Alice saat ini sedang berjalan menuju kamar mandi sekolahnya. Yup, sekolah Alice memang memiliki kamar mandi, jadi bagi murid yang habis berolahraga, diperbolehkan untuk mandi di sekolah. Selain itu, perlengkapan didalamnya pun sangat lengkap dan berkelas.
Alice ingin ke kamar mandi bukan untuk mandi, melainkan memperbaiki penampilannya yang agak awut-awutan. Walau jam sudah menunjukkan pukul 13.02, namun penampilan murid Viola High School harus tetap terjaga.
Namun entah kesialan macam apa yang melanda Alice. Ketika ia hendak berbelok kearah kamar mandi, sebuah tangan mencegah lengannya dan membuat jalannya terhenti.
Tatapan tajam, namun tersirat sebuah kebingungan menatap Alice yang balas menatap datar.
"Gak usah sandiwara" Ujar pria itu.
Alice mengangkat keningnya seolah bingung dengan ucapan si pria, namun sungguh Alice memang tidak mengerti.
"Gak usah sok polos! Gue tau lo cuma pura-pura gak perduli kan sama kita semua? Drama macam apa lagi yang cewek bodoh dan gak berguna kayak lo mau lakuin?! Lo gak capek apa tiap saat ngedrama mulu!" Bentak pria itu.
"Sorry,, maksud lo drama apa yah Aldean Leander Malendric? Gue emang gak tau apa-apa, dan gue gak lagi ngedrama oke? Jadi tolong, bisa lepasin tangan lo? Gue mau ke kamar mandi" Ujar Alice tanpa ekspresi.
Pria yang tak lain adalah Aldean, salah satu Abang Alice itu pun mendecih. "Lo gak usah bohong! Anak gak berguna dan murahan kayak lo gak layak buat nyakitin orang sebaik Siska!" Bentak Aldean.
"Hah? Nyakitin Siska? Sorry aja nih Aldean, gue bahkan gak pernah ketemu Siska seharian ini. Jangankan nyakitin dia, gue liat dia aja muak pengen muntah. Dan lagi, tolong banget kalau gue udah diem dan gak gangguin lo ataupun temen-temen segenk lo. Jangan coba-coba buat ganggu gue lagi. Karna gue gak suka" Terang Alice tanpa niat dibantah.
"GUE BERHAK BUAT NGATAIN LO! GUE BERHAK KARNA LO EMANG MURAHAN DAN GUE ITU ABANG LO, JADI UDAH SEHARUSNYA GUE NASEHATIN LO! TAPI LO ITU GAK BISA DI NASEHATIN BAIK-BAIK, JADI GUE PAKAI CARA KASAR SELAMA INI!" Bentak Aldean dengan suara keras yang memekakkan telinga.
Mata Alice terpejam sesaat, hingga mata itu terbuka kembali. Namun pandangan yang tadinya datar kini berubah, menjadi sendu mungkin?
"Hahaha nasehatin? Gue tanya, orang mana yang nasehatin adeknya dengan ngatain si adek murahan, jalang, pembawa sial, bodoh? Gue sayang sama lo sebagai Abang gue, gue berusaha buat gak berontak selama ini. Tapi gue sadar, kalau usaha gue gak akan pernah berbuat" Ungkap Alice.
"Lo tadi bilang lo berhak karna lo Abang gue? Sejak kapan lo nganggap gue adek lo? Sejak kapan lo mau ngakuin anak ini sebagai keluarga lo? Nyatanya, sejak dulu keluarga Malendric gak pernah akui gue, kecuali Kakek dan Nenek" Sambungnya.
Setelah mengatakan hal itu, Alice pergi setelah menyentak tangannya dari pegangan Aldean yang telah mengendur.
Aldean sendiri, saat ini berdiri mematung, apa Aldean baru saja kehilangan adiknya? Satu-satunya perempuan yang kelahirannya sangat ia nantikan saat kecil? Ya, kini Aldean benar-benar telah kehilangan sosok yang selalu menatapnya dengan tatapan hangat.
Tuan putri kecil yang dulu dirinya dan kembarannya jaga bak permata telah pergi, entah akan kembali atau tidak. Namun yang pasti, tanpa mereka sadari, mereka sendirilah yang membangun karakter buruk permata yang dulu sangat mereka nantikan. Mereka sendirilah yang membawa pergi gadis yang dulu mendambakan mereka.
√√√√√√√
Haii para readers jangan bosen buat baca karya ini yah, soalnya ini tuh masih lumayan panjang:)
552 kata
22 Oktober 2022
KAMU SEDANG MEMBACA
Rizka Atau Alice??
Teen FictionArizka, gadis yang kerap di panggil Rizka, merupakan seorang arkeolog, namun kasian sekali nasib nya, sebab di keadaan dirinya yang bahkan belum merasakan bagaimana itu pernikahan. Dirinya harus meninggal dengan menyedihkan. Dan dirinya malah berpin...