan aku mempertimbangkannya dulu, Armin..."

"Pfftt...!" [Name] menutup mulutnya berusaha menahan tawa, namun tidak bisa. "HAHA... HAHAHAHAHA... HAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHA..." [Name] tertawa bahagia.

"Oh Armin.... Kau sangat naif...." Ucap [Name]. Ia bangkit dari kasurnya. "Dan kau Annie... Kau sangat bodoh!"

Ia berjalan ke arah dinding di seberang tempat tidurnya. Ia buka tirai yang menutupi dinding itu. Ia ambil satu foto Annie lalu ia robek-robek foto itu dan ia buang ke tempat sampah.

"Sebentar lagi posisimu akan menjadi milikku." Gumam [Name].

꒦꒷♡꒷꒦

Armin dan Annie akhirnya resmi bercerai. Sidang perceraian mereka telah selesai setelah proses selama tiga bulan. Karena Annie yang tidak mengakui perselingkuhannya, hal itu jadi memakan banyak waktu untuk menyelesaikan proses perceraian. Persidangan itu sangat melelahkan karena mereka disoroti oleh media. Tentu perceraian antara dua pengusaha teratas di Paradis adalah tontonan yang menarik bagi masyarakat. Cukup banyak drama yang terjadi, hingga Teresa harus terus diawasi oleh [Name] agar tidak stres. Namun akhirnya sidang perceraian itu selesai.

Teresa diputuskan untuk diasuh oleh Armin. Dan [Name] tetap menjadi dokter Teresa. Hal baiknya adalah keadaan Teresa semakin membaik dan ia bisa berhenti mengonsumsi obat-obatnya. Meski sudah berpisah, namun Annie masih sering mengunjungi Teresa.

Lima bulan sudah berlalu sejak perceraian Armin dan Annie. [Name] dan Armin menjadi semakin dekat. Mereka sudah berencana untuk menikah. Mikasa yang mengetahui hal itu mengunjungi rumah [Name] untuk mengucapkan selamat.

"Astaga, kau tidak perlu repot-repot membawa kue." [Name] menerima kue yang dibawakan Mikasa. Lalu mempersilahkan wanita itu duduk.

"Bagaimana kabar anakmu?" Tanya [Name].

"Sehat," jawab Mikasa seraya tersenyum.

"Jujur saja aku selalu menduga kalau kau menyukai Armin sejak dulu," Kata Mikasa.

[Name] tersenyum. "Bernarkah?"

"Jadi, benar kau sudah menyukai Armin sejak dulu kan?" Tanya Mikasa.

"Itu hanya sebatas perasaan kagum." Jawab [Name].

"Apa kau sudah menyukai Armin saat dia masih menikah dengan Annie?" Tanya Mikasa ragu.

[Name] melirik Mikasa. "Jujur saja belum. Aku baru menyadari perasaanku akhir-akhir ini."

"Begitu?"

[Name] mengangguk dan berkata, "Aku sangat senang karena Teresa mau menerimaku,"

Mikasa ikut tersenyum senang. Kemudian [Name] pergi ke dapur untuk memotong kue dari Mikasa serta membuatkan teh. Mikasa yang merasa bosan memutuskan untuk melihat-lihat rumah itu. Ia sampai di depan kamar [Name] yang kebetulan pintunya terbuka. Ia melihat seluruh sisi dinding di seberang tempat tidur [Name] tertutupi oleh tirai besar. Ia bertanya-tanya ada apa di balik tirai itu?

Obsess [Armin X Reader]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang