Dela berjalan menuju pembatas rooftop, pembatas nya sebatas pinggang Dela. Dela berdiri dengan menopang kedua tangannya pada pembatas itu seraya menikmati semilir angin yang menerpa tubuhnya.
"Mungkin udah saatnya gue nyerah buat dia, lagian kemarin gue liat dia udah nemuin seseorang yang dia rasa tepat buat dia. Gue yang salah, karna selama ini nge harepin sesuatu yang gak mungkin, so, hari ini gue resmi lepasin dia. Gue resmi gak akan ngejar dia lagi, dan resmi bakal jauhin dia. Anggap perasaan ini gak pernah ada buat dia" Ujar Dela dengan cukup keras hingga terbawa angin.
Tanpa mereka sadari, ada seseorang yang tengah menelfon orang lain hingga seseorang di seberang sana mendengar apa yang diucapkan oleh Dela.
"Okey, jadi sekarang tinggal lo Ta, lo masih mau ngejar Jevan? Gue saranin sih mending stop aja Ta" Ujar Azel beralih pada Alice.
Dela pun telah berbalik menatap Alice, kini pandangan mereka tertuju pada Alice. Alice sendiri menghela napas pelan ketika menjadi pusat perhatian oleh ketiga sahabatnya.
"Gue udah resmi lepasin perasaan gue buat dia sejak malam itu kali guys, sejak malam dimana dia milih nyelamatin Siska, bawa perempuan itu ke rumah sakit padahal cuma cedera kecil dan ninggalin gue dijalanan. Ninggalin gue yang kecelakaan karna nyelamatin ceweknya. Gue udah beneran ngilangin perasaan gue buat dia" Balas Alice.
Telfon tersebut masih tersambung, dan seseorang yang di seberang sana pun mendengar apa yang diucapkan oleh Alice barusan. Tepat setelah ucapan Alice selesai, sambungan telfon itu pun dimatikan.
Siapa yang sedang menelfon? Orang itu adalah El, dan siapa yang dirinya telfon? Itu adalah Gavin, pria itu menelfon El karna ingin menanyakan kondisi Dela, dan berakhir dengan dirinya yang mendengar secara langsung hal menyakitkan yang diucapkan oleh Dela.
Bukan hanya Gavin, namun Jevan dkk yang berada disana juga mendengarnya, sebab Gavin meloudspeaker panggilan itu. Ucapan Alice pun mereka dengarkan dengan jelas.
El sendiri membiarkan ucapan ketiga sahabatnya didengarkan oleh para pria itu, sebab dirinya ingin membuat mereka mengetahui, bahwa para gadis yang selama ini berusaha untuk mempertahankan perasaan mereka. Kini telah memilih menyerah, benar-benar menyerah untuk mereka.
Ya,, lagipula tak ada gunanya memperjuangkan orang seperti mereka. Taunya hanya menyakiti hati, menurut El, untuk apa berjuang jika tidak dihargai? Lebih baik berhenti bukan? Daripada menyakiti diri sendiri.
"Haha bagus, sekarang kita gak perlu nasehatin lo berdua lagi deh, khususnya lo Ta, soalnya lo tuh bandel banget kalau soal Jevan" Jelas Azel.
Alice hanya tersenyum kecil. "Tapi gue mau minta bantuan kalian boleh gak?" Tanya Alice dengan seringai kecilnya.
"Ngomong apasih lo? Langsung aja kali Ta, kaya sama siapa aja lo" Balas Dela.
Alice pun mulai memberitahukan keinginannya pada ketiga sahabatnya. Dan untungnya, mereka bertiga mau membantu dirinya. Sebenarnya walau Alice tak meminta pun, pasti mereka akan bersedia melakukan hal itu. Apalagi mereka tau, bahwa hal itu demi kebaikan banyak orang.
....
"Haha mereka resmi nyerah buat kita Jevan, harusnya gue seneng karna Dela gak akan ganggu gue lagi. Tapi kok hati gue sakit sih Jev? Gue rasanya gak rela ngebayangin dia pergi dari gue" Tukas Gavin.
Hati Gavin terasa remuk mendengar apa yang diucapkan oleh Dela. Nampaknya dirinya benar-benar sudah kelewatan tadi. Bukan hal ini yang Gavin inginkan, hati Gavin menolak keinginan Dela.
√√√√√√
Makin ngebosenin yahh?
Hiks sepi banget:<531 kata
18 Oktober 2022
KAMU SEDANG MEMBACA
Rizka Atau Alice??
Teen FictionArizka, gadis yang kerap di panggil Rizka, merupakan seorang arkeolog, namun kasian sekali nasib nya, sebab di keadaan dirinya yang bahkan belum merasakan bagaimana itu pernikahan. Dirinya harus meninggal dengan menyedihkan. Dan dirinya malah berpin...