"Kemarin kau menjenguk James?" Tanya Bella saat aku dan dia sedang makan di kantin.
"Iya," jawabku.
"Bagaimana keadaannya sekarang?" Tanyanya.
"Dia semakin memburuk, karena penyakitnya, dia jadi susah bicara," jelasku.
Bella menghela napas panjang, dan melanjutkan memakan makanannya.
"Nanti sore, kita jenguk dia ya," ajaknya.
"Ayo, aku akan menjemputmu," ucapku.
Pukul 15.00 aku sudah ada dirumah Bella, dia keluar dengan tergesa-gesa sambil membawa buah-buahan.
"Hai," sapanya. Aku hanya membalas dengan senyuman.
"Aku baru tau kau bisa menyetir mobil," ucapnya sambil tersenyum lebar.
"Aku merayu ayahku saat SMP," ucapku.
Tidak sampai 30 menit, kita sudah sampai di halaman parkir rumah sakit, kita langsung masuk dan menuju ICU, ternyata James masih tertidur.
Bella menaruh buah-buahanku dan buah-buahannya di meja sebelah tempat tidur James.
"Aku kasihan melihatnya," ucapku. Bella hanya mengangguk, setetes air keluar dari matanya.
James mengambil napas panjang, lalu mengerjap, aku dan Bella langsung berdiri dari kursi untuk mendekat ke tempat tidur James.
"Ha...i...," sapanya. "An...," dia memanggilku, lalu menggenggam tanganku. "Be....lla...." Dia juga memanggil Bella dan melakukan hal yang sama.
Bella terisak, dia menggenggam tangan James erat, seakan tidak mau lepas. Tetesan air mata juga keluar dari air mataku, aku langsung mengusapnya, aku harus berusaha tersenyum saat didekatnya.
"Ja....ngan me...nya..muft..," aku mencengkram tangannya. Mengisyaratkan agar dia berhenti bicara. Dia tersenyum lebar.
Tangan kirinya berusaha menggapai-gapai kertas dan pulpen yang ada di meja dengan susah payah. Aku yang tidak tega langsung berlari mengambilkan untuknya.
Dia menyobek kertas dan mulai menulis dengan tangan kirinya karena tubuh bagian kanannya lumpuh. Selesai menulis, dia menunjukkan padaku dan Bella apa yang dia tulis.
Terima Kasih, itu yang bisa aku baca dari kertas itu, tulisannya berantakan tapi tetap bisa dibaca, aku mengangguk dan mengelus tangannya. Sementara itu, Bella berlari keluar ruang ICU dengan menangis keras.
James mengambil kertas dan mulai menulis lagi, setelah menulis dia menunjukkan padaku, terdapat tulisan 'Apa sekolah berjalan seperti biasa?'
"Iya, tapi pr kita sangat banyak,"
Wajahnya yang tersenyum langsung berubah datar saat aku menyebut kata PR.
Aku menoleh saat mendengar suara pintu yang terbuka, disana ada Bella dengan mata dan hidung yang merah.
"Maafkan aku karena tiba-tiba keluar," Bella tersenyum. Kulihat James juga sedang tersenyum, hanya saja matanya berkaca-kaca, aku tahu bahwa dia tak ingin orang lain menganggapnya sangat lemah.
"Um... Boleh aku pulang sekarang?" Tanyaku memecah keheningan.
"Pulanglah An, aku akan naik taksi, aku masih ingin disini," ujar Bella. Aku menoleh kepada James, kulihat dia hanya mengangguk dengan muka datar.
----------------------
2 minggu berlalu sejak kejadian menyedihkan dirumah sakit itu, hari ini James kembali masuk sekolah, dia seperti menganggap tidak ada yang terjadi, di pagi hari tadi kelas sudah ramai hanya karena gurauan James.
Saat pulang sekolah, kulihat dia sedang bermain bola basket di lapangan. Aku buru-buru menghampirinya. Dia menyambutku dengan senyuman.
"Kau tidak istirahat?" Tanyaku.
"Jangan anggap aku seperti orang sakit betulan, An!" Katanya sambil terus memainkan bola di tangannya. Aku mengerutkan dahi. "Mungkin, aku memang mengidap kanker. Tapi, buatku itu sama saja. Tidak ada yang berubah. Yang berbeda hanyalah, aku harus menghadapi kanker ini dalam hidupku. Tidak ada salahnya jika aku melakukan kegiatan seperti dulu. Aku tidak ingin memikirkan kematian. Kalau itu memang sudah takdirku, siapa yang bisa mengubahnya? Makanya, aku ingin memanfaatkan sisa hidup ini untuk melakukan hal yang berguna," ujarnya tenang.
Aku benar-benar heran dengannya. Aku memang tidak tau isi hatinya saat mengetahui dirinya menderita penyakit yang mematikan. Tapi, aku tidak berharap keadaannya memburuk. Satu yang kuinginkan, dia kembali normal dan kehidupannya bisa berjalan seperti biasa. Mungkin itu hanya mimpi. Tapi aku yakin, James bisa sembuh dari sakitnya.
-------------------------
Hari ini, aku berkunjung ke rumah James atas permintaan ibunya. Untuk pertama kalinya, aku melihat foto tumor itu. Memang ukurannya tidak besar. Tapi, pasti nanti akan membesar dan menyebar ke seluruh organ tubuh.
Yang kurasakan pada James sekarang adalah khawatir. Aku kasihan padanya. Saat aku mendatangi kamarnya, kulihat banyak sekali teman-teman yang mengiriminya kartu ucapan 'Semoga lekas sembuh'. Tapi, aku yakin bahwa dia tak senang mendapatkan kartu-kartu itu.
-------------------------------
10 juni 2015
DemiraPramapa
KAMU SEDANG MEMBACA
My Hero
Teen Fiction"Aku akan selalu menganggapmu sebagai pahlawanku, selamanya."