Chapter 7
Reggie duduk di depan meja rias, memandang pada ruam kecil di dasar tenggorokannya. Tanda cinta dari Nicholas Eden. Dia menyentuhnya. Untung saja dia tidak melepas mantelnya saat sampai di rumah Tony kemarin malam. Karena itu, dia harus mengenakan syal sampai tanda itu hilang.
Hari sudah beranjak siang dan Reggie tidur lebih lama dari kebiasaannya. Sepupu-sepupunya kemungkinan telah makan pagi dan jika mereka masih berada di rumah, dia harus merangkai cerita yang telah dia sepakati dengan Tony kemarin malam.
Tony telah mengirimkan pesan kepada saudaranya Edward sebelum Reggie kembali ke rumah, yang mengabarkan bahwa Reggie tidak akan datang kepesta dansa. Hanya itu, tidak ada penjelasan lainnya. Cerita mereka adalah, bahwa Tony tidak sedang berada di rumah ketika Reggie sampai di rumah Tony, sehingga Reggie menunggunya berjam-jam. Ketika Tony sampai di rumah, mereka saling berbicara. Karena percakapan mereka yang panjang dan hari sudah sangat larut, Reggie memutuskan untuk menginap. Pelayan paman Edward akan mengkonfirmasi bahwa Tony akan membawa Reggie kembali dan Reggie segera tidur.
Reggie menghela nafas dan membunyikan lonceng untuk memanggil Meg, kemudian tergesa-gesa menuju lemari pakaian untuk mencari syal. Tidak seharusnya Meg melihat tanda gigitan itu.
Ketika Reggie turun setengah jam kemudian, dia menemukan bibi Charlotte dan kedua sepupunya Clare dan Diana sedang menerima tamu. Mereka berada di ruang menggambar dengan tamu mereka Lady Braddock, ibu dan anak, Mrs. Faraday dan saudaranya Jane; dan dua orang Lady yang tidak diketahui Reggie. Mereka semua melihat ke arahnya ketika dia masuk, dan Reggie merasa tidak nyaman pada kebohongan yang akan ia sampaikan.
"Regina sayangku," ucap Mrs. Faraday dengan intonasi aneh yang sangat kentara. "Betapa kau terlihat suci- sepertinya. "
Perut Reggie terasa melilit. Tidak. Itu tidak mungkin. Hanya rasa bersalah di hatinya yang membuatnya berpikir mereka mengetahui tentang petualangannya semalam.
Nicholas Eden, Viscount Eden keempat dari Monthieth, berbaring terlentang di atas ranjangnya yang besar, kedua lenganya di letakkan di belakang kepala, hanya selimut tipis yang menutupi tubuh telanjangnya. Dia sudah seperti itu sejak dia bangun hampir satu jam yang lalu, belum ingin bergerak bangun dan menghadapi hari. Sudah lama ia tidak melakukan kebiasaannya menunggang kuda di pagi hari melalui taman Hyde. Tidak ada yang butuh segera ia temui. Surat lain dari Earl dari Penwich yang menuntut jawaban mengenai tanah yang dia inginkan, tapi itu bisa menunggu. Bagaimanapun juga itu hanyalah bentuk rasa jengkel, sejak dia tidak pernah menerima jawaban dari laki-laki itu.
Dia perlu menghubungi manajer firma kapalnya di Southampton untuk menunda kapal yang baru-baru ini ia pesan supaya bersiap untuknya. Dia telah berencana meninggalkan London beberapa bulan untuk pergi berlayar ke india barat lagi. Namun karena kejadian sore kemarin, kini tidak ada yang bisa membuatnya meninggalkan London.
Namanya Regina. Dia menyebutkannya dengan suara keras, membiarkan lidahnya menikmati nama yang dia ucapkan. Regina. Manis, si cantik Regina dengan rambut berwarna ebony dan mata biru porselen. Mata itu. Dia hanya perlu memejamkan matanya untuk bisa melihat mata itu tersenyum kepadanya, tertawa. Oh, mata yang begitu hidup. Regina, peri dari segala peri, kecantikan yang tidak tertandingi.
Nicholas tertawa kecil pada imajinasinya. Percy akan berkata kalau dia telah bertekuk lutut. Benarkah? Well, tidak, tentu saja tidak. Tapi dia tidak ingat pernah begitu menginginkan seorang wanita sebesar ia menginginkan Regina Ashton.
Dia menghela nafas. Bibi Ellie akan menyuruhnya menikahi seorang gadis dan hidup dengan bahagia. Dia satu-satunya orang yang begitu peduli padanya sejak ayahnya meninggal. Mungkin neneknya pernah peduli, atau mungkin tidak. Sulit untuk menceritakan tentang Rebecca, wanita tua yang kejam.
