˚
˚
˚
˚
˚
˚˚
Saat angin malam terasa menusuk kulit
Netraku terpaku pada sosok itu.
Seorang gadis yang tengah berdiri diantara mangata.
Dengan bermodalkan cahaya bulan
aku dapat melihat wajahnya yang bersinar bak moon goddess.
Tak hanya itu,Suaranya yang lembut kembali masuk kedalam indra pendengaranku.
Membuatku tanpa sadar tenggelam ke dalamnya.
Dan untuk kesekian kalinya aku menyadari sesuatu.Aku jatuh cinta padamu.
─┉┈◈◉◈┈┉
Seoul, 1 Oktober 2030
Bruk
Suara itu menarik perhatian semua orang. Terlihat seorang anak laki-laki dengan sengaja mendorong gadis kecil yang usianya dua tahun lebih muda darinya itu.
"Jangan pegang aku!" peringatnya dengan sorot mata yang tajam. Tatapan laki-laki itu membuat nyali gadis yang berada dihadapannya menciut. Ia terlihat menundukkan kepalanya karena takut.
"Aarish!" seorang wanita terlihat menghampiri mereka berdua, kemudian ia membantu gadis kecil itu untuk berdiri. Matanya menyorot tak percaya melihat perilaku putranya.
"Kenapa kamu dorong Cia?" wanita itu bertanya pada Aarish.
"Dia numpahin es krim ke baju Aarish" jawab Aarish.
Aerilyn, selaku mama Aarish menatap putranya tak percaya, "Mungkin Cia ngga sengaja, tapi kamu ngga perlu sampai dorong adek kamu kayak gitu kan?"
"Dia bukan adek Aarish," sahut Aarish dengan tatapan dingin pada Gracia. Membuat gadis berusia lima tahun itu menyembunyikan tubuhnya dibelakang Lyn. "Aarish enggak punya adek," lanjutnya.
Terdengar suara isakan dari gadis itu. Aarish terlihat memutar bola matanya malas "Dasar cengeng" cibirnya.
"Aarish minta maaf!" perintah Lyn.
"Dia yang ceroboh kenapa harus Aarish yang minta maaf?" sahutnya tak terima.
Lyn terlihat menghela napas "Adelio Aarish" panggilnya
"Ya," jawabnya malas. Laki-laki itu menatap ke arah ibunya yang saat ini tengah menunggunya untuk meminta maaf pada Gracia. Ia kemudian menghela napas, "sorry, " akunya dengan terpaksa. Setelah mengatakan itu, Aarish berlalu pergi menuju kamarnya diikuti dengan kembarannya, Aaraz.
Tak berselang lama seorang pria terlihat menghampiri gadis kecil itu dan segera menggendong tubuh kecilnya guna menenangkannya.
"Cia ngga apa-apa?" tanyanya khawatir.
Gracia menggeleng, "engga ayah" jawabannya dengan nada suara yang masih terdengar serak. Pria itu mengusap punggung anaknya untuk membuat gadis itu lebih tenang.
"Rey." Seorang wanita telihat menghampiri pria yang notabenenya suaminya itu dengan sedikit tergopoh-gopoh. "Kenapa?" tanyanya dengan nada khawatir lantaran melihat putrinya yang kini tengah menangis.
Pria yang dipanggil Rey itu nampak tersenyum, "engga ada apa-apa sayang."
"Aku takut Cia kenapa-kenapa" paparnya.
"Tenang aja, La. Gapapa kan Cia ya? "
Gracia mengangguk, "Iya, Bunda" jawabannya dengan senyum kecil.
