Chapter 40: Just Kill Me...

282 66 6
                                    

Harapan Sejeong usai bersamaan dengan tersudahinya sambungan telepon antara si penculik dan suaminya di ujung sana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Harapan Sejeong usai bersamaan dengan tersudahinya sambungan telepon antara si penculik dan suaminya di ujung sana. Sejeong yang tadinya hanya membiarkan air matanya mengalir membasahi pipi, kini mulai menangis terisak. Cukup untuk membuat si lelaki berpostur tegap di hadapannya mendekat ke arahnya. Hendak menutup kembali mulutnya dengan sebuah kain pengikat yang tadinya terselampir di lehernya.

"Tu-tunggu..."

Sejeong yang paham apa yang hendak dilakukan oleh brengsek yang tengah menyekapnya tersebut lantas buru-buru menghentikan niatan laki-laki tersebut. Ia juga berusaha menghindarkan kepalanya dari jangkauan tangan-tangan tegap tersebut kemudian mulutnya kembali bersuara.

"Biarkan aku berbicara sebentar," katanya dengan intonasi lantang.

"Apa yang ingin kau katakan?" tanya laki-laki tersebut seraya menghentikan pergerakan tangannya. "Jangan pikir aku akan membiarkanmu jika kau hanya bicara omong kosong. Aku bisa membaca dan mengetahui jika kau sedang mengulur-ulur waktu untuk menipuku."

Mendengarnya, alih-alih merasa takut, Sejeong yang telah kehilangan rasa takut tersebut justru tertawa lepas. Sukses membuat laki-laki tegap di hadapannya mengernyitkan dahi. Tak mengerti sama sekali.

"Memangnya apa yang bisa kulakukan untuk menipumu dengan mengulur waktu? Bukankah kau sendiri yang melihat dan mendengar bagaimana aku berbicara di telepon tadi? Kau tidak memberiku kesempatan sedikit pun untuk bicara secara leluasa dengan suamiku."

Sejeong mendecih sembari menggertakkan giginya karena jujur, perempuan itu mulai lelah dan merasa muak dengan penculik tak dikenalnya tersebut.

"Aku hanya ingin berbicara sebentar padamu, lebih tepatnya... ada yang ingin kutanyakan padamu."

Kali ini, si lelaki bermata tajam itu tampak sedikit tertarik. Ia bergerak melepaskan kembali tali pengikat yang menggantung di leher Sejeong, lalu ia mundur beberapa langkah. Menarik sebuah kursi pendek tanpa sandaran yang selanjutnya ia tempati. Duduk menghadap sang wanita dengan dua tangan yang ia genggam di depan.

"Cepat tanyakan. Aku tidak punya banyak waktu untuk mendengarkanmu."

Begitu yang ia katakan dari balik penutup wajah bermotif gelapnya.

Sejeong yang mendengarnya lantas tak menyia-nyiakan kesempatan. Ia buru-buru membuka kembali mulutnya dan mengutarakan apa yang sebenarnya sedari tadi mengganjal di benaknya.

"Sebenarnya... kenapa kau melakukan semua ini padaku dan keluargaku?—ah anni—siapa yang menyuruhmu melakukannya?"

Mendengar tanya yang terkesan naif tersebut, tentu saja sang lelaki menguarkan tawa menggelegar yang seketika itu pula membuat Sejeong menajamkan kedua matanya.

"Kau pikir aku sebodoh itu?"

Sejeong tak mengatakan apa-apa sebagai jawaban. Hanya dipandanginya saja laki-laki di hadapannya itu yang kini telah bangkit dari kursinya dan berjalan mendekat pada Sejeong yang tak bisa melakukan apa-apa selain mendongakkan kepala.

The Conqueror [ Oh Sehun - Kim Sejeong ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang