"Hei," sebuket bunga mawar muncul di hadapanku, sontak aku mendongak, terdapat James sedang tersenyum sangat lebar.
Aku juga tidak bisa menahan agar bibirku ini tidak tertarik keatas, mau tidak mau aku tersenyum lebar juga.
"Dalam rangka apa kau memberiku mawar ini?" Tanyaku.
"Hanya ingin memberi saja," jawabnya. "Apa kau keberatan?"
"Tidak, tidak sama sekali," jawabku.
"Wah, wah, pertanda apa ini, James?" Tiba-tiba Bella berdiri diantara aku dan James. James hanya memandanginya dengan tatapan merendahkan, sementara aku menatapnya dengan raut muka bertanya.
"Jangan-jangan daritadi kau sudah datang?" Tanya James.
"Tentu saja, aku mendengar semua perbincangan kalian," jawabnya dengan alis naik turun. "Kalian sudah siap dengan ujian fisika hari ini?"
"Sudah, aku belajar semalaman," jawab James semangat.
"Belum," jawabku.
"Ya, kau memang menjawab belum, tapi nanti jika hasil dibagikan kau pasti mendapat hasil tertinggi," ucap Bella.
Percakapan kita terhenti karena Mr. Diaz tiba-tiba memasuki ruangan, saking asyiknya mengobrol, kita bertiga sampai tidak mendengar bel masuk.
-----------------------------
Saat istirahat, Bella meminta izin padaku untuk mengikuti latihan basket sehingga dia tidak bisa menemaniku pergi ke kantin. Sementara James, dia sedang asyik bermain games di handphone bersama teman-teman yang lain.
Jarak antara kelas ke kantin cukup jauh, harus melewati 9 kelas, perpustakaan, taman dan toilet. Aku berjalan sedikit terburu-buru karena memang aku sudah lapar daritadi. Tiba-tiba, kemejaku ditarik dari belakang saat melewati taman.
Aku didorong sampai aku menyentuh tanah.
"Jangan karena James memberimu bunga, kau menjadi berlagak sok cantik, ingatlah bahwa kau cuma sampah!" Angelina berteriak pas didepan wajahku.
"Aku tidak pernah berlagak sok cantik!" Balasku berteriak.
"Wah, wah, Angelina, dia sudah berani melawanmu,"
"Huh, dimana Anastasia yang dulu? Yang hanya diam menunduk dan menangis jika mengalami hal seperti ini?"
"Kubilang juga apa, dia sekarang sangat berani karena dia dekat dengan James!"
Kemarahanku sudah mencapai ubun-ubun, saat tanganku sudah bersiap-siap untuk menamparnya, James sudah berdiri didepan kami dengan menunjukan kemarahan.
"Apa kau tidak dengar perkataanku beberapa minggu yang lalu, Angelina? Jika kau masih melakukan ini, aku tidak akan segan melaporkanmu ke guru dengan alasan penindasan," tukas James.
Angelina hanya menatap James dengan pandangan tidak percaya, sementara antek-anteknya terlihat ketakutan.
"James! Kenapa kau selalu membela sampah ini? Kenapa kau berubah? Kenapa semua orang berubah?" Tanyanya bertubi-tubi dengan menangis.
"Berhenti memanggilnya sampah, atau kau akan benar-benar kulaporkan pada guru!" Teriak James.
Angelina berlari sambil menangis, antek-anteknya langsung mengikutinya dan salah satu dari mereka ada yang menatapku sengit.
"Kau belum makan, kan?" Ah iya, hanya karena Angelina aku sampai lupa pada cacing-cacing dalam perutku yang sudah berteriak kelaparan.
"Um... Belum..." Jawabku sambil tersenyum.
"Ayo kita makan, aku juga lapar," ajak James.
"Kau mau kutraktir? Sebagai ucapan terima kasih karena kau sudah menyelamatkanku tadi," tawarku padanya.
"Wah, aku mau! Sungguh mau!" Teriaknya dengan mata berbinar. Sangat kekanak-kanakan sekali.
"Okay, ayo cepat, aku sudah sangat lapar,"
----------------------------
"Benarkah?!" Teriak Bella histeris saat James bercerita tentang sikap Angelina tadi. "Mereka memang harus diberi pelajaran. James, kenapa kau tidak memberitahukan pada guru?"
"Percuma, aku bilang pun mereka akan melakukannya lagi," jawab James.
"Sudahlah, aku juga tidak apa-apa," ucapku.
"Apakah di kelas ini ada yang bernama Anastasia?" Perempuan berkacamata besar tiba-tiba memasuki kelas kami.
"Aku Anastasia, ada apa?" Jawabku sambil menghampirinya.
"Kau ditawari oleh Mr. Diaz untuk mengikuti olimpiade fisika, jika kau berminat, silahkan datang ke ruang guru untuk menemui beliau," ucapnya cepat lalu langsung keluar dari kelasku.
"Wow, hebat sekali An," puji James.
"Haha! Dia bilang dia tidak mengerti fisika, tetapi dia ditawari ikut olimpiade, sungguh aneh!" Ucap Bella sambil tertawa.
"Jadi, enaknya aku menerima atau tidak?" Tanyaku pada keduanya.
"Terima! Terima! Ini kesempatan untuk menunjukkan pada murid lainnya bahwa kau sangat pandai!" Ucap James sambil memukul-mukul meja.
"Itu sih terserah kau, tapi lebih baik diterima," ucap Bella.
"Oke, aku akan menerimanya," ucapku.
"Good luck!"
--------------------------------
14 Juni 2015
DemiraPramapa
KAMU SEDANG MEMBACA
My Hero
Teen Fiction"Aku akan selalu menganggapmu sebagai pahlawanku, selamanya."