Happy reading!!
Jaka POV:
Tepat jam 14.59
Aku duduk dengan masalah bersamaku, melihat samudra dengan langit dan air biru, warna selaras untuk menenangkan pikiranku.
Duduk dengan bercerita sendiri untuk menenangkan pikiranku yang kacau tak karuan sebab masalah yang melandaku tak kenal ampun
"Sungguh kenapa dunia begitu tak adil, orang ku sayang kenapa meninggalkan ku lagi. Dulu ibuku tiada sekarang adikku.
Orang ku sayang kenapa harus lebih dulu meninggalkan ku. Aku tak punya apapun selain mereka, aku harus apa?" Ucapnya pelan sambil menghapus air mata jatuh tak sengaja yang ia tahan.
Sungguh, ini menurutku sangatlah sakit. Begitu tak tahan aku menahan tangisku. Aku menangis tak tertahan melepaskan semuanya.
Aku tak punya kekuatan lagi, aku sungguh linglung tak memikirkan apapun saat ini
Menangis sendiri di tepi samudra yang sering ku kunjungi hanya sekedar melepas penat setelah kerja, atau sekedar mengunjungi. Saat ini aku mengunjunginya kembali dengan cerita sedih yang ku alami kembali
Nafasku tersengal-sengal mencoba menahan tangis yang tak terbendung, mata sedikit merah karena menangis cukup lama, pikiran yang tak tahu arah
Cukup lama aku berada di sana dengan tangisan yang tak kunjung Redah, mata melihat tak beraturan menenangkan diri dengan tarikan nafas
Setelah lama, aku menenangkan diriku. Aku melihat seseorang yang sama menangis seperti aku tadi
Seorang pria dengan muka yang ia tutupi dengan satu tangannya, memakai kaos berwarna putih dengan celana panjang coklat
Dengan mata sedikit merah dan nafas tersengal-sengal, aku melihat matanya, aku sedikit merasakan kesedihannya
Aku dan dia sama sama mempunyai cerita malang yang tak tahu cerita ke siapa, berakhir bercerita sendiri di tepi samudra
Aku yang berniat pergi dari sana, mengubah niatku untuk tetap di tempatku. Dengan sesekali melihat seseorang yang tak terlihat jelas wajahnya karena cukup jauh dari tempatku
Hati ku yang tenang kembali tak karuan, ia tak tau bagaimana bisa terjadi.
Apa aku merasa rasa sedihku kembali lagi, ini tak mungkin
Aku melihat kembali seseorang itu, ia menangis semakin kencang cukup jauh jarak nya tapi aku mendengar tangisan nya semakin kencang aku tak tahu harus apa, aku ingin mendekatinya untuk menenangkannya tapi aku tak mengenalnya
Dengan rasa ragu, aku berjalan pelan mendekatinya. Hampir sampai di dekatnya, aku berbalik badan dengan niat meninggalkannya, aku sungguh ragu
Berjalan satu langkah aku mendengar seseorang memanggilku, mungkin orang yang di belakangku
" Hei, kenapa kau di situ? Apa kau ingin duduk di sini? Aku sebentar lagi juga akan pergi" ucapnya
Aku berbalik melihatnya, seorang pria yang mungkin ia asal sini. Benar yang ku duga, matanya merah dan wajah yang lesu
" Apa kau punya waktu untuk tetap duduk di sini? Aku mendengar kau menangis kencang di sini, jika kau punya masalah cerita lah, aku akan mendengarnya" ucapku sambil menatapnya
Ia menarik nafas dan kembali menatap samudra, ia hanya diam tak berbicara apa pun. Aku duduk di dekatnya, ia hanya berkata " aku di tinggal mati oleh kakakku" ucapnya pelan
Aku yang tadinya menatap samudra, menoleh ke arah pria yang ada di sampingku. Ternyata kita sama sama di tinggalkan orang tersayang
"Kakakmu mati karena apa? Apa mempunyai riwayat penyakit atau kecelakaan?" Tanyaku
Dia menoleh kepadaku dengan air mata mengalir kembali, aku merasa tak enak menanyakan hal yang lebih
"Maaf aku terlalu banyak bertanya"
"Tak apa, dia mempunyai riwayat penyakit gagal jantung. Baru saja ia di kuburkan, aku tak kuat menahan tangis, jadi aku di sini saja"
"Aku berniat hati untuk jalan-jalan menenangkan diri dan melihat samudra, tapi aku tak tahan menahan tangis" lanjutnya
"Kau hebat untuk itu, kau bisa bertahan dengan banyaknya pilu di hatimu, kau sungguh hebat" ucapku untuk menyemangati dia
Dia tersenyum setelah aku mengatakan semangat kepadanya, "namamu siapa? Aku ingin berkenalan dengan mu" ucapnya sambil menatapku
" Aku? Aku dijorna jakapan putra, panggil aja Jaka." ucapku sambil tersenyum
Ia tersenyum ketika aku juga tersenyum
Tringg...
"Sebentar ya aku angkat telfon dulu" ucapku sambil beranjak dari tempat duduk
Aku menekan tombol hijau "halo, kenapa kau menelfonku? Jika tak penting lebih baik tak perlu menelfon, kau selalu saja menggangu ku"
"Kau dimana? Aku ingin bicara dengan mu sekarang, dan ini penting. Jika tidak aku tak Sudi untuk menelfonmu. Dasar anak tak sopan santun"
Setelah berbicara panjang, ia langsung mematikan telfonnya begitu saja
Jaka ia kembali ke pria sebelumnya, dan berbicara " aku kembali dulu ya, dan kamu semangat. Semua akan baik baik saja. Sampai jumpa"
---
"Ada apa?" Ucap Jaka
Ayahnya berbalik dan menamparnya, ia tak tahu alasan mengapa ayahnya menamparnya
" Kau tahu adikmu mati karena mu? Kau terlalu banyak berkerja sampai kau tak mau menjaganya."
Aku menatap ayahku dengan dengan tatapan marah " karena ku? Kau bilang karena ku? Aku menjaganya dengan baik lebih baik dari ayah. Buktinya dulu saat ayah rawat dia meminta tinggal denganku, mungkin istri baru mu itu menyiksa anak kedua perempuanmu."
Ayahnya semakin marah dan hampir menamparnya kembali, tetapi Jaka menepisnya. Ia tak terima jika ia ditampar seorang laki laki yang meninggalkan dirinya, adiknya, dan ibunya yang sakit-sakitan keras, yang membuat Jaka menjadi tulang punggung sejak duduk bangku SMP kelas 9
" Mau ayah sebenarnya apa? Aku tidak yakin ayah jauh jauh datang hanya membahas adik saja"
Ayahnya hanya menatap tak yakin kepada jaka
"Ohh, dari tatapanmu saja aku sudah tau maksudmu, kau mau mengambil rumah inikan, maaf tak bisa ibu memberikannya padaku bukan padamu. Kau tidak ada hak!" Jelas Ku kepada ayah
"Sejujurnya aku ingin membahas sesuatu denganmu, tetapi mungkin ini bukan waktu yang tepat untuk membahasnya. Karena kau sedang berduka bukan? Aku akan menghargai itu"
"Ck, lebih baik kau bilang sekarang juga. Dan jangan bertemu denganku lagi"
Tak lama, sang ayah pergi begitu saja tanpa pamit.
Hati Jaka langsung lega setelah menghadapi sang ayah yang hendak mengklaim rumahnya yang diberikan ibu jaka kepadanya dan juga ia penasaran apa yang ingin disampaikan oleh ayahnya
Jaka masuk kedalam rumah dengan perasaan yang tercampur aduk, ia sudah menenangkan perasaan di tepi samudra Kembali dihancurkan ketenangan itu oleh sang ayah
-
-
-
TBC..(870 word)
KAMU SEDANG MEMBACA
SAMUDRABIRU [Biblebuild]
FanficCerita sendiri dengan pemandangan laut samudra biru. Melepas penat karna masalah bertubi-tubi, bertemu seseorang dengan masalah sama keruh, dengan perasaan yang rapuh. Saling berkenalan dengan rasa ragu, saling mengerti dengan hati seluas ombak Samu...