Dan, tentu saja, dia masih punya "ibu". Ibunya adalah orang terakhir yang menginginkan hal baik tentangnya. Karena ibunyalah dia tidak bisa-atau tidak akan- menikahi Regina atau gadis manapun yang berasal dari keluarga baik-baik. Dia tidak akan menikah, paling tidak sampai wanita yang dikenal sebagai ibunya telah meninggal. Ancaman yang diberikan kepadanya akan mati bersama ibunya.
Nicholas melempar selimutnya dan bangkit duduk, memikirkan janda Countess yang merusak kesenangannya. Semua itu karenanyalah yang membuat Nicholas jarang pulang ke rumah di Silverley, tanah desanya di Hampshire. Sekalipun dia mencintai Silverley, merindukannya sampa pada titik terpahit. Bukan masalah, dia akan pergi ke sana hanya ketika Countess sedang pergi. Countess berada di kediamannya sepanjang tahun, hanya untuk menjauhkan Nicholas.
Nicholas memanggil pelayan pribadinya Harris yang mengabarkan bahwa tuan Alden dan Malory telah menunggunya di meja makan. Nicholas tidak terkejut karena kedua temannya itu telah terbiasa mampir ke kediamannya tanpa alasan penting.
Ketika dia bergabung bersama mereka, Derek Malory sedang duduk di depan meja yang penuh dengan berbagai hidangan makanan, dan Percy berdiri di samping lemari hias sedang meminum kopinya. Derek menyapanya dengan riang sebelum dia kembali menggoda pelayan muda. Percy memberi isyarat Nicholas dengan seringai persekutuan.
"Aku tahu siapa burung kecil yang kau bawa pulang ke kandangmu semalam." Percy berbisik, lalu mengangguk ke arah Derek. "Dia belum tahu, tapi tentu dia akan tahu sebelum petang hari ini."
Nicholas merasakan tinjuan dahsyat telah bersarang di bagian tengah tubuhnya. Dia menjaga suaranya sepaya terdengar pelan ketika berbisik pada Percy, "Berbaik hatilah untuk menceritakan padaku bagaimana bisa informasi tersebut sampai padamu?"
"Itu bukan sebuah rahasia," kekeh Percy. "Faktanya, aku bertaruh hal itu akan tersebar dengan sempurna sampai hari ini berakhir. Aku mendengarnya sendiri di Rotten Row. Ketika berkuda dan bertemu beberapa wanita cantik yang ku tahu dan mereka tidak bisa menunggu untuk segera memberitahuku."
"Bagaimana?" suaranya keluar dengan meledak, cukup keras untuk menarik perhatian Derek, yang kemudian mengembalikan perhatiannya kepada si pelayan.
"Lady E. kau tahu? Sepertinya pengemudinya berpikir Lady E. akan sangat tertarik mendengar semua rencana kejahatanmu. Dan kau tidak akan tahu, dia dengan menggelikannya berpikir kau cukup cemburu sampai melakukan hal yang memalukan. Dia tidak bisa menunggu untuk menceritakan kepada semua teman-teman terdekatnya mengenai semua itu- bahkan pada teman yang tidak dekat. Oh, dia memiliki pagi yang cukup sibuk karena itu."
"Jalang sialan!"
"Ya, well, jika aku jadi dirimu, aku akan meninggalkan London untuk beberapa saat."
"Dan membiarkan gadis itu menghadapi ini sendiri?"
"Hal itu tidak pernah mengganggunmu sebelumnya."
Percy mengerutkan dahi dari ucapan yang dia dapat. "Jangan membentakku Nick. Dia akan berjalan dengan baik lebih daripada kamu, tidak diragukan akan menikah seperti gadis-gadis polosmu sebelumya, dan hidup bahagia selamanya. Tapi masih ada paman Derek yang perlu dipikirkan, belum lagi ayah Derek. Saudara-saudara gadis ini akan menuntut persembunyianmu. Kau tidak akan bisa pergi tanpa sedikitpun berkompromi mengenai gadis ini seperti yang kau lakukan pada gadis-gadis lain."
"Brengsek, aku tidak menyentuh gadis itu."
"Tentu kau tidak menyentuhnya, tapi siapa yang akan percaya?"
Percy berkata dengan tajam. "Pertaruhan terbaikmu adalah kau harus pergi sebelum datang tantangan dari salah satu pamannya."
Pada saat itu Tyndale muncul di depan pintu dan memberi kabar, "Pelayan tuan Malory ingin bertemu, tuanku."
Derek tampat terkejut, melihat pelayan yang berdiri di belakang Tyndale. "Oh, aku kira ada beberapa kesalahan, Nicky, laki-laki itu tidak bekerja padaku."
"Kukira tidak," Nicholas bergumam, dan Percy mengerang.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE ONLY ONCE [TERJEMAHAN]
Fiksi SejarahLOVE ONLY ONE Keponakan cantik dari Lord Edward dan Lady Charlotte Malory, Regina Ashton diculik oleh Nicholas Eden-seorang perayu arogan yang disebabkan karena kesakitan masa lalunya. Reggie memiliki janji untuk menikah dengan berandal yang telah...