4

311 19 1
                                    

Pagi ini, aku terbangun karena nada dering dari ponselku, aku berlari menuju meja rias dan melihat siapa yang menelpon, tapi nomornya tidak masuk daftar kontakku, tanpa berpikir panjang aku segera mengangkatnya.

"Halo, selamat pagi," ucapku.

"Selamat pagi, apa ini Anastasia Wihelmina?" Tanya seseorang di seberang.

"Ya, anda siapa?" Tanyaku.

"Saya ibu dari James," jawabnya.

"Uh- oh, ada apa bibi?" Tanyaku khawatir.

"Bisakah kau datang ke rumah sakit tempat James dirawat?" Aku merasakan dadaku sesak.

"Bi-bisa.. Pukul berapa?"

"Secepatnya, saya tunggu, terima kasih," dia langsung menutup telepon. Aku segera berlari menuju kamar mandi.

15 menit, aku sudah selesai mandi dan berpakaian, lalu memeriksa kamar Alicia, dan dia belum bangun tidur, aku mengelus kepalanya dan mencium pipinya.

Setelah itu, aku langsung meminta supirku untuk mengantarku ke rumah sakit.

Sampai di rumah sakit, aku berjalan dengan langkah lebar menuju resepsionis dan ternyata sekarang James berada di ICU.

Didepan ruangan ICU, aku bertemu dengan seorang wanita separuh baya, tapi sangat terlihat cantik, aku tersenyum padanya dan segera masuk ruang ICU.

"Tunggu!" Wanita itu memanggilku, "Apa kau Anastasia?" Tanyanya.

"Iya," jawabku.

Dia melihatku dari atas ke bawah hingga akhirnya berbicara.

"Oh, aku Marie, ibu James," jawabnya.

Aku merasa sesak lagi, dengan kaki yang bergetar, aku menghampirinya.

"Bisakah kita bicara di kantin?" Tanyanya.

"Oh, tidak apa-apa, Bibi," jawabku.

Kami berjalan dalam diam menuju Kantin, saat sampai di kantin, kami memilih tempat duduk di pojok dekat jendela.

Dia menatapku, menghela napas panjang, raut wajahnya berubah sedih.

"James mengidap tumor otak," ujarnya, "Dokter mengatakan kemungkinan hidup James sangat tipis," kulihat matanya berkaca-kaca.

Hatiku tersayat mendengar ini. Aku yakin, saat ini, hatinya sedang sedih dan takut.

"Apakah dia akan pergi?" Tanyaku, suaraku berubah serak.

Ibu James menatapku dalam, "Aku tidak tahu," ucapnya. "Kuharap, dia kuat dan selamat," lanjutnya lagi.

"Kau harus kuat, bibi," ucapku sambil memegang tangannya.

"Dia sangat sering bercerita tentangmu, An," aku terlonjak mendengar kata-katanya.

"Dua bulan yang lalu, dia divonis terkena glioma batang otak yang menjalar, dia seperti tidak mau hidup lagi, dia selalu bertanya mengapa dia hidup dengan cara seperti ini?" Dia terisak ditengah bicaranya.

"Saat dia dirawat, dia selalu meminta Jordan, sahabatnya, untuk menginformasikan apa yang terjadi disekolah, dan setelah dia tau kau, dia seperti menemukan semangatnya lagi, dia mau di terapi dan lain-lain," lanjutnya.

"Hari dimana dia pertama kali melihatmu langsung disekolah, saat pulang dia berlari bercerita padaku bagaimana dirimu, dia bilang bahwa kau sangat cantik, dia membicarakan dirimu dengan mata yang berbinar, setelah itu, dia berteriak 'Mom, aku ingin sembuh, aku akan berusaha, aku ingin sembuh!'" Ujarnya.

"Dia menyukaimu, An, ini pertama kalinya dia menyukai perempuan," wanita cantik itu menangis hebat, aku tidak sadar bahwa aku juga mengeluarkan banyak air mata sekarang.

"Sekarang, pergilah menemui James, aku masih ingin disini," ucapnya. Aku mengangguk dan dengan cepat menuju ke ruang ICU.

Saat aku masuk, kulihat James tersenyum senang melihatku, dia melambaikan tangannya kearahku.

"Hai," sapaku.

"Ha..i.." Balasnya.

"Kau baik-baik saja?" Tanyaku.

"Akh...khu...muft," dia berbicara tak jelas. Rupanya, penyakitnya membuat dia susah bicara.

Aku menunduk, saat aku mendongak kembali, kulihat dia terdiam dan menatap langit-langit ruangan dengan pandangan kosong. Seperti orang yang sedang mengalami kesedihan yang sangat, kesepian, dan keputus-asaan.

"James?" Aku memanggilnya. Dia menoleh cepat dan tersenyum. "Kuharap, kau akan baik-baik saja," kataku hampir menangis.

-----------------------------
9 mei 2015
DemiraPramapa

My HeroTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang