O5. Rumah.

56 9 2
                                    

Raya menggenggam tangan Fanny untuk memberi kehangatan melalui genggamannya, ia juga membiarkan kepala bersandar pada bahunya. Ia senang, karena akhirnya ia bisa merasakan kenikmatan itu.

"Apa mereka baik-baik saja?"

Raya terkekeh mendengar tuturan Fanny yang cemas ketika ia mengatakan bahwa temannya akan menemani si kecil bersama untuk menjaga kucing kesayangannya. Hanya saja, Raya berharap Adelia bisa berteman baik dengan Adena.

"Tentu saja," yakin Raya tersenyum melihat pemandangan di depannya. Indah, satu kata muncul di pikirannya.

Tiada lagi pembicaraan mereka, hanya hembusan angin berlalu, langkah tapak kaki orang-orang melewati juga sempat berhenti untuk melihat pemandangan.

Entah semenjak ia tinggal bersama Fanny, ia merasa sesuatu tidak sangka tumbuh di dalam perasaannya kepada Fanny. Seharusnya, ia sadar akan posisinya tapi Fanny tau, memilih untuk memperbaiki hubungan mereka.

Dan semenjak bukan lalu, mereka menjadi dekat. Adena yang merasa dirinya terpinggirkan pun merengek-rengek meminta perhatian mampu menghangatkan mereka.

Suasananya tak terlalu sepi juga tak terlalu berisik, jika ada Adena — mungkin keheningan serta ketenangan itu akan terhapus dalam sekejap.

"Awalnya aku tidak percaya kalau Mika selingkuh di belakang ku," kalimatnya membuat Raya menolehkan kepalanya, menatap wajah sisi Fanny yang sungging senyum melihat pemandangan itu.

Benar, batin Raya. Raya bahkan tak percaya Mika itu selingkuh dengannya juga atau mungkin — dia orang selingkuh. Entah, Raya sudah lagi tak peduli soal itu. Yang pasti, hubungannya dengan Fanny sudah berbaikan, tak ingin membuat hubungannya kembali renggang.

"Waktu itu, aku sempat membencimu," Fanny menoleh, menimbulkan kesan sedih di rautnya, "tapi setelah melihat Mika sama sekali tak ingin melepaskan mu membuatku mengerti."

Fanny terkekeh miris, "ia sangat menyayangi kita, dia tak pernah lelah untuk membujuk ku untuk kembali berbaikan. Aku saat itu sangat hancur, rumahku sudah memiliki rumah yang lain yang pasti bukanlah aku."

"Aku sangat membencinya, dan memutuskan untuk pergi ke luar negeri, beberapa bulan aku kembali untuk memperbaiki hubungan, tapi yang aku dapat hanyalah melihatnya di makam."

Fanny memejamkan matanya, dia masih ingat betul ketika Adena memeluknya dan menceritakan tentang Mika — ia tidak tahu bahwa itu hanyalah cerita palsu untuk membuatnya percaya.

Dan bodohnya, Fanny mempercayainya. Adena tak punya alasan untuk memberitahu perkara sebenarnya, ia tak ingin memungkiri jika gadis di depannya makin terpuruk setelah menceritakan kisah benarnya.

Terutama, Fanny rapuh soal Mika. Dia akan merasa bersalah. Itu Adena tak mau, dan memilih diam untuk tak menceritakannya.

"Dan sekarang, aku memiliki rumah yaitu kamu, Raya."

Raya setia menatapnya dengan tatapan teduh, ia juga merasakannya, terutama saat bersama dengannya. Raya sempat merasakannya saat bersama Mika — cuma bisa bertahan beberapa hari.

"Fanny ...."

Fanny menoleh saat sang gadis memanggilnya dengan lirih, ia melihat Raya memegang tangannya dan genggamnya. Matanya lekat menatap bibir tipisnya.

Tanpa berkata apapun, Raya memajukan diri untuk mengecup bibir Fanny yang terperanjat. Matanya masih terbuka memerhatikan mata Raya sudah terpejam menciumnya.

Tak lama, ia memejamkan matanya, menikmati ciuman tanpa lumatnya membuat ia merasa senang. Detak jantung mereka sama-sama berdetak.

Raya melepaskan ciumannya, ia menatapnya hangat, bibirnya terukir senyum tipis, "...aku mencintaimu."

abu-abu • jinlia [✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang