Shim Jaeyoon x Lee Heeseung
Fanfiction by _siambisius###
"Hujaan...."
Keluhan itu datang dari salah seorang yang bernaung di bawah atap pertokoan. Seoul, di dua minggu sebelum musim gugur datang menyapa, memang akan disapa oleh datangnya hujan. Jadi saat musim gugur akan datang, sudah tak asing lagi jika hujan datang diwaktu waktu yang tak terduga. Seperti saat ini contohnya. Ia malah beranggapan tadi tidak akan disapa hujan, melihat pada langit yang berawan di pukul 10.45 KST. Sayangnya kini...
Salah seorang disebelahnya hanya menaruh senyum menanggapinya. Melihat teman satu kamarnya mengeluh panjang dan dengan raut wajah murung nan menggemaskan membuatnya tergelitik untuk tertawa kecil. Ditepuknya pipi menggemaskan itu pelan. "Sudah kubilangkan, akan hujan."
Terdengar ia menghela napas sedih. "Harusnya memang aku mendengarkanmu tadi." Bibirnya manyun penuh rasa kecewa. Lagi-lagi ia menarik napas banyak- banyak dan menghelanya kasar. "Heeseung-ah." Tubuh itu menghadap pada pemilik nama. Ada sekantong belanjaan berisi beberapa camilan serta sayur mayur yang baru saja dibelinya. Ini hari libur untuk keduanya. Hari yang kebetulan libur sebenarnya.
Heeseung yang seorang mahasiswa pra praktek dokter kejiwaan dan Beomgyu mahasiswa semester akhir fakultas broadcasting. Keduanya telah menjadi satu roommate sejak awal semester pertemuan mereka. Ada kecocokan serta komunikasi yang baik antara keduanya yang berhasil membuat hubungan pertemanan mereka awet hingga kini.
"Ah.. malasnya," Beomgyu mengeluh lagi. Heeseung hanya menggeleng pelan menanggapinya. Disibaknya anak rambut yang kembali menjuntai menutupi pandangannya. Heeseung memperbaiki anak rambutnya. Sedang Beomgyu sibuk dengan menyeruput susu banananya yang sudah menghabiskan satu cup banana milk dengan merek berbeda.
"Heeseung-ah." Namanya dipanggil. Lantas ia menoleh. "Kau masih menangani anak itu?"
Heeseung terpikirkan sesuatu. "Anak itu?" Ulangnya ragu. Beomgyu mengangguk. "Dulu kau sering menceritakannya padaku. Siapa namanya.." Beomgyu mendesis ragu. Ia berpikir untuk menggali siapa nama pasien yang dulu sering Heeseung ceritakan padanya. "Jaeyoon?" Ucapnya ragu. Heeseung tersenyum sembari mengangguk. "Tidak lagi." Jawabnya. "Ada apa? Mengapa tiba-tiba menanyakannya? Kau kenal dia?" Pertanyaan bertubi- tubi Heeseung lontarkan. Sayangnya berbuah ketidaktahuan dari kepala Beomgyu yang menggeleng tidak tahu. "Lantas mengapa menanyakan perihalnya?"
Beomgyu tetap menggeleng lagi dan menyengir lebar. "Bukan apa-apa. Hanya penasaran saja."
Heeseung sibuk kembali menatap pada langit. Ia menatap lama dengan tatap mata yang sulit diartikan oleh Beomgyu yang sejak tadi turut memerhatikan Heeseung. Pikirnya perbincangan tentang pasien yang sempat Heeseung rawat akan membuat Heeseung berlontar kata memecah hening. Sayang, malah tidak ada respon darinya. Beomgyu membuang banana milk yang telah tandas ke tempat yang seharusnya. Ia menyapu pandangannya ke sekitar. Tak terkecuali pada pandangangan di dalam toko yang kemudian membuatnya memekik penuh girang bukan main.
Ditepuknya-tepuknya pundak Heeseung penuh semangat untuk membuat Heeseung tertarik juga pada objek yang Beomgyu perhatikan. "Ada payung! Ada payung!" Seru menunjuk sambil terus menepuk pundak Beomgyu penuh girang. "Kita beli saja, satu!" Serunya sebelum memilih masuk untuk membeli payung yang dimaksud. Heeseung menanggapinya gemas. Beomgyu menggemaskan memang. Entah tingkah serta sifatnya.
Setelah membeli, Beomgyu ajak Heeseung berjalan beriringan di bawah satu payung yang sama. Payung yang Beomgyu beli cukup besar. Jadi antara Heeseung dan Beomgyu tak ada yang terkena basah air hujan. Mungkin hanya percikan-percikan kecil dari arah sisi keduanya.