▪︎ Happy reading
▪︎ Kalo suka like, komen, sama share, ya~~~
Bagas masih di ruangannya membolak-balik berkas apa pun yang ada di meja. Dia menunggu sekretaris yang telah diperintahkannya untuk kembali ke kantor setelah sebelumnya pulang lebih dulu tanpa pamit. Hampir satu jam dia menunggu, tetapi Alesha belum muncul juga. Dia berdiri dan berjalan mondar-mandir di ruangannya.
Pria itu segera kembali ke kursi lalu mengambil salah satu berkas dan berpura-pura mebaca saat mendengar langkah kaki mendekat ke ruangannya. Bagas mengintip dari balik berkas, wanita yang baru saja masuk ke ruangan setelah mengetuk pintu itu tengah menghela napas panjang lalu beralih menatapnya tajam. Bagas mendongak ketika Alesha mendekat lalu mengetuk meja.
"Oh, kamu sudah sampai? Saya rasa jarak dari apartemen ke kantor tidak membutuhkan waktu satu jam lebih." Pria itu menyindir sekretaris yang sedang melipat tangan di depan dada.
Bagas mengerutkan kening lalu menatap Alesha dari atas hingga bawah. Dia baru menyadari jika wanita di hadapannya itu tengah memakai gaun merah muda selutut yang memperlihatkan leher jenjeng serta bahu putih mulus.
"Kamu ngapain balik ke kantor pakek gaun gitu? Mau menggoda saya, ya? Nggak akan mempan."
Lain di hati lain di mulut. Bagas mengagumi kecantikan sekretarisnya itu malam ini, tetapi dia terlalu gengsi untuk mengakuinya.
"Bapak pikir saya kurang kerjaan pakek baju kayak gini buat balik ke kantor dari apartemen? Saya tadi sudah bilang kalo saya lagi ada urusan, Pak. Terus sekarang apa? Bapak ada perlu apa sampek manggil saya buat balik ke kantor lagi?"
Bagas menarik sudut bibirnya ke atas meski hanya sebentar. Dia kegirangan karena sudah bisa melihat Alesha kembali normal seperti biasa dengan membantah setiap ucapannya.
"Kalo kamu ada urusan, seharusnya kamu izin dulu sama saya sebelum pulang duluan."
"Pak! Dari siang saya sudah tanya sama Bapak masih ada acara atau kerjaan yang harus saya kerjakan setelah pukul lima? Dan Bapak bilang nggak ada. Jadi, wajar, dong kalo saat pukul lima tepat saya langsung pulang. Lagi pula, jam kerja saya itu sampek pukul lima sore, Pak."
Bagas menaikkan alisnya. "Tapi, kenyataannya jam kerja kamu itu menyesuaikan dengan kebutuhan saya. Jadi, kalo kamu ada urusan pribadi dan mengharuskan kamu pulang tepat waktu, kamu bisa minta izin dulu sama saya. Jadi, saya nggak perlu nyari-nyari kamu lagi."
Alesha mendengkus kesal. Dia menarik kursi di depan meja lalu duduk di sana. "Oke. Saya minta maaf karena sudah pulang duluan tanpa minta izin sama Bapak. Jadi, sekarang saya sudah di sini. Bapak ada perlu apa sama saya?"
Bagas mengangkat bahu. Kemudian, dia membereskan berkas yang tadi dibacanya dan meletakkan di meja. Pria itu berdiri, mengambil jas yang disampirkan di belakang kursi, dan memakainya.
"Tadinya saya mau nanya jadwal untuk besok. Sama cari berkas untuk PT. Fajar Gemilang. Tapi, berkasnya sudah saya temukan dan untuk jadwal saya pikir kamu bisa mengirimkannya via chat kepada saya. Jadi, sekarang lebih baik kita pulang. Kamu temenin saya makan dulu."
Alesha terbegong dengan mulut terbuka lebar sambil terus menatap Bagas. Sementara, pria itu terus berjalan hingga mencapai pintu lalu menoleh kepada sekretarisnya yang masih diam di tempat.
"Kamu mau ikut pulang atau tetep di sini?"
Alesha berkedip lalu tertawa dan beberapa saat kemudian berganti menangis. Bagas yang melihatnya jadi kebingungan dan akhirnya mendekat ke arah Alesha.
KAMU SEDANG MEMBACA
His Secretary [TAMAT] - SEGERA TERBIT
Roman d'amourTidak selamanya menjadi putri tunggal dari orang tua kaya raya membuat hidup seseorang bahagia. Alesha Kinan Wijaya justru memilih pergi dari rumah dan hidup mandiri karena menolak untuk dijodohkan dengan putra dari sahabat ayahnya. Wanita manja dan...